Seorang pemuda dengan leather jacket dan menenteng helm di tangannya turun dari tangga rumah sederhana yang ramai oleh anak-anak dan remaja tanggung.
"Ji, liat ibu gak?" Ucap si pemuda pada remaja umur 15 tahun yang sedang menonton tv bersama remaja lainnya.
"Tadi ke belakang kak, mau panen bawang katanya" sahut remaja itu tanpa menoleh pada si penanya.
"Ck, kamu paling tua disini setelah Kak Ben, Jiovan harusnya kamu contoh yang lain. Nonton boleh tapi itu sampah di liat juga" Tegur si pemuda saat melihat banyak sampah berserakan di ruang tengah.
"Sorry kak, sekarang Jio beresin" Ucap Jiovan sambil berdiri dari duduknya.
"Yang lain bantuin kak Jio juga" Perintah itu di jawab anggukan oleh 3 anak dan 2 remaja lainnya.
Pemuda itu kemudian kembali ke tujuan awalnya, mencari sang ibu.
"Bu, Ben mau izin keluar" Ucapnya setelah melihat eksistensi dari si ibu yang dicarinya.
"Loh kemana nak? Ini udah jam 6 sore masa mau main?" Wanita tua dengan ember kecil di tangannya menghampiri Ben.
"Iya Bu, kemungkinan jam 11 malem baru pulang kesini" Sahutnya sambil mengusap peluh wanita paruh baya di depannya.
Terlihat raut wajah cemas muncul dari wajah ayu di depannya. Tapi, Ben tidak bisa membatalkan janjinya. Ia harus pergi demi harga dirinya dan wanita yang paling dicintainya.
"Mainnya jauh gak? Ibu khawatir kalo kamu pulangnya malem" Wanita itu masuk kembali ke dalam rumah bersama dengan Ben yang setia mengikutinya.
"Ke Kota sih Bu, paling 3 jam dari sini" Cicitnya.
"Nak... Kalo ibu gak izinin, kamu bakal nurut kan?" Wanita paruh baya itu menatap langsung pada Ben yang bersandar pada kulkas kecil di dapur rumah itu.
"Maaf Bu, tapi Ben harus pergi"
"Ini soal harga diri mama, Bu" Ucapnya dalam hati.
"Perasaan Ibu gak enak Ben, perjalanannya terlalu jauh. Kalo gitu mending kamu pulang ke rumah aja yaa, lebih deket kesana pasti" Bujuknya.
"Ibu tau kalo Ben gak bakal mau kesana lagi kan?"
"Ben pastiin kalo Ben bakal pulang dengan selamat. Ibu jangan khawatir yaa, kunci aja pintu rumah terus taruh kuncinya di bawah pot. Gak usah tungguin Ben, bakal lama soalnya" Lanjutnya dengan senyum tipis.
"Ibu bakal tunggu, janji jam 11 udah sampe yaa?" Wanita itu mendekat dan memeluk pemuda tinggi di depannya.
"Jam 11 baru berangkat Bu, hehe.."
Jawaban pemuda itu menghasilkan pukulan di pantatnya. Pelakunya sudah tentu si Ibu.
"Nyampenya jam 2 dong" Protes wanita itu.
"Tenang Ibu Gina yang paling cantik. Ben perginya sama bang Delvon juga kok" Rayunya dengan tetap memeluk wanita itu.
"Udah gak bisa ngomong ibu jadinya, yaudah sana pergi tapi inget pulangnya gak boleh lecet oke?"
"Siap Ibu, Ben bakal pulang dengan selamat"
Pemuda itu dengan semangat mencium tangan si wanita dan berlalu pergi setelah mendapat izin.
"Doa ibu selalu menyertaimu Nak" Ucap wanita itu lirih.
Sementara Ben yang sudah tiba di ruang tengah dan melihat ruangan itu sudah rapi, tersenyum tipis dan mendekati dua remaja yang tersisa.
"Jio sama Hesa jaga yang lain yaa, terutama Ibu. Kak Ben bakal keluar sebentar" Ucapnya sambil mengelus rambut anak yang paling tua disana setelah dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's All About Time
FanfictionBen meninggal dalam kecelakaan. Pemuda itu pikir ia akan pergi ke neraka karena dosa-dosanya, tapi kenyataannya pemuda itu malah terdampar di tubuh orang lain dengan wajah persis sepertinya. Kematiannya yang direncanakan membuat Ben berambisi untuk...