Seperti yang di setujui oleh Ben, hari ini ia dan Kahill akan berangkat bersama ke sekolah. Ben sudah rapi dengan seragamnya dan rambut yang kali ini ia ikat sedikit di bagian atas membuatnya terlihat sangat imut.
Entah kenapa Ben menjadi sedikit berdebar, padahal ini hanya hari biasa dimana ia hanya akan berangkat sekolah dan belajar seperti biasanya. Namun entah ini terasa berbeda karena Kahill yang menjemput nya atau bagaimana, Ben pun tidak mengerti.
"Huftt santai Ben, lo jangan kaya bocah ABG yang baru kenal cinta" Gumamnya sambil menepuk pipinya pelan.
Ben menuruni tangga rumahnya dengan semangat, pemuda itu bergegas untuk ke dapur dan mengambil sarapannya. Ia berencaan untuk sarapan di jalan saja daripada di rumah bersama Zacharias lain.
"Loh bubu?!!" Serunya dengan nada kaget sekaligus senang.
"Halo manis, bubu kangen banget sama kamu padahal baru sehari nggak ketemu" Keiza berujar lesu.
Tanpa menunggu lama Ben memeluk bubunya dengan senang.
"Makanya bubu tinggal disini aja bareng aku" Ucapnya manja.
Menghabiskan waktu dengan Keiza membuat Ben sadar bahwa pamannya itu memiliki wajah cantik yang sangat mirip dengannya. Sedikit banyak pemuda itu juga sadar bahwa hubungan Keiza dengan daddy nya tidaklah baik.
"Hari ini bubu udah masakin kamu nasi goreng, ayo sarapan dulu" Pria itu menuntun Ben menuju meja makan, dan tepat pada saat itu Zacharias lain turun dari lantai atas.
"Untuk apa kamu ke sini?" pertanyaan datar itu datang dari pria matang yang merupakan daddy dari Ben sendiri.
Ben menoleh pada Keiza dan mendapati rauh sendu dan lelah disana.
"Aku datang untuk Ben, setelah ini aku akan pergi" Ucapnya lemah
"Uncle masak?" Kali ini Jareth yang bertanya dengan nada sedikit bersemangat.
"Cuma nasi goreng, kalian juga ayo sarapan" Keiza tersenyum tipis pada keponakannya itu, meski ia melirik pandangan datar datang dari kakak iparnya.
"Bu, aku dibuat bekal aja yaa, yang jemput aku udah di depan" Ucap Ben dengan senyum manis.
"Loh, kamu berangkat bareng siapa sayang?" Tanya Keiza cukup terkejut.
"Ada deh, nanti aku kenalin ke bubu" Ucapnya dengan nada bercanda
"Huh, yaudah bubu siapin dulu bekal nya"
Ben tidak memperdulikan pandangan dari daddy maupun saudaranya yang lain, fokusnya hanya menunggu Keiza memasukkan sarapannya ke kotak bekal. Anehnya, Zacharias lain bukannya langsung menuju meja makan melainkan melamun di depannya.
"Nah ini bekal kamu, nanti suruh yang jemput hati-hati ya" Keiza tiba dengan bekal di tangannya dan mengelus lembut rambut Ben.
"Siapp bubu, aku berangkat dulu" Ben pamit pada bubunya lalu menoleh pada Saskara.
"Gue berangkat kak, sampe ketemu disekolah" Setelah keputusannya kemarin untuk menerima permintaan maaf dari kembarannya, Ben mulai sedikit terbuka pada pemuda itu.
"Hmm hati-hati, habis sarapan gue nyusul" Saskara menyahut dengan senyum.
Interaksi itu menimbulkan tanda tanya dari tiga Zacharias lain, tentang bagaimana sepasang kembaran itu bisa semakin dekat.
Setelah berpamitan, Ben melangkah riang menuju keluar mansion besarnya. Kahill sudah mengabarinya melalui chat jika pemuda itu telah tiba di rumahnya.
Saat tiba di halaman depan, pemuda itu melihat Kahill yang sudah duduk anteng di atas motor miliknya. Sedikit banyak Ben terkejut mengetahui bahwa kakak kelasnya itu mengendarai motor Royal Enfield Meteor 350 Supernova warna coklat. Ia kira Kahill itu pemuda yang akan memilih motor santai seperti vespa.
Namun, tak ayal Ben tersenyum melihat betapa gagahnya pemuda itu dengan motornya.
"Kenapa senyum gitu" Kahill bertanya saat melihat pemuda manis di depannya menahan senyumnya
Ben yang ditanya gelagapan, dan memilih berdeham keras
"Ekhem, siapa yang senyum? Udah deh ayo berangkat" Ucapnya sembari bergegas mengambil helm tambahan yang telah disiapkan Kahill.
Melihat tingkah pemuda itu, Kahill tak kuasa menahan senyum.
Setelah memasang helm, Ben langsung naik ke atas motor Kahill dan dengan jahil menepuk pundak pemuda itu seolah-olah ia adalah ojek.
"Sesuai aplikasi ya pak, buruan nanti saya telat" Ucapnya tengil.
"Siap kak, ngomong-ngomong rambut kakak lucu, tipe saya banget" Kalimat dari Kahill tidak hanya memunculkan rona di pipi Ben, tapi juga membuat si penggoda salah tingkah.
Dalam diam motor yang ditumpangi keduanya beranjak menuju sekolah, diam mereka kali ini ditemani kupu-kupu di perut yang menggelitik, menumbuhkan perasaan manis dari dua insan yang sedang berusaha melabuhkan hati di dermaga yang sama.
***
Perjalan hening mereka terjaga hingga keduanya tiba di sekolah. Kedatangan mereka tentu menjadi pusat perhatian beberapa siswa yang memang familiar dengan wajah keduanya.
Kahill si ketua osis yang selama ini cukup bersih dari rumor asmara dan dikenal cukup pendiam datang bersama Ben yang mereka kenal penggila ketua tim basket sekolah. Sebuah keajaiban di pagi ini untuk mereka.
"Lo famous ya kak" Sindir Ben sambil merapikan rambutnya. Kahill menanggapi dengan senyum kalem dan menggerakkan tangannya untuk membantu Ben.
"Bukan gue, tapi lo" Ucapnya santai tanpa menyadari lawan bicaranya merona.
Suasana indah itu harus terganggu ketika klakson motor cukup keras di barengi dengan datangnya motor yang hampir menyerempet Ben. Namun untungnya Kahill cepat tanggap menarik pinggang Ben dan tubuh pemuda itu berakhir di pelukannya.
"Dilarang ugal-ugalan di area sekolah" Tegur Kahill tegas, tindakan pemotor akan membahayakan siswa sekolah sehingga ia semabagi ketua osis memiliki wewenang menegur, disamping itu ia cukup kesal karena pemuda di pelukannya hampir celaka.
Ketika pemotor itu membuka helm miliknya wajah Kahill semakin dingin. Ben melepaskan diri dari Kahill dan melihat pada pelaku yang hampir menyerempet nya. Disana, Theo dan tentu pemuda yang paling ia benci ada di boncengannya.
Ben memutar mata muak dengan tingkah keduanya. Ia menoleh dan menyadari Kahill cukup emosi saat ini.
"Ini area parkir, gue bebas markirin motor gimana" Ucap Theo tak kalah datar.
"Tingkah lo bahayain orang lain" Kahill menyahut lagi kali ini dengan nada dinginnya.
Ben yang malas berurusan dengan dua pemuda di depannya menggenggam tangan Kahill untuk menenangkan pemuda itu. Tindakannya tanpa pemuda itu sadari menimbulkan api dalam diri si pelaku.
"Kita pergi aja kak, gak ada habisnya ladenin orang stres" Ucapnya dingin.
"Ben, segampang itu lo berpaling? Dulu padahal lo yang ngejar-ngejar kak Theo" Ucapan Ryan dengan nada menyindir membuat Ben menghentikan langkahnya. Niat hati ingin menunjukkan bahwa tingkah Ben salah, tanpa ia sadari tindakannya akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
"Loh bukannya bagus, emang lo mau pacar lo gue tempelin?" Jawabnya cukup keras, ia ingin semua orang tahu bahwa Ryan itu pemuda licik yang selalu berusaha menarik simpati dan memojokkan dirinya. Rubah kecil, itu julukan yang tepat untuk Ryan
"Salah terus kayanya gue, cuma lo yang boleh bener kan?" Lanjutnya dengan nada sinis, perkataan Ryan cukup menguntungkan baginya karena ia bisa menunjukkan niat pemuda itu untuk menyalahkannya saat ia tidak melakukan tindakan yang salah.
Bisik-bisik mulai terdengar dari siswa-siswi di sekitar mereka. Tanpa menunggu jawaban dari pihak lain, Ben berjalan dengan senyum tertahan sambil menggandeng tangan Kahill tanpa sadar. Sementara pemuda lainnya hanya tersenyum tipis, ia puas dengan jawaban yang dilontarkan Ben barusan.
.
.
.
.
.
.
TBC
Surprise hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All About Time
FanfictionBen meninggal dalam kecelakaan. Pemuda itu pikir ia akan pergi ke neraka karena dosa-dosanya, tapi kenyataannya pemuda itu malah terdampar di tubuh orang lain dengan wajah persis sepertinya. Kematiannya yang direncanakan membuat Ben berambisi untuk...
