Theo di kelasnya masih diam ketika bel istirahat berbunyi. Bahkan hampir seluruh siswa siswi 11 IPA 3 sudah keluar dari kelas, kecuali sahabatnya Azka. Ia masih menunggu Theo yang melamun untuk beranjak ke kantin.
"Kak Theo" Sapaan manis datang dari depan kelas. Theo yang melamun tersadar, disana sudah ada Ryan yang mulai berjalan mendekatinya.
"Kenapa gak jemput ke kelas?" Tanya pemuda itu dengan wajah lucunya.
Theo sendiri hanya tersenyum dan menggeleng. Mengusap kepala pemuda yang duduk di depannya pelan.
"Sorry, gurunya baru keluar jadi gak sempet jemput" Ucapnya lembut.
Azka mencibir pelan "Apaan orang sibuk ngelamun tadi" Pikirnya.
"Yaudah ayo ke kantin" Ryan menarik lengan Theo ke kantin dan pemuda itu tentu saja mengikuti kekasihnya.
Azka sendiri menghela nafas karena di tinggalkan.
Mereka tiba di kantin yang sudah cukup ramai, kemudian menuju tempat pengambilan makanan. Sistem kantin disini adalah prasmanan.
Sekolah akan menyiapkan beberapa menu berbeda setiap harinya dan siswa dapat mengambil jatah makan mereka sendiri, untuk uang makan itu sudah di bayar di awal masa sekolah. Sedangkan untuk menu snack dan menu di luar menu harian bisa juga siswa pesan yang akan di buatkan oleh pegawai kantin. Siswa harus membayar jika memesan menu di luar menu harian yang tersedia. Hal ini tentu sangat membantu murid beasiswa karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk makan siang mereka.
Setelah mengambil jatah makan siang, mereka bertiga menuju bangku yang sudah diisi oleh Jareth, Saskara dan juga Jerry.
"Haii semua" Sapa Ryan dengan ceria. Beberapa orang bahkan menoleh pada pemuda itu.
Ryan termasuk siswa populer karena wajah manis dan tingkah imutnya, tapi di satu sisi orang-orang selalu kagum akan kemampuan bela diri dan kemampaun balap yang dimiliki oleh Ryan. Ibarat kata Ryan itu tangguh tapi tetap manis sebagai submissive. Tentu kebanggan tersendiri bagi Theo karena berhasil menjalin hubungan dengan Ryan. Jangan lupakan Ryan juga pintar di bidang akademik dan ia tergabung di tim basket sekolah dengan kekasihnya Theo sebagai kapten.
Sungguh couple goals sekali.
"Nanti kumpul basket kan?" Tanya Jerry pada Theo yang melihat sekeliling.
"Hmm" Jawab Theo singkat.
"Gue denger basketball championship bakal dimulai 2 bulan lagi, kalian harus mulai latihan dan nyiapin tim buat tanding" Saran Jareth yang kebetulan adalah mantan kapten basket yang sudah pensiun karena akan menghadapi ujian kelulusan.
"Rencananya gue mau ngomongin itu nanti" Balas Theo, ia sesekali masih melihat sekitar.
"Nyari apa sih?" Tanya Azka jengah, kesal juga melihat Theo yang tidak jelas sejak tadi.
"Gak ada" Ucap Theo cuek.
***
Ben beranjak tepat ketika guru matematika tadi keluar dari kelas. Ia tidak merapikan barangnya karena memang tidak ada barang apapun yang ia keluarkan. Pemuda itu tidak mencatat materi yang dijelaskan omong-omong.Menoleh pada Hysa yang masih merapikan barangnya, Ben menyandarkan tubuhnya di bangku samping.
Menyadari Ben yang masih disana, Hysa tentu bingung. Ada apa dengan Ben, pikirnya.
"Kenapa masih disini?" Tanyanya yang telah selesai membereskan buku dan alat tulis.
"Ke kantin bareng aja" Ben menarik tangan Hysa untuk ke kantin. Hysa sendiri hnya pasrah, ia ingat jika Ben hilang ingatan jadi mungkin kebiasaannya dulu menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All About Time
Fiksi PenggemarBen meninggal dalam kecelakaan. Pemuda itu pikir ia akan pergi ke neraka karena dosa-dosanya, tapi kenyataannya pemuda itu malah terdampar di tubuh orang lain dengan wajah persis sepertinya. Kematiannya yang direncanakan membuat Ben berambisi untuk...