Ben pergi ke sekolah dengan perasaan yang masih buruk. Setelah melihat fakta dari foto kemarin, ia sama sekali tidak bisa tidur.
Jadi, gue sama Fed masih terhubung - pikirnya.
Saat ini pelajaran sedang berlangsung namun pikiran Ben tidak terpusat pada materi sama sekali. Pemuda itu masih belum memiliki waktu bertemu langsung dengan Delvon, selain karena dirinya sekolah hari ini, Delvon juga harus mengajar di studio dance miliknya. Keduanya masih merencanakan untuk bertemu, secepatnya.
"Ben" Panggilan dari orang di sampingnya membuat Ben tersadar dari lamunannya. Ia mengalihkan pandangan dari jendela ke arah Hysa, orang yang memanggilnya.
"Kenapa? Udah bel tuh, bengong terus lo" Ucapnya.
Ben menggeleng, ia tidak mengeluarkan suara sama sekali. Bahkan saat dirinya disudutkan oleh Ryan tadi pagi, ia tidak membuka suara.
"Ayo kantin" Ben beranjak dan tentu diikuti oleh Hysa.
Belum tiba di kantin, ia malah dikejutkan dengan rangkulan di bahunya.
"Awas kesambet, jalan sambil ngelamun gak baik" Ucap si pelaku.
Ben menghela nafas, malas meladeni sebenarnya. Moodnya benar-benar buruk saat ini.
"Kak, gue lagi males. Jangan ganggu gue dulu"
Kahill terkekeh, ia sadar Ben sedang tidak ingin diganggu tapi apa salahnya ia mencoba untuk menaikkan mood pemuda manis itu.
"Gue tau gimana caranya biar mood lo naik, ayok" Tanpa persetujuan Ben, Kahill menarik tangan pemuda itu entah kemana.
"Bang, nitip roti gue makan pas kelas nanti!!" Teriaknya pada Sakha sebelum menghilang di belokan lorong.
Sementara itu, ada satu orang yang nampak tidak senang dengan interaksi mereka.
***
Ben pasrah saat dirinya ditarik masuk ke sebuah ruangan, pemuda itu langsung sadar ini adalah ruang musik.
"Kenapa kesini?" Tanyanya malas. Ia memang sangat menyukai musik, tapi untuk saat ini Ben sedang tidak ingin bermain musik.
"Udah, duduk disini" Kahill menarik Ben untuk duduk di kursi yang ada di depan sebuah piano di ruangan itu.
"Gue gak tau lo suka musik atau enggak, tapi buat gue musik itu pelarian yang paling ampuh tiap gue lagi ngerasa gak baik" Ucapnya setelah menyusul duduk di samping Ben.
Ben hanya memperhatikan dalam diam kakak kelasnya itu. Kahill mulai menaruh tangannya di atas tuts piano.
"Lo tau Arash Buana? Ada satu lagu yang selalu gue dengerin tiap gue down" Ucapnya kemudian alunan melodi yang familiar di telinga Ben mulai terdengar.
Suara merdu Kahill mengalun di ruangan kedap suara tersebut. Dengan lihai pemuda itu menekan tuts demi tuts yang menghasilkan melodi lembut.
Should I stay? (Should I stay?)
Should I leave? (Should I leave?)
Keep picking up these broken pieces of me
If I could (wish I could)
Take it back (to your dreams)
Wouldn't it be better if we never met?
All the hopes and promises I should've kept
Knew that it would end, what more can we expect?
Hmm
Kahill menoleh pada Ben dan tersenyum lembut. Jemarinya kembali menekan tuts dan bibirnya melantunkan lirik dengan tetap melihat pada Ben yang terdiam.
It's okay to cry for a little while
We'll just keep trying to find a way out
In another life, another time
Maybe we'll be alright
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All About Time
FanfictionBen meninggal dalam kecelakaan. Pemuda itu pikir ia akan pergi ke neraka karena dosa-dosanya, tapi kenyataannya pemuda itu malah terdampar di tubuh orang lain dengan wajah persis sepertinya. Kematiannya yang direncanakan membuat Ben berambisi untuk...
