Seorang pemuda dengan tergesa menuruni tangga menuju dapur di sebuah rumah sederhana.
"Bu, aku udah telat gk usah sarapan yaa" Ben berujar cepat sambil merapikan seragamnya.
"Kan bubu udah bilang kemarin jangan bergadang" Keiza berkacak pinggang melihat penampilan tidak rapi dari keponakannya itu.
"Iyaa maaf, besok Ben ulangi" Ujarnya main-main sambil mengambil sepotong roti di atas meja.
"Heh siapa ngajarin begitu?!!" Nada Keiza naik satu oktaf mendengar perkataan keponakannya tersayang.
"Hehe, bercanda bu. Yaudah aku berangkat yaa pinjem mobil satu bu" Ben mengadahkan tangannya meminta kunci mobil dengan senyum cerah.
"Gk ada mobil mobil, kamu bareng bubu ke sekolah sekalian bubu mau ke butik" Tanpa menunggu respon dari ponakannya. Keiza beranjak dengan menenteng dua buah kotak makan siang.
"Ish bubu gk seru" Ben menggerutu namun tak ayal tetap mengikuti Keiza keluar rumah.
***
Sepanjang perjalanan dari koridor menuju kelasnya, Ben menundukkan kepala. Hal ini tak lain dan tak bukan karena sebuah kotak bekal bergambar kartun beruang yang ia dekap erat.
Kenapa kotaknya harus ini - batinnya merana.
Setidaknya bubunya itu menyiapkan kotak yang lebih manly untuk Ben yang tampan ini.
Kepala pemuda itu semakin menunduk saat mendengar bisik-bisik orang di sekitarnya. Banyak yang memekik tertahan, bahkan ada yang berbicara buruk tentangnya.
"Kenapa nunduk?"
Suara tiba-tiba itu membuat Ben terlonjak dan segera mendongak. Disana berdiri pemuda jangkung yang tak lain adalah kembarannya.
"Nyari duit" Sahutnya asal sambil mendengus.
Ben segera beranjak meninggalkan Saskara, pemuda itu tidak mau berlama-lama dengan salah satu bagian Zacharias.
Saskara yang diabaikan tentu berusaha mengimbangi langkah kembaran mungilnya itu.
"Kemarin tidur dimana?"
Cukup lama Saskara menunggu namun tak ada balasan dari pemuda di sampingnya.
"Lo ke rumah uncle kan? Dapet baju dimana? Buku lo gimana? Tadi berangkat sama-"
"Ck"
Ucapan Saskara terhenti begitupun dengan langkahnya ketika mendengar decakan tidak suka dari Ben.
Ben menoleh pada Saskara dengan raut wajah datar membuat pemuda itu gugup seketika.
"Gue udah pernah bilang kan jangan urusin hidup gue? Mau gue mati pun lo gk usah peduli" Ucapnya tegas.
Tanpa menunggu sahutan dari kembarannya, Ben langsung memasuki kelasnya yang kebetulan sudah di depan.
Sementara Saskara termenung mendengar ucapan Ben.
Ben gue mohon maafin gue - Batinnya sedih.
Dengan murung Saskara beranjak pergi.
Satu hal yang tidak dilihat oleh pemuda itu adalah, tubuh kembarannya yang langsung menelungkup di atas meja dengan bergetar pelan. Suara isakan berusaha pemuda itu redam di tengah bisingnya kelas di pagi itu.
Sampai kapanpun, Ben dengan tubuh Fed akan terus tersiksa dengan rasa sakit yang sekuat tenaga ia hiraukan.
***
Istirahat makan siang hari ini Ben habiskan sendiri di taman belakang sekolah. Berbekal makanan yang Keiza siapkan Ben duduk dengan tenang menikmati makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All About Time
FanfictionBen meninggal dalam kecelakaan. Pemuda itu pikir ia akan pergi ke neraka karena dosa-dosanya, tapi kenyataannya pemuda itu malah terdampar di tubuh orang lain dengan wajah persis sepertinya. Kematiannya yang direncanakan membuat Ben berambisi untuk...