Saat Ben kembali ke rumah sakit bersama Delvon, ia langsung menerima omelan dari Keizaro. Bahkan Delvon yang tidak tau apa-apa juga kena semprot.
Sebenarnya Keiza sedikit bingung saat mendengar Delvon adalah teman dari ponakannya, karena setau pria cantik itu ponakannya selalu mengintili Theo sejak kecil sehingga tidak memiliki teman. Dan juga, bukankah keponakannya sedang hilang ingatan? Tapi ia menepis semua itu, Keiza cukup senang jika Ben akhirnya memiliki teman. Delvon juga tidak lama disana karena harus membereskan apartemen miliknya yang telah ditinggal lama.
Lalu kemarin hasil pemeriksaan Ben telah keluar, semuanya baik. Luka di kepala bahkan lututnya sudah mengering. Pemuda itu juga sudah melakukan tes kognitif untuk mengecek daya ingat dan hasilnya menunjukkan hal yang positif.
Saat ini, Ben yang dibantu oleh Arunika dan juga Keiza sudah siap untuk pulang kembali ke rumah pemuda itu. Delvon tidak dapat membantu karena ada rapat organisasi yang ia ikuti di kampus.
Pakaian yang dikenakan Ben masih sama, warnanya sangat cerah. Sangat bukan Ben sekali. Ingatkan ia untuk mengubah isi lemarinya nanti.
"Bu, kalo gak berjalan baik aku bakal ikut bubu" Ucap Ben lagi. Pemuda itu bahkan sudah mengatakan hal itu sebanyak 5 kali sejak sadar.
Ia tidak akan bertahan jika tidak diterima di sana. Dulu ia juga kabur dari rumah dan tidak mengalami masalah yang berarti, jadi seharusnya sekarang juga tidak masalah jika ia pergi.
"Tentu, apartemen bubu selalu terbuka untukmu" Keiza tersenyum cerah, ia sudah beberapa kali berbicara dengan Ben masalah ini tapi selalu di tolak. Sekarang malah keponakannya sendiri yang menawarkan untuk ikut dengannya.
Perjalanan yang di tempuh tidak cukup lama, karena macet itu membutuhkan 20 menit untuk sampai. Ben pikir jika jalanan lancar hanya membutuhkan 10 menit untuk tiba di rumah.
Ben menatap bangunan besar di depannya. Ini lebih besar dari rumah keluarga Chaivas yang ia ingat.
"Makin besar rumah makin besar penderitaan gue" Batinnya
"Nah ayo masuk, Bubu udah kabarin daddy kamu sih tapi gak tau deh gimana dia. Oh iya buat sekolah kamu itu dimulai minggu depan, kamu sakit pas libur semester 1 jadi sekarang kamu udah semester 2 kelas 10 di SMA Neverland" Keiza menjelaskan selama perjalanan mereka memasuki rumah besar itu dan hanya diangguki oleh Ben.
Saat masuk banyak pelayan dan bodyguard disana, hal itu membuat Ben menghela nafas. Ia tidak suka suasana ini, mengingatkannya pada rumahnya dulu.
Ben berpikir di rumah itu akan sepi saat ia pulang, tapi dugaannya salah. Di ruang tengah ada beberapa remaja SMA yang berkumpul. Ben yang awalnya tidak peduli kemudian memasang wajah bingung saat melihat orang yang ia kenal disana.
"Si bajingan Ryan ngapain disini?" Bingungnya.
Tapi ia menepis semua itu. Ben hanya fokus untuk mengikuti Keiza begitu juga Arunika yang membantu membawa barangnya.
"Oh ku kira akan sepi" Ucap Keiza mengalihkan perhatian pemuda yang ada di ruang tengah.
Seorang pemuda dengan mata sipit menoleh dan tersenyum sekilas.
"Uncle datang? Ada keperluan apa?" Tanyanya singkat.
"Kamu tak senang uncle datang, Jareth?" Keizaro mendengus karena menerima sikap tidak sopan dari keponakannya itu. Sementara Jareth hanya mengedikkan bahu tidak peduli.
Ben melirik sebentar saat mendengar Bubunya menyebutkan nama Jareth, kakak keduanya. Tapi kemudian ia memilih tidak peduli dan melihat sekeliling.
Jareth memandang Ben yang melihat sekeliling dan hanya meliriknya sekilas. Sebenarnya ada sedikit kebingungan di matanya melihat sikap adiknya yang berbeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's All About Time
أدب الهواةBen meninggal dalam kecelakaan. Pemuda itu pikir ia akan pergi ke neraka karena dosa-dosanya, tapi kenyataannya pemuda itu malah terdampar di tubuh orang lain dengan wajah persis sepertinya. Kematiannya yang direncanakan membuat Ben berambisi untuk...