School President

1.2K 155 18
                                    

Ben menyesal sekarang, karena perasaan sialan si pemilik tubuh ia jadi tidak berpikir dalam melangkahkan kakinya. Berakhir ia tersesat di sekolahnya sendiri. Bukan salahnya juga, gedung sekolahnya terlalu besar jika untuk ukuran sekolah normal.

"Ah sial banget gue, mana air mata gak mau berenti" gerutunya kesal.

Ben melihat sekeliling, ia berada di lorong antara 2 gedung yang cukup sepi. Kalau tidak salah ia membaca tadi gedung satunya adalah lab Biologi dan satunya perpustakaan. Masuk akal jika jam segini masih sepi, pikirnya.

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 8 dan bel mulai pembelajaran sudah terdengar, Ben menghela nafas pasrah.

"Gue bahkan lupa kelas gue dimana" Ucapnya lirih.

Pemuda itu memilih duduk di ujung lorong yang kebetulan ada taman kecil disana. Cukup bersih dan terawat, ia pikir nanti pasti akan ada orang kesini jadi ia bisa minta bantuan.

Ben sudah menunggu 10 menit namun tidak ada tanda-tanda kehadiran orang lain.

"Ngapain?" Suara yang tiba-tiba muncul dari belakangnya membuat Ben terkejut.

"Anjing!" Ucapnya spontan.

"Ramah banget mulut lo" Ucap orang yang mengejutkannya.

"Lagian lo ngagetin" Elak Ben tak terima.

Ternyata yang mengejutkannya adalah seorang pemuda tinggi dengan dimple yang terlihat bahkan ketika ia hanya berbicara.

"Ngapain lo? Bolos?" Tanya si tinggi dengan nada menuduh.

"Asal nuduh lo, gue kesasar" Ben berdiri dan menepuk celananya yang kotor karena duduk di lantai.

"Lo Fed kan? Anak 10 IPS 2? Perasaan bukan anak baru" Pemuda itu memicingkan mata curiga.

Ben melirik sebentar pada pada nametag pemuda itu. Helenio Sakhala Wilson.

"Sakhala kan? Anter gue kekelas, gue lupa ingatan jadi kesasar. Oh iya gue Ben bukan Fed" Ucap Ben panjang.

"Minta tolong yang sopan coba, lagian gue kakak kelas lo yaa" Sakhala menautkan tangannya di depan dada melihat tingkah tidak sopan Ben.

Setahunya dulu pemuda di depannya cukup manis dan cerewet. Bukannya tidak sopan seperti ini.

"Mau nolong gak? Kalo enggak gue gak maksa" Bukannya menuruti Ben malah berucap demikian.

Sakhala memilih menyerah, malas meladeni bocah seperti Ben.

"Gue gak bisa, harus ngambil buku yang disuruh guru. Eum-" Sakhala menunjukkan kunci perpustakaan pada Ben kemudian melihat sekeliling. Kebetulan ada adik tingkat yang ia kenal sebagai ketua osis sedang berpratroli.

"Kahill, sini bentar!!" Teriaknya.

Seorang pemuda yang Ben tebak adalah blasteran berjalan menghampiri mereka.

"Kenapa bang? Dia bolos?" Ucapnya sambil menunjuk Ben. Tanpa sadar Ben mengerucutkan bibirnya kesal.

"Enak aja, gue kesasar" Sambarnya cepat bahkan sebelum Sakhala menjawab pertanyaan si pemuda blasteran.

"Tolong anter ni anak ke 10 IPS 2, dia lupa ingatan jadi kesasar. Gue harus ambil buku" Sakhala menepuk pundak Kahill. Kemudian berlalu menuju perpustakaan yang masih terkunci.

"Ayo, kelas udah mulai dari tadi" Ucap pemuda tinggi itu kemudian menunjukkan jalan pada Ben.

Dengan kesal Ben mengikuti pemuda di depannya. Moodnya sangat buruk sekarang, sudah terbawa perasaan pemilik tubuh sekarang ia dibuat kesal oleh 2 pemuda tinggi sekaligus.

It's All About TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang