Menempuh 3 jam perjalanan dengan taxi, Ben akhirnya tiba di rumah 2 tingkat yang tepat berada di samping panti asuhan tempatnya tinggal dulu.
Memandang sendu pada bangunan di samping rumah 2 tingkat itu. Dapat ia lihat panti asuhan yang dulunya ramai kini sepi bahkan terkesan tidak terawat. Tanaman di halaman depan juga banyak yang sudah mati, mungkin Gina tidak menyiraminya.
"Kalo dihitung udah 1 minggu gue mati" Gumamnya.
Menghela nafas dan kembali menatap rumah di depannya. Memantapkan diri untuk mengetuk pintu rumah minimalis itu.
"Bentar" Begitu sahutan dari dalam.
Ceklek
"Iya, cari si- Ben?!!" Orang yang membuka pintu adalah Delvon sendiri, bahkan raut terkejut secara natural muncul di wajahnya.
"Oh sorry, siapa ya?" Ucapnya setelah sadar bahwa adiknya telah tiada.
"Lupa sama gue bang?" Tanya Ben balik yang menimbulkan raut bingung dari Delvon.
"Maaf, mungkin kamu mirip sama adik saya tapi dia udah meninggal seminggu lalu" Ucapnya lesu.
Ben bisa melihat keadaan Delvon tidak baik-baik saja, mata panda yang kentara, wajah pucat dan penampilan berantakan. Sangat bukan Delvon sekali.
"Ck, ini gue bang. Gue Ben" Ben berdecak dan mendekat pada Delvon.
"Gak mungkin!! Jelas-jelas gue lihat Ben udah dikubur. Lo bisa mirip dia tapi jangan bohongin gue" Ucapnya tak terima.
"Biarin gue jelasin dulu makanya, ini gue gak dikasi masuk dulu?"
"Yaudah masuk, jelasin dengan alasan yang masuk di akal" Ucap Delvon pasrah.
Ia juga tidak dapat menepis bahwa orang di hadapannya sangat mirip dengan Ben, adiknya. Hanya saja dari segi wajah orang ini lebih lembut dan cantik, juga tingginya yang lebih pendek dari Ben. Sisanya wajah mereka 100 persen mirip.
Mereka duduk berhadapan di ruang tamu. Delvon memperhatikan gerak-gerik orang di depannya yang melihat sekeliling seperti mencari seseorang.
"Papa Delon sama Mama Ami mana?" Tanyanya tiba-tiba yang membuat Delvon melotot.
"Tau nama orang tua gue dari mana lo?!"
"Bang, udah gue bilang gue Ben. Kalo gue jelasin apa yang terjadi sama gue, keknya bakalan mirip cerita fantasi" Ucap Ben.
"Cerita cepet!" Desak Delvon.
"Oke, jangan potong ucapan gue. Gue gak tau gimana gue bisa hidup lagi, tapi nyatanya gue bangun di tubuh orang yang mirip banget sama gue. Namanya Federline Benaya Zacharias, bungsu keluarga Zacharias. Tiga hari lalu gue sadar dan gue ada di rumah sakit, semua orang bilang gue hilang ingatan tapi gue tau kalo gue enggak hilang ingatan. Gua masih inget nama gue Arion Ben Chaivas, anak yang kabur dari rumah sejak usia 16 tahun dan memilih tinggal di panti asuhan sebelah rumah ini. Gue juga inget kalo terakhir kali gue kecelakaan pas balapan. Kalo dipikir apa yang terjadi emang gak masuk akal, bahkan sains belum tentu bisa menjelaskan apa yang terjadi sama gue. Tapi, nyatanya gue disini, di tubuh orang lain dan jiwa gue masih Ben yang dulu" Ucapnya panjang lebar.
"Bentar, gue masih mencerna semua. Gue pusing dengerin cerita lo" Delvon memijit pelipisnya pelan.
"Elah, udah gue singkat masih pusing aja lo bang. Intinya ini gue Ben di tubuh Federline, buat yang bikin gue bisa gini gue juga gak tau" Ucap Ben singkat.
"Coba buktiin kalo lo itu Ben"
"Lo yakin? Kalo gue bilang gue inget pertemuan pertama kita pas lo jatuh main skateboard di salah satu taman di Jakarta, trus gue yang bukannya bantu malah ngetawain lo udah percaya? Atau gimana kalo gue inget bahwa lo yang bawa gue kabur dari rumah? Lo yang pernah jatuh di got waktu bolos, di tolak cewek di tengah lap-"
![](https://img.wattpad.com/cover/317295524-288-k887220.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All About Time
FanfictionBen meninggal dalam kecelakaan. Pemuda itu pikir ia akan pergi ke neraka karena dosa-dosanya, tapi kenyataannya pemuda itu malah terdampar di tubuh orang lain dengan wajah persis sepertinya. Kematiannya yang direncanakan membuat Ben berambisi untuk...