Suara siulan menggema di sepanjang lorong kelas 10. Si pelaku saat ini sedang berjalan santai dengan kunci motor yang ia putar-putar di jemarinya. Ucapkan terimakasih kepada Kahill yang telah membuat mood Ben membaik.
Sekarang sudah jam pulang sekolah SMA Neverland, sebagian siswa siswi memilih langsung pulang ke rumah masing-masing. Sebagian lagi masih disibukkan organisasi sekolah, Kahill salah satunya. Dan sisanya mengisi waktu dengan berlatih di ekskul masing-masing.
"Fed!!"
Ben yang awalnya bersiul santai menghentikan siulannya begitu pula dengan langkahnya. Menoleh ke arah kanan di mana lapangan basket outdoor berada untuk mencari tahu siapa yang memanggilnya dengan panggilan itu.
Disana banyak siswa yang Ben tebak adalah anggota ekskul basket yang sedang latihan untuk pertandingan 2 bulan lagi. Dan yang memanggilnya tadi adalah Jerry, salah satu teman kakaknya mungkin, Ben tidak terlalu tahu hal itu.
Ben baru saja akan mengabaikan panggilan itu tapi sayang harus gagal karena si pemanggil tiba-tiba sudah ada di sampingnya dan menarik tangannya.
"Fed lo beneran keluar nih? Padahal kalo gak bisa main basket lo masih bisa latihan, gue mau ban-"
"Stop" Kalimat Jerry terpotong oleh suara Ben. Begitu pula langkah mereka yang terhenti.
Ben menarik lengannya dengan kasar dan menghela nafas.
"Pertama, nama gue Ben bukan Fed. Kedua, jangan ikut campur urusan gue kita gak sedeket itu" Ucap Ben menohok.
"Jer, jangan dipaksa. Keputusan dia hak dia" Ucap Azka kalem.
"Pengecut" Ucapan orang itu membuat suasana menegang.
Ben menatap nyalang pada Theo. Ia masih bingung tentang apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka, tapi Ben tahu bahwa ada yang tidak benar dengan pemuda itu. Memilih abai, Ben berbalik tanpa berniat menanggapi Theo yang membuat pemuda berambut abu-abu tersulut emosi.
"Kabur gitu aja cih, pantes keluarga lo benci sama lo" Tanpa sadar Theo melewati batas dan menyinggung Ben terlalu jauh. Ben yang mendengar itu tentu menghentikan langkahnya.
"The!" Saskara menegur Theo dengan nada tegasnya.
Sementara satu pemuda disana berusaha sekuat mungkin menahan senyum. Ini akan menjadi tontonan yang sangat seru untuknya.
"Kenapa? Faktanya emang gitu kan? Keluarga lo gak nerima dia Sas, dia yang bikin tante Cantika meninggal" Lanjutnya dengan nada remeh.
Suasana menjadi dingin setelah pemuda itu berucap demikian. Tanpa mereka duga, Ben malah tertawa keras dan membalikkan badannya.
"Lo tau kalo lo udah melangkah terlalu jauh? Gue males ngeladenin tapi lo udah ngelewatin batas yang gue buat. Gue bahkan gak inget siapa lo, tapi lo mungkin salah satu orang brengsek dalam hidup gue selain keluarga gue" Ucap Ben dingin.
"Ben, lo gak boleh ngomong gitu" Ryan masuk ke pertengkaran mereka dan berucap dengan nada lembut.
"Lo diem!! Jadi Theo, lo mau gue gak keluar? Siapa lo? Dan lo Ryan atas dasar apa kemarin lo nuduh gue keluar karena gak bisa main?" Ucapnya tajam. Tidak ada satupun yang berkutik.
Ben maju dengan langkah tegasnya dan berhenti tepat di depan Theo. Pemuda itu tertegun melihat tatapan Ben, sangat berbeda dari Fed yang ia kenal. Tatapan itu penuh kebencian dan kemarahan.
Dia gak pernah natap gue kaya gitu
"Lo mau gue buktiin kalo gue gak pecundang kan? Well, ayo tanding 1 lawan 1. Kalo gue menang jangan bacot lagi kalo gue keluar, dan kalo gue kalah sesuai keinginan lo gue bakal tetep disini" Ucapnya tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All About Time
FanficBen meninggal dalam kecelakaan. Pemuda itu pikir ia akan pergi ke neraka karena dosa-dosanya, tapi kenyataannya pemuda itu malah terdampar di tubuh orang lain dengan wajah persis sepertinya. Kematiannya yang direncanakan membuat Ben berambisi untuk...