Memories under the rain

791 98 21
                                    

la memandang malas rumah besar di hadapannya. Ketika ia tiba di apartemen Keiza, bubunya itu malah menyuruhnya untuk kembali ke rumah.

"Daddy kamu nelpon bubu tadi, kamu terpaksa harus pulang Ben. Maaf bubu nggak bisa ngelawan daddy kamu" ucap bubunya saat itu.

Disinilah Ben berdiri, di depan rumah yang menjadi neraka baginya.

"Masuk sana" ucapan Kahill menyadarkan Ben dari lamunannya.

"Eum, Thanks yaa kak" ucapnya pelan.

Belum sempat Ben beranjak masuk, suara Kahill membuatnya menoleh kembali.

"Besok...mau berangkat bareng gue?" tanya pemuda itu ragu.

"Maksud gue kalo lo nggak keberatan, lagian kita searah" jelasnya lagi sebelum Ben sempat menjawab pertanyaannya.

Ben terdiam sejenak sebelum memutuskan mengangguk menyetujui ajakan Kahill.

"Boleh, motor gue juga udah nggak ada" ucapnya singkat.

"Kalo gitu besok gue jemput yaa, sekarang lo masuk sana" Kahill menahan senyumnya 

"Kalo gitu besok gue jemput yaa, sekarang lo masuk sana" Kahill menahan senyumnya 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ben hanya mengangguk dan melanjutkan langkahnya ke dalam rumah besar dihadapannya.

Yess!!

Kahill mengepalkan tangannya keudara dengan senyum lebar yang tidak dapat ia tahan. 

Dengan hati berbunga pemuda itu melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Zacharias.

Di sisi lain, Ben yang baru memasuki rumah besar itu disambut oleh Aru yang langsung memeluknya.

"Kamu nggak papa kan?" tanyanya pelan.

"Yaa. Gue mau ke kamar dulu" Ben melepaskan pelukan gadis itu dan melangkah malas ke kamarnya.

Rumah itu sepi, mungkin tuan besar yang juga daddy nya masih di kantor sementara  ketiga Zacharias pasti pergi ke basecamp.

"Bagus lah, gue nggak perlu repot-repot ketemu mereka" gumamnya acuh.

Hari itu Ben habiskan sepenuhnya berdiam diri di dalam kamar. Ia memilih menyibukkan diri menonton film.

3 jam pemuda habiskan hanya untuk menonton dan mendengarkan musik. Ketika sore menjelang ia memilih untuk turun ke dapur dan berencana membuat jus.

"Beli beli tobeli" gumamnya random.

Suasana hati Ben sedang baik saat ini, setelah menonton film dan bermalasan ia menjadi sangat ceria. Membayangkan jus buah kesukaannya membuat Ben tidak bisa menahan senyumnya.

Namun, pilihan pemuda itu untuk turun ternyata salah. Di ruang tamu dapat ia lihat dipenuhi oleh Zacharias dan teman-temannya.

"Ck, salah banget gue turun" gumamnya malas.

It's All About TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang