Bright terdiam seribu bahasa, memainkan kakinya sendiri untuk menghilangkan kegugupan yang sekarang menyelimuti dirinya. Sudah hampir setengah jam dia berdiri di lorong kelas dengan satu tangkai bunga mawar merah yang sengaja ia siapkan untuk seseorang yang selama ini mengganggu pikirannya.
Sekarang dikepalanya dia sedang bergulat dengan kata-kata apa yang pantas dia ucapkan nanti, merayu atau bicara dengan jujur agar semua rasa penasaran yang ada di kepalanya ini mencair.
Dia memejamkan mata, mencoba merangkai kata yang tepat untuk nantinya ia ucapkan, gusar saat kata demi kata dia rangkai namun terdengar sangat menggelikan. Harukah dia jujur dan to the point tanpa harus ada kata-kata yang menurutnya sangat mengelikan itu.
Sebuah tepukan dipundaknya membuyarkan kegugupan Bright. Hampir saja pemuda itu melompat saking kagetnya. Dan seperti yang kita duga, semua kata-kata rayuan yang sudah ia rangkai di kepalanya lenyap sudah.
Bright berbalik, mencari tau siapa orang yang sudah mengejutkannya di waktu seperti ini.
Bukan sosok manusia yang pertama ia lihat, melainkan matanya menangkap bunga-bunga mawar merah dengan bucket besar yang sekarang ada di hadapannya. Dibalik bucket bunga tersebut berdiri seseorang yang masih menyembunyikan wajahnya. Malu.
"Bright. Gue udah lama suka sama elo"
Suara yang sangat familiar ditelinganya mengejutkan Bright. Win?
Win memberanikan diri menunjukan wajahnya yang sudah memerah. Pemuda itu menurunkan bucket bunga yang ia bawa. Menatap manik mata Bright dengan lekat.
"Win?" seru Bright seolah tidak percaya apa yang ia lihat dan ia dengar.
Bright yang bingung sekaligus terkejut hanya bisa diam setelah menyebut nama pemuda dihadapannya itu. Matanya berkaca, beradu dengan mata indah milik Win. Bunga yang ia sembunyikan di belakang punggungnya bergoyang terhembus angin yang entah datang darimana.
"Bright. Gue suka sama elo" ucap Win membuyarkan keheningan diantara mereka. Lagi-lagi pemuda itu menyodorkan bucket bunga yang ia bawa. Dan sekali lagi menutupi wajahnya yang semakin merah padam.
Bright yang sudah tenang kemudian tersenyum tipis. Salah satu tangannya menurunkan bucket bunga dihadapannya, berharap melihat wajah malu Win.
"Bright, ini sangat memalukan kau tau" seru Win
Bright menatap pemuda itu lekat, seutas senyum nampak menghiasi sudut bibir Bright.
"Kenapa malu?" ucap Bright yang sedari tadi terus memberikan seutas senyum miliknya
Win terdiam, menatap Bright lurus.
"Bukankah wajahku memerah, itu tanda kalau aku sangat malu sekarang" jawab Win sembari membuang mukanya kearah lain
Bright menyentuh pipi Win lembut, memegang kedua pipi pemuda itu setelah sebelumnya memasukan bunga setangkai yang ia bawa kedalam saku celana belakang. Setelah menenangkan Win yang malu dia membalikan wajah pemuda itu hingga wajah mereka kini berhadapan, Bright maju satu langkah mendekat.
Win yang bingung kemudian menutup mata, disusul dengan memonyongkan bibirnya canggung.
Bright tersenyum puas.
Win yang menunggu sebuah ciuman mendarat di bibirnya hanya bisa kecewa, setelah membuka mata dia melihat pemuda dihadapannya hanya tersenyum kearahnya, seolah sedang mengejek Win yang mengaharapkan sebuah ciuman hangat di malam yang dingin ini.
"Bright, ini jauh lebih memalukan kau tau" seru Win kesal
Tanpa Win duga Bright berlutut dihadapannya, pemuda itu menyodorkan satu tangkai bunga mawar yang ia bawa sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love U Ma Little Boy (Can you see my sign Sequel)
Fanfiction"Menjadi milikmu sepenuhnya bukan termasuk impianku, tapi aku sangat bersyukur untuk semuanya..." - Mew ♡ Start 03 Maret 2020