[14] Pesan Dari Mebuki

318 45 0
                                    

Tok! Tok!

"Sakura? Ini mama."

"Ya, Ma? Masuk aja."

Mebuki mulai berjalan mendekat ke tepi kasur putri kesayangannya tersebut. "Kenapa belum tidur?" Tanyanya yang mendapati Sakura tengah melamun.

"Belum bisa tidur."

"Ada apa? Apa wajahmu kembali terasa sakit?"

"Tidak. Bukan karena itu. Aku sudah jauh lebih baik sekarang." Sakura tersenyum manis, membuat Mebuki juga ikut tersenyum. Kini ia mulai mengelus pelan rambut putrinya tersebut.

"Lagi memikirkan sesuatu, ya?"

"Hmm... Tidak juga." Kekehan Sakura membuat Mebuki tersenyum geli.

"Kata bibi, Sakura lagi dekat dengan seseorang ya?"

Kedua bola mata emerald itu membulat sempurna. Tiba-tiba ia merasa panik. "Ti-tidak! Bibi salah sangka!"

Mebuki menyeringai, berniat menggoda putrinya tersebut. "Kau memang tidak pandai berbohong."

"Dia hanya temanku, kok."

"Yakin cuma teman?"

"Iya." Jawab Sakura sembari mengulum senyum. Entah mengapa tiba-tiba ia mengingat kembali kejadian tadi pagi.

Rasanya bibir Sasuke masih membekas di keningnya.

"Kenapa kau menahan senyum seperti itu?" Goda Mebuki sekali lagi.

"Aku tidak tersenyum!" Sakura buru-buru membalikkan tubuhnya, agar membelakangi Mebuki. Lantas Mebuki terkekeh pelan melihat respon Sakura.

"Pantas saja sudah lama ini anak gadisku tidak mengobrol panjang denganku. Karena sepertinya dia sudah mendapatkan tempat baru untuk bertukar cerita." Mebuki terkekeh pelan menceritakan anaknya sendiri, tangannya kembali mengelus kepala Sakura.

"Dulu kamu pasti selalu datang kepada mama dan bercerita apapun tentang hari-harimu. Tapi sepertinya jika itu berkaitan dengan sebuah perasaan, kamu belum siap untuk berbagi dengan mama ya? Atau mungkin dia sudah benar-benar mendengar semua ceritamu? Uh, mama jadi merasa cemburu jika hal itu benar terjadi."

Entah mengapa kedua bola mata Sakura kini mendadak terasa hangat. Sangat hangat hingga air mata kini sudah tertampung di kedua kantung matanya.

"Setidaknya kamu harus menyisakan sedikit cerita buat mama, biar mama bisa mendengarnya." Mebuki tersenyum tipis. "Mama kangen mendengarkannya."

Sakura tak tahan, kini ia mulai terisak kecil. Sebisa mungkin ia tahan agar Mebuki tidak mendengarnya.

"Beberapa hari yang lalu anak gadis mama terlihat begitu sibuk sekali. Bangun pagi. Menyiapkan bekal double sendiri. Dan kembali ke rumah saat malam hari. Sampai mama tanya ke bapak supir, anak mama aslinya pergi kemana sih, tapi kata bapak supir rahasia, karena anak mama meminta tolong untuk merahasiakannya."

Mebuki menghela napas sebentar, kini tatapannya berubah sendu pada punggung Sakura. Tapi ia tahu, putrinya tersebut belum tertidur. Bahkan kini pundaknya terlihat sedikit berguncang kecil.

"Apakah dia orang yang baik? Mama selalu bertanya-tanya itu pada diri sendiri."

Tiba-tiba hening. Mebuki masih sibuk membelai lembut rambut Sakura.

"Sakura, mama paham kamu sudah besar sekarang. Sudah menginjak umur 18 tahun. Sudah bukan lagi anak kecil yang selalu memanggil mama jika ada sesuatu. Mama sangat paham bahwa kamu sudah bisa menentukan jalan hidupmu sendiri."

Sakura masih tetap menyimak Mebuki. Kedua pipinya kini telah banjir oleh air matanya.

"Berjanjilah pada mama dan papa, bahwa kamu akan terus berhati-hati ke depannya ya? Janji sama mama untuk tetap menjaga dirimu sebaik mungkin. Jangan sekali-kali berpikir untuk bertindak amoral. Jangan kecewakan kami. Walau mama dan papa nantinya tidak bisa lagi selalu berada di sisimu, berjanjilah bahwa kamu akan tetap menjadi anak yang baik. Menjadi orang baik bagi semua orang."

Sakura's Story 1.29 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang