Bab 08 - Message

177 37 0
                                    

Setelah kejadian malam hari itu, Gill terlihat lebih berhati-hati tentang identitasnya. Beruntungnya si Ssyau itu hanya tahu tentang satu hal, tentang dirinya yang penyihir.

Tanda di telapak tangan adalah hal yang harus disembunyikan dari manusia. Namun, sayangnya hanya sebagian saja dari penyihir yang mampu melakukannya.

Ssyoal sudah pergi sebelum semua orang bangun dari tidurnya. Gill berpamitan dengan Ssyau, begitu pula dengan Wrazle, Desee dan Slexo si goblin.

Mereka berjalan menyusuri pantai. Perjalanan ini memang memakan waktu dua kali lipat dibandingkan melewati pegunungan besar. Namun jalan ini lebih aman.

Wrazle masih penasaran dengan apa yang menimpa teman-temannya. Ia pun berhenti berjalan, tertinggal beberapa langkah dari Gill, Desee, dan Si goblin Sloxe. Setelah sadar Wrazle berhenti, ketiganya pun ikut berhenti, lalu berbalik arah mendekati si gendut itu.

"Kita tidak bisa kembali tanpa mereka. Setidaknya kau Gill, kau tidak bisa kembali tanpa mereka. Bagaimana jika mereka bertanya, apa yang akan menjadi jawabanmu nanti?" Wrazle terlihat khawatir, dan menaruh sedikit curiga pada tatapan matanya ketika beradu pandang dengan Gill.

Gill menundukkan pandangan, sekali lagi ia terdiam untuk sesaat.

"Bagaimana kau bisa tidak ingat, Gill? Kalian berangkat berempat, dan sebelum waktunya kau kembali, lalu tanpa mereka? Di mana mereka?"

"Wrazle, aku tidak tahu menahu soal itu."

"Jika kau tidak tahu, maka kita tidak bisa kembali ke desa saat ini." Wrazle kini memandang lautan luas.

***

Sebelum Gill terdampar di pinggir pantai.

Reozas menjadi yang pertama turun, menapakkan kakinya di tanah pulau Cosland. Hujan yang turun hampir ada tiap minggunya, tetapi tanah yang seharusnya basah malah kering kerontang, beberapa batu kecil berserakan memenuhi daratan. Pohon-pohon tumbuh lebat, mungkin karena posisinya yang ada di tengah laut dan pulau ini kecil.

Ezara turun, diikuti Ceary, lalu yang terakhir adalah Gill.  Pulau ini lebih pantas disebut pulau hutan, karena setiap sisinya jelas sekali penuh akan pohon-pohon dengan berbagai jenis dan ukuran.

Namun, tak salah pula kalau ada penyihir yang tinggal di sini, suasananya cocok, menyeramkan dan itu jelas membuat manusia enggan untuk masuk ke pulau, kecuali mereka berempat.

"Kita mau mulai dari mana?" Gill menggaruk kepalanya. Ia tak pernah masuk ke pulau ini, kalau pun harus menggunakan sihir, itu juga tidak mungkin kalau di hadapan ketiga temannya. Bisa kacau nanti masalahnya.

"Jangan terlalu lama, kita masuk dan cari tempat atau hal yang mencurigakan." Reozas segera berjalan ke jalan setapak yang amat sangat kecil, di sekitarnya tumbuh rumput dari yang kecil hingga yang subur tumbuh setinggi lututnya.

"Tetap waspada," saran Reozas sambil mengamati sekitarnya.

Rintik hujan turun perlahan, membasahi dedaunan serta tanah yang kering kerontang. Namun, air itu seperti meresap ke dalam tanah secara cepat tanpa menggenang. Membuat tanah tetap kering seperti semula.

Sampailah mereka pada jalan setapak dengan dua jalur berbeda. Reozas memilih berhenti, ia ragu memilih jalan yang mana, sementara tak mungkin untuk berpencar menjadi dua kelompok, terlalu bahaya untuk melakukan itu.

Tiba-tiba, saat mereka berbincang, cahaya menyilaukan mata pun muncul entah dari mana atau karena apa.

****

"Setelah itu kau secara ajaib ada di pantai?" tanya Wrazle setelah mendengar cerita dari Gill.

"Aku juga tak mengerti dengan apa yang terjadi. Cahaya itu datang, dan membuatku ada di pantai." Gill kembali menatap arah di mana pulau Cosland berada, walau tak terlihat, tapi pulau itu ada di ujung sana.

The Disaster BearerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang