Matanya terbuka setelah satu tetes air dari daun hijau mengenai wajahnya. Ezara menatap dedaunan yang basah, sinar matahari keluar lewat cela yang ada di atas sana.
Tubuh gadis remaja itu terduduk, kedua tangan ia angkat untuk dilihatnya tekstur becek tempat ia berada. Rumput dan lumpur menjadi satu, dirinya segera berdiri, menatap sekeliling yang hanya ada hutan belantara.
Ezara ingat, ini adalah pulau Cosland, semenjak sinar dan awan hitam datang, sesuatu terjadi begitu saja dan di sinilah ia, sendirian tanpa siapa pun.
"Kak Gill?! Reozas! Kak Ceary!" Teriaknya, tak ada yang menanggapi, hanya suara yang menggema ke penjuru hutan.
"Akhirnya kau bangun juga."
Suara yang bernada kecil itu terdengar, seperti dekat, tetapi tak terlihat. Bahkan ketika Ezara membalik badan, memutar badannya pun tak ada siapa pun.
"Aku di sini, di atas pohon."
Ezara memfokuskan lagi apa yang didengarnya. Saat itu ia menemukan sosok kecil dengan telinga lancip, gadis dengan ukuran tubuh tak semestinya, kecil dan mahkluk itu duduk di dahan pohon.
"Sudah beberapa hari semenjak aku menunggumu untuk bangun," ucap gadis badan kecil itu. Ia melayang turun walau tak mempunyai sayap, seolah dia menggunakan sihirnya hingga ia kini berada di jarak terdekat dengan Ezara, tepat di depan wajah bertatapan.
Ezara mengerutkan dahi, sedikit memundurkan wajah, lalu bertanya, "Benarkah sudah beberapa hari?"
"Ya," ucap gadis tubuh kecil itu sambil terbang mengitari tubuh Ezara yang memiliki ukuran berkali-kali lipat jika diperbandingkan. "Untuk apa kau masuk ke hutan ini?"
"Aku dan teman-temanku sedang melaksanakan misi, lalu tiba-tiba aku terbangun dan bertemu kau."
Gadis tubuh kecil itu meletakkan tangan kanan di dagunya, berpikir tentang apa yang diucapkan oleh Ezara. Menurutnya ini sesuatu yang aneh, jika Deeron pelakunya, maka tak mungkin Ezara bertemu debgannya.
"Hey, kau bisa membantuku, 'kan?" tanya Ezara, kini ia yang mendekatkan wajahnya ke tubuh kecil gadis yang terbang itu.
Gadis tubuh kecil menjauh dengan segera. "Aku tidak bisa, aku tidak bisa dengan seenaknya membantu orang."
Ezara semakin penasaran, "Kenapa begitu?"
Tak menjawab, gadis dengan badan kecil seukuran wajah Ezara itu malah menjauh, terbang semakin tinggi.
"Hey, mau ke mana? Setidaknya biarkan aku tahu namamu!" seru Ezara bertanya.
Gadis tubuh kecil itu berhenti, "Eiri, namaku Eeiri." Lantas pergi menjauh sampai tak terlihat lagi oleh Ezara.
Ezara berlari menuju arah yang Eiri tuju. Beberapa kali ia berhenti untuk memastikan bahwa arahnya benar, karena begitu banyaknya daun, sehingga yang baru saja dilewati oleh Eiri akan terlihat bergerak walau sedikit, sampai pada titik ada cahaya yang terpancar di kejauhan, tidak menyilaukan, tetapi cukup untuk menarik perhatian orang lain.
Ada beberapa orang dengan ukuran tubuh yang sama seperti Eiri, laki-laki, perempuan, anak-anak, dan beberapa remaja. Mereka sama seperti manusia, ada yang berjenggot dan berkumis, ada yang hanya menangis karena masih bayi, ada yang berambut panjang.
"Sedang apa kau di sini wahai manusia?"
Suara itu jelas dari belakang tubuh Ezara. Ia menengok, dan sedikit terkejut ketika ada beberapa orang dengan ukuran tubuh sebesar Eiri sedang bersedekap, menatap tajam seolah penjaga tempat ini dan sedang mengintrogasinya.
"Ah, a-aku, tersesat," ucap gugup Ezara.
Mereka saling tatap satu sama lain, lantas berkumpul dengan masih terbang setinggi tubuh Ezara. Seolah berdiskusi cukup lama, lalu berbaring lagi menatap Eiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Disaster Bearer
Fantasia[Pemenang wattys 2022 kategori Fantasi] Setiap anak yang lahir dari hubungan penyihir dan manusia diharuskan untuk mati, karena jika dibiarkan hidup maka akan terjadi sebuah bencana. Lantas bencana apa yang akan terjadi saat ada anak yang tetap bert...