Bab 25 - Poison

87 28 0
                                    

Kebanyakan dari para pemburu adalah yatim piatu. Bahkan saudara sekali pun mereka tak memilikinya. Mungkin memang tanah di mana mereka dilahirkan telah hancur, tetapi hanya sebentar saja penyesalan dan kesedihan itu datang, untuk kemudian mereka tak memikirkannya lagi setelah mendengar cerita dari Gill tentang yang sebenarnya terjadi.

Salah satu yang masih mengganjal di pikiran Gill adalah si Gempal Wrazle yang entah ke mana saat ini dia berada. Setelah mendengar cerita dari Reozas bahwa temannya itu dibawa oleh para perompak, Gill tak mengharapkan lagi untuk bertemu dengan Wrazle.

"Eiri sudah sadar, Gill. Kau mau menemuinya, 'kan?" tanya Ceary yang tiba-tiba datang dan berdiri tepat di belakang Gill yang sedang memandang lautan luas.

Gill langsung mengangguk, lalu bergegas menuruni tangga untuk masuk ke dalam ruangan di mana peri kecil itu beristirahat karena tenaganya yang terkuras untuk membuat dan menjalankan kapal yang mereka tumpangi sekarang. Peri kecil itu terlihat sedang meminum minuman yang diberikan oleh Ezara.

Tatapan Eiri langsung ke arah Gill yang menyambut peri kecil itu dengan senyuman. Pemuda yang dicap sebagai pembawa bencana itu berdiri tepat di sebelah ranjang si peri kecil.

"Tinggalkan kami berdua dulu," suruh Gill kepada siapa saja yang ada di dalam ruangan itu. Ia tak mau apa yang akan ditanyakan dan disampaikannya terdengar oleh yang lainnya. Semuanya keluar dengan sukarela, saat itu Gill menutup pintu, menguncinya, lalu kembali ke sisi ranjang peri kecil, duduk di kursi yang tidak jauh ada di sana.

"Salam kenal, Eiri." Gill tersenyum.

Eiri membalas senyuman itu. Ia mulai bangkit dari tidurnya, lalu terbang mendekat ke arah kepala Gill, memutarinya, lalu berhenti tepat di depan wajah Gill lagi.

"Gill, kau memang pembawa bencana itu."

"Aku tahu, itu sebabnya aku ingin bertanya padamu. Aku tahu para peri memiliki pengetahuan tentang sihir dan mitos yang beredar, entah itu benar atau tidak."

"Kecepatan, kau bisa menggerakkan benda tanpa menyentuhnya, kekuatanmu besar. Energimu terasa walau kita berbeda pulau. Kau tahu, penghancur pulau sangat ingin memakanmu dari awal kau dilahirkan."

"Eiri, aku tahu itu, apa kita tidak bisa menghancurkan penghancur pulau itu? Jika dia adalah mahkluk hidup, maka kita bisa membunuhnya, 'kan?" tanya Gill.

Eiri mulai turun, badannya yang hanya sebesar kepala Gill membuatnya terlihat lucu. Ia kembali duduk di ranjang tidurnya, bersedekap sambil memejamkan mata, lalu membuka matanya sambil berkata, "Menurut kisahnya, penghancur pulau sudah hidup ratusan ribu tahun, selama itu dia pasti sudah menelan banyak energi luar biasa, 'kan?"

Gill mengerti apa maksudnya, "Dan jelas sekali energinya pun menjadi tertimbun, bahkan jika mau, dia bisa meratakan dunia ini."

"Benar, tapi itu mustahil. Sang penghancur memilih untuk perlahan-lahan dalam tindakannya. Karena jika ia melahap seluruh dunia ini, dia sama saja memakan tempat tinggalnya, dan tak ada lagi yang bisa ia makan jika nanti kelaparan."

Gill terdiam sesaat, jika memikirkan soal penghancur itu, maka tidak ada jalan keluar selain seperti apa yang dilakukan oleh Raja. Menumbalkan bayi-bayi dengan potensi sihir yang luar biasa.

"Pamanmu, kau berbeda dengan orang itu, ya?" Eiri membahas Deroon.

"Oh, paman Deroon, entahlah, bagiku dia tetap seseorang yang membesarkanku sejak kecil hingga aku seperti ini. Jika soal tindakannya, aku juga baru tahu itu."

"Kak Gill!" Teriakan itu terdengar dari luar sembari mengetuk pintu berulang kali.

Gill meresponnya dengan langsung bergegas membuka pintu. Ada Desee di sana dengan wajah paniknya, gadis kecil ini entah kenapa seperti membawa pesan bahwa ada kejadian yang tak mengenakkan.

The Disaster BearerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang