Bab 26 - mass death

91 26 2
                                    

"Tolong! Mereka kenapa?!" Seseorang berteriak sembari keluar dari satu ruangan di dalam kapal itu. Ia menemui Gill yang sedang buru-buru ingin berbicara dengan teman-temannya.

Peminta tolong itu malah memegang erat lehernya sendiri. Ia tidak mencekik dirinya sendiri, tetapi ia seolah tercekik oleh sesuatu yang lain, kata tolong lantas keluar lagi, kemudian tubuhnya tak sanggup berdiri, lalu keluar busa dari mulutnya itu dan ketika Gill sedikit panik, si peminta tolong pun tak sadarkan diri.

Si peminta tolong terbujur kaku, mati dalam keadaan yang tak diketahui apa penyebab sebenarnya. 

"Semua orang mati." Muncul Ssyoal sendirian. Kata-katanya membuat panik Gill.

Tanpa berucap lagi, Gill bergegas menuju ruangan di dalam kapal tempat berkumpulnya orang-orang yang selamat. Sampai di sana, Desee, Ezara, Ceary, Udaau, dan Reozas tengah memeriksa keadaan beberapa orang yang tergeletak tak sadarkan diri. Mereka semua melihat Gill, lalu menggeleng tanda bahwa semua orang yang tergeletak memang sudah mati.

Gill bisa menyimpulkan, jika kau seorang penyihir dan menghirup asap hitam itu, maka kekuatan di dalam diri dapat menghancurkannya, lain halnya dengan orang biasa, mereka tak akan bertahan lama.

**

Satu persatu penumpang kapal yang mendadak mati itu kini dibuang ke lautan. Gill dan lainnya tak ada pilihan selain melakukan hal ini, tak mungkin mereka menguburkan, tak mungkin juga tetap membiarkan mayat-mayat itu tetap di atas kapal, malah akan busuk dan menimbulkan bau tidak sedap, lebih parahnya adalah penyakit yang timbul setelahnya.

Namun, setelah semua selesai. Reozas terlihat segera bergegas, ia harus mencari tahu soal awak kapal yang sampai saat ini masih sehat-sehat saja, terutama pemimpin mereka yaitu Rezte. Reozas mengumpulkan para awak itu, mereka disuruh berbaris.

"Kalian penyihir?" tanya Reozas. Di barisannya ada Gill dan yang lainnya ikut berkumpul.

Rezte mengangkat tangan kanan, ia maju, lalu segera membuka mulutnya untuk menjelaskan. "Kami tidak mengaku sebagai manusia biasa dari awal, 'kan? Kami hanya menawarkan diri untuk menjadi awak kapal agar kapal ini bisa berjalan dengan semestinya."

Gill kemudian maju, lalu menyahut sambil memandang Reozas, "Tak masalah Reo, kita membutuhkan mereka untuk ini. Bagaimana pun kita harus segera ke daratan."

Duka berlangsung cukup lama walau mereka tidak ada ikatan darah sedikitpun. Hingga pada akhirnya, setelah menempuh perjalanan laut yang tidak sebentar, kapal mendarat dengan mulus, pada tanah yang dari jauh pun sudah terlihat banyaknya pegunungan, tak ada yang menyambut, hanya angin yang menerbangkan dedaunan kering saja. Beberapa rumah seperti kosong berdiri rapuh dimakan usia.

"Di antara kita, ada yang pernah ke sini sebelumnya?" Reozas bertanya, ia berada di paling depan sambil memandang sekitar.

Namun, tak ada yang menjawab, semua diam, menandakan tak ada yang pernah ke pulau ini sebelumnya.

Ssyoal bergerak setelah matanya melihat sesuatu yang aneh, ia jongkok, berfokus pada pasir yang ada di depannya. Kemudian dirinya memandang Gill sambil berkata, "Ada jejak kaki."

"Jangan jauh-jauh, kita tidak tahu siapa yang sudah ada di sini." Ceary memandang sekitar, tak ada tanda-tanda kehidupan.

"Bisa jadi pamanku sudah ke sini terlebih dulu," sambung Gill.

Setelah beberapa barang diturunkan, mereka mulai berjalan, secara perlahan dan tak berjauhan. Sementara para awak itu tetap tinggal di kapal, mereka menjelaskan kalau lebih baik tetap di sana untuk menjaga kapalnya.

Mereka turun, kecuali Ezara yang bilang kalau ia ada barang yang tertinggal dan akan segera menyusul.

Setelah berjalan cukup jauh, Eiri, si peri kecil berhenti. Ia seperti mendengarkan sesuatu.

The Disaster BearerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang