Bab 30 - infiltrate

87 25 0
                                    

Mata Ezara terbuka perlahan. Samar-samar ia melihat seseorang yang sedang berjalan mondar-mandir, lalu saat tahu kalau yang ditunggunya sadar, orang itu, Dkaal pun mendekati. Ada Eiri di samping Ezara, dengan sihirnya berusaha menyembuhkan, tetapi itu tak membuahkan hasil, ini bukan penyakit, melainkan sebuah tenaga luar biasa yang menyebabkannya tak sadarkan diri.

"Apa yang kau rasakan?" tanya Dkaal.

Ezara membenarkan posisinya duduknya. Ia memegangi kepala yang terasa begitu pusing sejak tadi. Dan dari apa yang diperlihatkan oleh Ezara, Dkaal dan Eiri paham bahwa tenaga itu yang membuatnya begini.

Para bandit yang tak sadarkan diri itu membuat Ezara bertanya-tanya. Ia memandang mereka seolah tak tahu apa yang sudah terjadi. Terlebih dengan satu orang yang dadanya berlubang.

"Api itu masuk ke dalam tubuhmu, Ezara," jelas Dkaal. "Dan kau yang melakukan semua ini."

"Aku membunuhnya?" tanya Ezara sambil menunjuk ke arah pria dengan lubang di dada.

"Ya, dan berkat itu kau menyelamatkan temanmu, aku, dan Eiri. Terima kasih."

Ezara tak menyadari sedari tadi ada satu orang yang berdiri di sampingnya. Dia Wrazle, tetapi sekarang punya penampilan yang berbeda, dan itu sedikit aneh.

"Mereka tak memberimu makan? Atau mereka menyiksamu sampai kau kurus?" tanya Ezara menatap badan Wrazle yang kurus.

"Terima kasih, Ez. Kalian menyelamatkanku," ucap Wrazle. 

"Reuninya nanti saja, kita harus cepat-cepat keluar dari sini," Dkaal menyela pembicaraan. Ia sudah mengikat bandit yang tak sadarkan diri. Dan membiarkan pemimpinnya yang mati tetap di sana terbujur kaku.

Dkaal mengulurkan tangan kanan. Ezara menyambutnya, lalu berdiri, mereka segera keluar dari gua itu. Namun, Dkaal tak memilih jalan yang ia gunakan saat berangkat tadi, ia memilih jalan lain. Ezara pun sedikit pulih berkat Eiri yang mengalirinya sedikit tenaga.

Beruntungnya Wrazle tidak disiksa, ia hanya disuruh untuk banyak bekerja oleh para bandit itu. Badannya kurus dan sedikit berotot itu sudah menjelaskan segalanya.

"Kita ke mana?" tanya Ezara sambil berlari.

Dkaal menengok, "Pulang, kau butuh istirahat, setidaknya satu hari sebelum kita menuju tempat kelompok wajah merah."

Ezara mengerti, kekuatan yang ia dapat pun belum ia kuasai. Dan dirinya butuh istirahat, mungkin juga butuh beberapa hari untuk menguasainya.

*

Genderang berbunyi, bahkan terdengar sampai ke desa yang Ezara lewati. Beberapa orang keluar dari rumah untuk mendengarkan. Telinga mereka tak salah, ini adalah suara yang dinanti beberapa orang. Sebuah pertunjukan besar akan diselenggarakan oleh kelompok wajah merah. Dan seluruh orang boleh datang untuk melihatnya.

Ezara mendekat ke Dkaal, ia berbisik, "Ada apa?"

"Genderang kelompok wajah merah."

"Apa artinya?"

"Pertunjukan tahunan, entahlah, seharusnya ini belum saatnya mereka mengadakan itu," jawab Dkaal. Ia melihat sekitar, dan ingat satu hal, "Mereka mungkin menggunakan beberapa temanmu sebagai petarung. Satu-satunya alasan yang tepat."

Dengan begini, Ezara mungkin takkan punya kesempatan untuk melatih dirinya mengendalikan kekuatan api abadi. Setelah pulang, mereka semua pun segera mencari informasi untuk menonton pertunjukan itu, yang tempatnya ada di tengah hutan.

Beberapa warga yang tertarik pun terlihat mengantri, beberapa orang terlihat antusias, tetapi beberapa orang entah kenapa terlihat sedih. Namun, Ezara tak peduli, ia hanya ingin melihat teman-temannya, dan mereka sudah merencanakan penyelamatan secara dadakan sebelum mengantri.

The Disaster BearerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang