💜 Part 9 : Di pertemukan kembali 💜

5 2 0
                                    

        ====

                         ****

  Reyhan berdecak jengah melihat Mishael sejak tadi mondar-mandir, terlalu berisik dengan omelannya yang tanpa jeda. Sejak Mishael mengatakan Alyena keluar rumah ia segera mencarinya, dan menemukan informasi kalau adiknya itu kini berada di panthouse Alarice, dan itu tentu saja membuat Mishael semakin kalang kabut.

  "Berhenti mondar-mandir, Mishael. Kau membuat mataku pusing." tegur Reyhan meski nyatanya sejak tadi matanya hanya terfokus pada ponselnya, ia sedang menghubungi para tetua untuk masalah penting.

   Mishael memang berhenti, tapi tangannya dengan kejamnya menjitak kepala Reyhan berkali-kali. Ia sangat kesal pada sepupunya itu yang tampak santai, sedang ia harus menyiapkan mental jika nanti Sang Kakak datang dan menanyakan dimana Alyena.

  "Nyawaku taruhannya dan kau masih bisa santai, kau benar-benar tidak waras Reyhan. Kalau kau sudah tau dimana Alyena harusnya kau menjemputnya, bukan membiarkannya tetap di sana." omel Mishael.

  "Khalish tidak akan membunuhmu, kau berlebihan sekali." decak kesal Reyhan karena kepalanya jadi sasaran emosi Mishael.

  "Dia memang tidak membunuhku. Tapi dia akan membunuh Alarice detik itu juga, kau paham itu Reyhan Asthalry!" sahut Mishael dengan nada tinggi.

  "Membunuh Alarice!?"

  Tubuh Mishael seketika menegang saat tiba-tiba terdengar suara tajam dari arah belakangnya, wajahnya langsung pias mengetahui Sang Kakak sudah pulang. Ia menatap memelas pada Reyhan, berharap sepupunya itu membantunya menutupi kepergian Sang adik.

  "Ada apa?" tanya Khalish lagi sambil mendekat, ia memang sedang memikirkan Alyena nya tanpa henti jadi tidak tau pembicaraan apa yang sedang dibicarakan adiknya dengan sepupunya itu.

   Mishael mengigit pipi dalamnya, ia perlahan berbalik menatap Sang Kakak. Ia rasa ia akan mati detik itu juga karena kecerobohannya, meski mungkin hanya akan sebuah amukan kemarahan.

   Tak kunjung mendapatkan jawaban Khalish beralih pada Reyhan yang tampak santai, kalau sudah begitu pasti ada yang disembunyikan darinya.

  "Dimana Alyena?" tanya Khalish.

  Tubuh Mishael berjinjit kaget, pada hal kakaknya hanya bertanya tapi tubuhnya sudah seperti mati rasa. Ia tak mampu menjawab, membayangkan semua penghuni mansion akan jadi sasaran amukan Sang kakak.

  "Mishael!" panggil Khalish lagi penuh penekanan, ia sudah curiga karena adiknya tak menjawab.

   "Dia keluar sendirian, lalu sekarang berada di panthouse Alarice." sahut Reyhan dengan santai.

  "Terkutuklah kau Reyhan!" batin Mishael menatap tajam sepupunya itu.

   Itu jelas bukan solusi tapi masalah besar, "Aku sudah meminta bodyguard menjemputnya ... dia akan ..."

  Brak!!

  Belum selesai bicara mata Mishael terpejam erat menahan takut saat meja tamu hancur berkeping-keping, bahkan sekarang ia tak berani menatap mata beriris emas pekat tersebut. Kepala tertunduk patuh saat aura dominan kepemimpinan Aleda menyeruak.

   "Apa ini rencana para tetua sialan itu!"  geram Khalish menatap nyalang pada Reyhan.

  Reyhan tetap tenang ia tentu tak akan terpengaruh dengan emosi Khalish, "Tidak. Ini diluar kendali mereka. Alyena datang sendiri pada takdirnya." jawabnya.

  "Persetan dengan takdir! Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi." bentak Khalish.

  Reyhan mulai geram, keras kepala Khalish tentu akan semakin menyakitkan pengantin Sang Aleda tersebut. Ia berdiri lalu merogoh saku jasnya, mengeluarkan beberapa lembar foto dan melempar langsung ke wajah Khalish.

ANGEL LULLABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang