Bab 31 - run

87 25 0
                                    

Eiri menyelinap, memanfaatkan tubuhnya yang kecil, ia terbang cukup tinggi sehingga tak ada yang mengetahui keberadaannya. Beberapa kali ia mencari teman-temannya hingga ia melihat beberapa kurungan kayu yang kokoh tepat berada di bawahnya. Setelah ditatap cukup dekat, akhirnya terlihat Gill dan yang lainnya berada di dalamnya.

Eiri memejamkan matanya, pintu kurungan itu terbuka semua. Namun, penjagaan dari para wajah merah cukup sempurna, Eiri ditangkap oleh Ewo, tubuhnya turun perlahan, seolah ditarik oleh medan magnet.

*

Di sela-sela pertarungan, beberapa orang dengan topeng tanpa wajah terlihat duduk di kursi penonton. Mereka bangkit berdiri, lalu terbang turun melewati para penonton yang sedang sibuk memperhatikan pertarungan.

Pertarungan terhenti, lebih tepatnya dihentikan oleh orang-orang berjubah hitam dan bertopeng itu. Dua orang yang sedang bertarung dilumpuhkan, beberapa penjaga dengan wajah merah yang berniat menghentikan tindakan itu pun dengan mudah dilumpuhkan.

Ezara berdiri, dia terlihat bingung, begitu pula Wrazle. Sementara Dkaal masih memperhatikan tanpa beranjak dari kursinya, bersedekap.

Total ada empat orang di dalam arena. Mereka seperti merapal sesuatu, menyatukan kedua tangannya, lalu tercipta cahaya yang sangat terang. Saat itu semua orang pun pingsan tak sadarkan diri.

Namun, tidak dengan Ezara, ia masih berdiri di sana, Wrazle juga pingsan, sementara Dkaal kini berdiri tepat di samping Ezara.

Belum sempat Ezara berbicara, ia sudah didekap dengan kuat oleh Dkaal. 

"Maaf," ucap Dkaal. Ia lantas membawa Ezara turun ke dalam arena dengan terbang. Menaruhnya tepat di tengah. Lima orang termasuk Dkaal pun ada di sana mengelilingi Ezara yang berdiri. Cahaya kembali muncul, menyilaukan mata, tetapi usaha mereka sia-sia. Kekuatan yang telah masuk Ke dalam tubuh Ezara tak bisa direbut dengan cara ini.

Ewo datang dengan beberapa orang. Ia tak menyangka acara yang telah diselenggarakan akan hancur oleh kelompok topeng tanpa wajah.

"Apa yang kalian mau, hah?!" teriak Ewo.

Dkaal maju, lalu berkata, "Salah satu dari tahanan kalian adalah si pembawa bencana. Kau tahu apa itu artinya?"

"Pembawa bencana? Aku tak mengerti, apa yang kalian maksud?" Ewo benar-benar tak mengerti apa yang dibicarakan oleh pemuda kecil yang kini sedang memakai topeng tanpa wajah itu.

"Dia harus dibunuh," ujar Dkaal.

"Aku tak membunuh orang. Aku menahan mereka, tapi aku tak berniat membunuh mereka."

Dkaal terlihat tak puas dengan ucapan Ewo. Tiba-tiba ia sudah di depan Ewo, kecepatannya seperti cahaya yang langsung melesat dengan cepat. Namun, Ewo langsung menghantam wajah Dkaal tetapi Dkaal bahkan tak pergi, tak menghindar dan hanya diam saja.

Dipegangnya tangan Ewo yang menghantamnya tadi. Dipelintirnya tangan kekar itu sampai Ewo berteriak kesakitan. Benar perasaan Ezara, Dkaal bukan orang biasa, dari awal memang sudah mencurigakan, dari pengetahuannya itu, dari tingkahnya yang tak biasa.

"Di mana dia sekarang?!" Dkaal mengancam.

Namun, sebelum Ewo menjawab, beberapa panah terbang ke arah Dkaal, dan Ewo digunakannya menjadi tameng. Panah itu bertumpuk di badan Ewo layaknya sebuah papan sasaran untuk panahan.

Walau pun saat beberapa panah kembali menerjang. Panah itu terhenti, lantas berbalik arah menuju si pemilik panah, menusuk kepala mereka dari mata tembus ke tengkorak belakang.

*

Eiri berhasil membebaskan diri, walau pun tangan, kaki, dan badannya terikat kencang, ia tetap bisa meloloskan diri. Membuka semua pintu kurungan. Beberapa penjaga sudah pergi, dan mereka memilih untuk pergi dari sana, tetapi Eiri menghentikannya.

The Disaster BearerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang