💜 Part 8 : Alyena yang menggemaskan 💜

5 2 0
                                    

                              ****

    Bibir pink tersebut tanpa henti melengkung tersenyum, sama seperti matanya yang tanpa henti berbinar-binar saat melihat di sekitarnya. Setiap melihat hal menakjubkan yang pertama kali lihat ia akan langsung berlari menghampiri, berdecak kagum. Orang-orang yang berpapasan dengannya bukannya melihat aneh, tapi malah berdecak terpesona dengan gadis bergaun dress brokat bunga berwarna biru kelam  tersebut, begitu indah senada dengan surainya yang bergerak seringai bulu.

    Siapa yang tidak terpesona saat melihat sosok gadis yang memiliki kecantikan yang bisa dibilang pahatan sempurna, wajah cantiknya bak boneka maniken, matanya beriris cokelat madu terang bak bintang kejora dengan bingkai bulu mata yang lentik, hidung mancungnya terpahat indah, bibirnya merah muda alami begitu ranum bak kuntum bunga mawar, alisnya bergaris rapi, surainya berwarna biru gelap dengan panjang sepinggang. Memiliki kulitnya seputih salju terlihat begitu lembut.

  
  Saat bibirnya tersenyum seiring kakinya melangkah riang, jantung semua orang seketika bergemuruh. Bibir mereka mengatakan "Tuhan terlalu bahagia saat menciptakannya."

    Tubuhnya terlihat mungil membuatnya terlihat menggemaskan. Bahkan mereka tak segan-segan mengabadikan dengan ponsel-ponsel mereka, menyebarkannya di media sosial dengan penuh antusias.

  Sedangkan gadis yang jadi pusat perhatian tampak sibuk dengan dunianya sendiri, ia lebih antusias menghampiri beberapa toko sampai truk penjual makanan jajanan yang baru pertama kali ia lihat. Membeli apa pun yang ia suka, tangan kirinya memegang makanan yang ia tau namanya kebab dengan isian berbagai sayuran dan daging, sedang tangan kanannya sibuk dengan es krim dengan tumpukan 10 cup warna-warni. Belum lagi di lengan kirinya sudah ada beberapa kantong plastik hasil belanjaannya.

    "Ah, Alyena suka dengan siang. Ini sangat menyenangkan." gumamnya sambil menikmati dinginnya es krim di mulutnya.

  Alyena tak pernah sebahagia ini saat keluar, mungkin karena ia pergi di siang hari bukan malam hari seperti biasanya. Kakinya melangkah begitu ringan sesekali mulutnya begitu penuh mengunyah kebab, ia terlihat begitu lucu membuat orang nyaris kehilangan jantung mereka.

   "Apa Alyena terlalu banyak membeli?"

  Alyena tiba-tiba berhenti saat matanya baru menyadari kantok plastik di tangannya, dan jangan lupa dua tangannya yang penuh. Pipinya menggembung mengabaikan bibirnya yang ada saos.

   "Ah, tidak. Ini tidak banyak. Alyena suka semuanya." angguknya membenarkan tindakkannya.

  Alyena kembali melangkah dengan riang, ia ingin melihat apa lagi yang bisa ia beli dengan uang yang penuh di dompet milik Mishael yang tak sengaja ia temukan di sofa.

  Alyena tentu tak memegang uang, selalu ada baby sitter nya yang di tugaskan untuk menyediakan kebutuhannya dari uang milik Khalish. Tadi saat ia bangun ia tidak mendapati Khalish dan Mishael di Manison, pelayan bilang mereka keluar karena ada urusan.

  Alyena yang bosan di tinggal malah jadi berpikir untuk keluar sendirian, sejak bangun siang kedua kakaknya belum pernah mengajaknya keluar. Pada hal ia sudah merengek ingin merasakan jalan-jalan di siang hari, tapi Khalish dan Mishael mengatakan banyak pekerjaan yang tak bisa di tinggal.

Dan saat ia menemukan dompet Mishael tertinggal ia malah berpikir untuk pergi keluar sendiri, tentu dengan cara diam-diam. Perlu usaha lebih untuk mengelabuhi para pengawal yang ditugaskan menjaganya, ia bahkan harus mengendap-endap lewat jalan belakang, menaiki tembok susah payah dan akhirnya ia berhasil.

Di sini lah ia sekarang, berjalan seorang diri tanpa penjagaan.

   "Lain kali aku mau ke sini lagi." gumamnya lagi.

ANGEL LULLABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang