💜 Part 20 : Ngidam 💜

19 1 1
                                    

                            ****

    Alarice mengeryitkan hidungnya saat merasa ada aroma tak sedap menusuk penciumannya, baunya seperti cucian selama satu tahun tak dibilas. Raut wajahnya yang tadi santai kini mengerut tak suka, ia bahkan beberapa kali mengibaskan map berkas ke udara mencoba mengeyahkan bau tak mengenakkan tersebut.

     Sedangkan Pria yang tengah sibuk memeriksa beberapa pekerjaan tampak tak tau, ia terus sibuk sambil sesekali bicara tanpa menoleh. Ia tidak tau saja kalau Pria yang sebentar lagi jadi rekan bisnis untuk di Negara China itu tengah menahan hidungnya.

    "Jadi, bagaimana apa kau setuju?" tanya Aufa mengangkat pandangannya ke arah sepupunya.

     Kening Aufa mengeryit melihat tingkah Alarice yang sekarang menutup hidungnya, tatapan matanya terlihat kesal sekali seolah Aufa sedang melakukan kesalahan besar.

   Aufa berdecak ia bersedekap dengan kesal dengan tingkah sepupunya seminggu ini.

 

   "Kali ini apa lagi." tanya tajam Aufa jengkel.

   "Kau bau. Apa kau tidak mandi." tuduh Alarice.

   Mata Aufa menyorot tajam dituduh hal yang tak benar, ia mandi dua kali pagi ini. Pakai parfum mahal. Jadi, di mana letak baunya. Di mana?

    "Baumu seperti habis tercebur di got ..."

   Belum menyelesaikan ucapannya Alarice lebih dulu berlari ke kamar mandi, ia muntah kedua kalinya. Sejak pagi tadi saat ia mencium aroma kopi perutnya seperti mengalami roler cosster mendadak.

   Melihat Alarice muntah Aufa mendengus jengkel, kemaren sepupunya itu juga muntah saat ia datang dan mengatakan style rambutnya membuat perutnya mual. Dan mengesalkannya ia malah meminta Ken sang sekretaris pribadinya mengambilkan kardus bekas buku, lalu dengan tega Alarice menjadikannya topi untuk Aufa.

   Dan sekarang sepupunya itu muntah karena bilang ia bau, sepertinya hidung sepupunya itu butuh di rehab permanen biar kembali normal. Ia wangi semerbak bak pria perjaka begini malah di bilang bau.

     Terdengar Alarice keluar dari kamar mandi terlihat lemas, berjalan sambil menutup hidungnya menuju meja kerjanya yang berwarna pink. Kalau itu Aufa nyaris jantungan melihat pertama kalinya, ia shock sementara melihat meja kerja dan bunga yang terpajang di meja berubah semuanya jadi pink.

   Alarice mengambil permen karet lalu mengunyahnya, rasa strobery mampu membuat perutnya yang tadi mual sedikit berkurang, meski tangannya masih setia menutup hidungnya.

  

   "Kau pulang saja. Aku sedang mual mencium baumu!" perintah Alarice.

   Aufa berdecak tersinggung lalu berdiri, "Aiiss! Kau benar benar... Kenapa kau tidak menyediakan baju astronot sekalian biar hidung dan matamu itu aman sejahtera." kesalnya berdiri sudah tak berminat lagi melanjutkan pembicaraan pekerjaan, yang ada nanti mungkin hidung seksinya yang dianggap masalah bagi Alarice.

    "Ide bagus. Aku akan minta Ken menyediakannya nanti." angguk Alarice terlihat serius dengan ucapannya.

    Kalau bisa ia kunyah sudah Aufa kunyah itu sepupunya, Kenapa mengesalkan sekali tidak di kantor tidak di tempat berkumpul keluarga besar.

    "Aku ingin sekali menendang hidungmu yang bikin emosi. Ya sudah lebih baik aku pulang saja." ucap Aufa dengan wajah kesal beranjak keluar ruangan, setengah membanting pintu melampiaskan kekesalnya pada sepupunya yang aneh.

      Kenapa sepupunya bertingkah seperti wanita hamil, selalu menyulut emosi jiwa raga. Sedetik kemudian kening Aufa mengeryit.

    "Dia tidak mungkin sedang hamil kan." ucapnnya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANGEL LULLABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang