[22] Terputusnya Ikatan

474 58 6
                                    

Sakura tampak melamun menatap layar televisi di depannya. Matanya terlihat sangat bengkak dengan tatapan yang terlihat begitu sayu.

Dirinya kini tak lagi dapat berpikir jenih, kala mengetahui informasi mengenai dirinya yang hamil sudah tersebar luas di kalangan murid-murid hingga guru-guru di sekolahnya.

Bruk!!!

"Lihatlah Sakura!"

Dengan tatapan sayu, Sakura mengikuti perintah ayahnya yang telah melemparkan sebuah amplop dan beberapa berkas koran yang kini posisinya dekat dengan dirinya untuk ia baca.

Tak butuh waktu yang lama, Sakura mulai meletakkan kembali amplop dan berkas koran itu. Gerakannya terlihat damai, namun matanya sudah kembali menangis. Apalagi setelah ia melihat berita yang sangat terpampang jelas di koran tersebut.

"Kau tidak merasa bersalah pada kami dan dirimu sendiri?!" Tanya Mebuki menuntut.

Kedua mata emeraldnya lagi-lagi terpejam. Air matanya sudah terjatuh bebas di pipinya. Sudah 4 hari ini ia seperti terdiam membisu kala ayah dan ibunya menggertaknya dengan sangat keras. Ia terlalu lelah untuk melawan dan menghadapinya.

"Kau mau jadi apa setelah ini? Gelandangan? Lulus sekolah SMA saja sekarang kau tidak bisa karena kau telah di drop out!" Emosi Kizashi semakin memuncak. Ia tak terima dengan fakta bahwa anak semata wayangnya tersebut telah di drop out karena ketahuan hamil.

"Bahkan media cetak dan media sosial lainnya sudah gempar membicarakan tindakanmu! Keluarga kita ini cukup terpandang, Sakura, dan semua orang kini tahu betapa buruknya keturunan Haruno!"

Bibir Sakura kini bergetar hebat. Rasa sakit di hatinya benar-benar semakin terasa menyakitkan.

"Percuma saja selama ini kamu itu selalu dibilang pintar dan cerdas karena selalu menjadi juara umum 3 besar, tetapi faktanya kamu itu sangat ceroboh! Sangat bodoh dalam mengambil sebuah tindakan! Tidak punya akhlak dan moral yang baik sama saja nol, Sakura!"

Kizashi menghela napas sejenak. "Kau sudah tidak ingin punya masa depan ya? Seenaknya kau bertindak amoral hingga seperti ini!"

"Pa..."

"Bahkan beberapa perusahaan yang tengah bekerja sama dengan perusahaan keluarga kita jadi ikut memutuskan kontrak hanya karena nama keluarga Haruno sudah tercemar! Berita mengenai kehamilanmu telah memperparah keadaan!"

"Sudah ku katakan jika aku dijebak, Pa..."

"OMONG KOSONG!" Kizashi mulai berteriak. "ITU MEMANG KARENA KESALAHANMU, SAKURA! JANGAN MENGELAK TERUS!"

Teriakan Kizashi sontak membuat Sakura memejamkan matanya erat. Sesulit itu ia ingin menceritakan hal apa yang telah menimpanya selama ini.

"Sakura... Jadi seorang ibu itu tidak mudah, Nak. Jadi seorang ibu butuh proses yang panjang dengan rasa sabar yang kuat. Jadi seorang ibu bukan hanya mengandung selama 9 bulan lamanya, tetapi menjadi tanggung jawab seumur hidup." Ujar Mebuki terdengar lirih. Sakit di hatinya masih sangat membekas. Ia banyak menangis belakangan ini.

"Mama..."

"Sakura. Kamu tahu rasanya menjadi mama saat ini?" Mebuki menatap Sakura dengan deraian air mata. "Hancur sekali rasanya, Sakura. Sangat hancur. Bukan hanya hati mama yang hancur, tapi semuanya. Semuanya terasa hancur. Kehidupan mama benar-benar terasa hancur, Sakura."

Sakura tak kuasa untuk terus menangis. Matanya begitu lelah, tapi air matanya tak dapat ia bendung.

"Mama kecewa sekali denganmu. Rasa kecewa ini sudah benar-benar tidak terbendung."

Sakura's Story 1.29 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang