[24] Kehilangannya Menorehkan Luka

530 62 13
                                    

Sudah 2 minggu lamanya Sasuke berbaring di kasur berwarna putih itu. Kasur yang sudah menjadi sebuah benda paling memuakkan untuknya.

Tangan kirinya sudah lama juga tak bisa banyak bergerak, karena ada jarum yang menyangkut di permukaan dorsal tangannya, umumnya jarum tersebut menembus sedikit vena supervisial dorsalis, vena basilika, atau vena sefalika miliknya.

Tatapannya kembali menatap kosong awan-awan dari atap rumah sakit tersebut, sama seperti hatinya yang juga terasa kosong.

Ketika semua tujuannya sudah tercapai, ia telah beranggapan bahwa mimpi buruknya tak akan pernah lagi menghantui dirinya.

Ia telah beranggapan bahwa setelah semua urusannya selesai, hatinya akan merasa lega dan rasa sakit akan dendam itu hilang.

Ia telah beranggapan bahwa gangguan bipolar yang menjadi kelemahan dirinya selama ini akan menyurut dan ia akan segera kembali hidup normal.

Namun faktanya hal itu tidak pernah terjadi.

Kekosongan yang ia dapatkan justru membelenggu jiwanya. Semenjak hari itu, ada goresan luka yang sudah tertoreh di hatinya.

Semenjak hari itu, mimpi buruk lainnya bahkan kembali menimpa dirinya. Mimpi buruk yang seolah-olah telah menegaskan bahwa hal itu adalah wujud dari rasa ketakutannya saat ini.

Mimpi buruk yang bahkan sudah membuat gangguan bipolarnya semakin memburuk.

Mimpi buruk yang ia ketahui bahwa ia telah menghancurkan kehidupan seseorang. Begitu hancur hingga rasanya ia pun telah ikut hancur bersamanya.

Sasuke jadi banyak terdiam dan merenung selama ini. Merenungkan bagaimana keadaan wanita bersurai merah muda saat ini.

Wanita yang saat ini bukan lagi seorang gadis yang saat itu telah sukses masuk ke dalam kehidupannya.

Bahkan ke dalam hatinya.

Sasuke sontak menarik napasnya panjang. Rasa sesak itu benar-benar terasa menyakitkan. Apalagi setelah ia mengetahui bahwa Sakura pergi dari rumah dan hilang entah kemana. Rasa sakit itu tiba-tiba saja menghantam lubuk hatinya.

Untuk kepergian Sakura, itu di luar dugaannya.

Ia tidak pernah menduga bahwa Sakura akan pergi meninggalkan keluarganya.

Kemarahan dan kebencian seperti apa yang telah terjadi di antara keluarga itu ketika mengetahui Sakura tengah mengandung anaknya?

Deg.

Rasanya mendadak begitu menyesakkan. Dadanya tiba-tiba terasa sangat sakit seperti sedang dihantam batu yang begitu besar. Menyisakan luka yang begitu dalam.

Anaknya.

Fakta itu kembali mencubit hatinya sangat keras.

Bukankah seperti ini keinginan Sasuke?

Lalu kenapa ia kini merasa begitu sakit menerima fakta itu? Kenapa dia harus merasakan sakit juga?

Apakah mereka baik-baik saja?

Pikiran itu selalu menghantuinya di setiap waktu. Membuat sesak di dadanya tak pernah usai.

Ternyata semenyakitkan ini.

"Sasuke... Kau melamun ya?"

"Sasuke... Ayo cepat sembuh. Aku akan mentraktir dirimu nanti."

"Sasuke... Jangan lama-lama sakitnya."

"Sasuke... Kau mau keliling taman rumah sakit?"

"Sasuke... Ayo jalan-jalan. Kamu naik kursi roda saja, nanti aku yang dorong."

Sakura's Story 1.29 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang