Bab 06 - The Mission

196 42 2
                                    

Wrazle, si gendut itu tak menyangka hari ini akan menjadi hari tersial yang ia jalani. Selain teman-teman terdekatnya yang malah pergi ke pulau lain, ia juga harus menghadapi kenyataan kalau dirinya berada di posisi terakhir peringkat para anggota para pemburu. Ia tak bisa membiarkannya, cukup sudah malas-malasannya, ia harus bangkit agar tidak terus berada di bawah. Bonus yang di dapat setiap berhasil menyelesaikan misi juga tergantung pada peringkat, semakin tinggi maka semakin banyak pula yang didapat.

Ia membuka pintu kedai. Ini adalah langkah pertama setelah beberapa bulan tidak pernah menerima misi dari Udaau.

"Kukira kau sudah keluar, gendut," ejek salah satu orang. Sementara Wrazle terus berjalan tanpa memedulikan orang itu.

Udaau telah memperhatikan si gendut sampai si peringkat terakhir itu duduk di kursi tepat di dekat Udaau.

"Beberapa bulan kau tidak pernah menerima misi, kukira kau sudah tidak ingin." Udaau berkata langsung sebelum Wrazle berucap.

Wrazle berbisik, "Aku perlu uang untuk hidup. Ada misi yang paling mudah?"

"Seperti biasa, ya, tapi yang paling mudah sekarang tidak ada." Udaau berucap tanpa basa-basi.

Wrazle menarik napas dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan. Ia berbisik lagi dengan lebih mendekatkan wajahnya ke Udaau, "Ayolah, benar tidak ada?"

"Beberapa Minggu lalu ada segerombolan goblin yang diduga telah mencuri harta para warga. Tak ada yang mau mengambil misi ini karena hadiahnya cuma sedikit, lagipula tidak sepadan dengan lokasi yang harus melewati pegunungan besar. Jika kau mau, ambil saja, dan jika kau berhasil, nanti akan kuberi bonus."

Wrazle berpikir sejenak. Ia tahu para Goblin tak mudah dicari keberadaannya, mereka berpindah-pindah.

"Aku akan membantu." Tiba-tiba satu suara anak kecil perempuan pun memotong, anak itu telah berdiri di depan Udaau dan Wrazle dengan busur dan anak panah berada di punggungnya.

Wrazle menyipitkan mata, ia kenal anak perempuan berusia empat belas tahun ini.

"Desee, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Wrazle kepada anak perempuan bernama Desee itu. Rambut anak itu panjang sampai bahunya, dahinya diikat oleh kain merah muda layaknya pejuang yang mau berperang.

"Ayolah, Kak Wrazle. Aku akan membantumu. Aku tahu di mana orang-orang yang hartanya diambil goblin itu."

"Pulanglah, aku bisa sendiri." Wrazle menolak.

"Apa Kakak tahu siapa saja yang hartanya diambil goblin. Lagi pula goblin itu larinya cepat, sementara Kakak tak bisa berlari cepat atau memanah, kan?" Anak kecil perempuan itu berucap dengan sesekali dengan memperlihatkan gigi putihnya.

"Pulanglah." Wrazle bangkit, lalu menatap Udaau, "Aku ambil misi ini, jika berhasil, beri aku bonus."

Udaau hanya mengangguk.

Wrazle sudah di depan kedai. Ia terdiam, menatap arah kanan dan kirinya.

"Kakak tidak tahu kan mau ke mana? Kakak, aku bisa membantumu, ayolah." Desee memohon dengan wajah polosnya.

"Aku tahu, Desee. Pulanglah kau," Wrazle berjalan ke arah kanan, ke barat walau ada keraguan di hatinya.

"Kak! Kau salah jalan, rumah-rumah yang dicuri itu tidak ke arah sana, tapi ke timur!" Desee melambaikan tangan, ketika Wrazle menengok, Desee pun tersenyum sambil menunjuk arah timur.

Wrazle yang tak punya pilihan lain pun dengan terpaksa mengikuti perkataan anak perempuan itu. Mereka berjalan beriringan, Wrazle yang berjalan dengan wajah kesalnya, dan seorang anak kecil yang tak bisa diam, ia kadang melompat atau berjalan mundur.

The Disaster BearerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang