masalah besar bara

31 3 1
                                    

Selamat membacottttttt

"Daddy serius ini buat Steva?" Tanya Steva ketika melihat hadiah yang Bobi berikan sangat fantastik, mobil mewah keluaran terbaru yang didesain khusus untuk Steva.

"Ini semua buat anak daddy, tapi ingat...! Jangan balapan liar lagi" Bobi memberikan peringatan kepada steva anak satu-satunya, bobi sedikit memainkan hidung Steva membuat Steva tersenyum.

"Makasih dad. Stevan janji nggak akan balapan liar lagi" ucap Steva kemudian memeluk daddynya dengar erat.

Bobi memandangi anaknya yang sedang asik dengan mobil barunya, Steva adalah salah satu penyemangat untuknya. Ketika istrinya meninggal karena insiden beberapa tahun yang lalu membuat bobi trauma dan akan selalu Menjagan Steva. Apapun yang Bobi berikan untuk putri kesanganya itu. Hingga akhirnya bobi berjalan masuk meninggalkan Steva yang sedang asik dengan mobil barunya digarasi.

Dengan hati yang bahagia mendapat mobil baru dari daddnya, Steva melajukan mobilnya di atas rata-rata dan sedikit bersenandung Steva benar-benar bahagia mendapatkan kado semewah ini.

Aaaa.....

Stevan berteriak histeris ketika sebuah mobil mewah berwarna Hitam menabraknya dari arah kiri membuat mobil Steva terbanting hebat.

"D-daddy to-tolong Steva" ucap Steva yang Masih berada didalam mobil dengan darah yang bercucuran di wajahnya. Samar-samar Steva melihat kerumunan orang Yang mendekat kearahnya hingga kedua mata Steva tertutup.

*
Di rumah Bobi yang sedang disibukkan dengan berkas yang harus Bobi cek ulang, sesekali Bobi meneguk kopi yang berada di sisi kanannya. Bobi harus bekerja, Bobi memang sudah memiliki semuanya, harta dan tahta sudah berada ditangannya.

Mendengar panggilan masuk dari salah satu anggotanya membuat bobi meraih benda tersebut.

"Ada apa?" Tanya Bobi disela-sela kesibukan dan ponsel yang ia selipkan di bahunya.

"Tidak mungkin. Steva tadi berada didepan. Apa? Saya segera kesana" ucap Bobi kemudian meraih kunci mobilnya dan berlari keluar menuju rumah sakit.

*
Dirumah sakit seorang gadis cantik bulu mata yang lentik, hidung mancung, bibir seksi terbaring lemah tak berdaya di atas barangkas. Selang oksigen yang terdapat di tubuh Steva yang langsung terhubung dengan tabung oksigen disisi kanannya. Ditambah banyak perban yang terdapat di kelapa Steva. Siapapun yang melihatnya tidak melihat kehidupan di tubuh Steva.

Tampak Bobi yang melangkah masuk keruangan Steva tak berdaya. Dunianya seakan-akan hilang seketika, rasanya Bobi tidak bisa berjalan di atas bumi lagi. Bobi melangkah mendekati Steva dengan air mata kepedihan.

"Anak Daddy bangun sayang. Steva bangun. Steva sayang kan sama daddy. Daddy mohon Steva Bangun ya, Steva Sudah janji sama daddy kalau Steva tidak akan membuat daddy sedih. Masih banyak janji-janji Steva yang belum steva tepati ke daddy " ucap Bobi memeluk tubuh anaknya yang sudah lemah tak berdaya, Hanya tangis kesedihan yang terdengar. Siapapun melihatnya tidak sanggup menahan air mata, betapa sakitnya tangis seorang Daddy melihat Putri kesanganya terbaring lemah, bagaikan mayat hidup.

Bobi meraih ponsel yang berada di dalam saku celana mahalnya, Bobi mengetik lalu menghubungi salah satu kontak Disana.

"Sekarang juga cari tau siapa yang sudah mencelakakan anak saya, seret mayatnya hadapan saya sekarang" ucap Bobi kemudian mematikan Panggilannya.

*

Wajah pucat bagaikan tak berdarah berlari masuk kedalam rumah mewah bernuansa klasik. Seorang pria berlari ke lantai dua masuk keruang kerja orang tuanya.

"Ayah, ayah tolong bara ayah" ucap bara ketakutan.

"Kamu kenapa? Cerita sama ayah" ucap Hendra bingung melihat anaknya ketakutan histeris.

"Bara nggk sengaja nabrak mobil yang melintas di depan bara, bara takut gadis itu pasti sedang tidak baik-baik saja, bara takut ayah, bara nggak sengaja" jelas bara panjang lebar. Hendra yang mendengar penjelasan anaknya hanya bisa menghela napasnya kasar.

"Kamu tenang dulu, ayah akan bantu kamu. Tapi kamu harus tanggung jawab atas apa yang kamu perbuat"

"Tapi bara nggak mau dipenjara yah" seru bara dihadapan Hendra.

"Itu nggak akan pernah terjadi, papa akan membantumu mengurus ini semua, sekarang tenangkan dirimu" ucap Hendra menenangkan bara.

Tok tok..

"Maaf tuan ada orang yang ingin bertemu dengan bara" ucap mbok Ijah menunduk sopan. Mendengar ucapan mbok Ijah seketika kepanikan di wajah bara kini bertambah "itu pasti polisi yang ingin menangkap bara, bara nggak mau yah"

"Mbok suru tunggu di bawah. saya segera turun" ucap Hendra.

Dari atas lantai dua Hendra dan bara bisa melihat seorang pria berseragam hitam menunggunya di ruang tamu. "Kamu tenangkan dirimu, setiap masalah pasti ada solusinya" ucapnya kemudian turun

"Ada apa?" Tanya Hendra menatap kearah pria berseragam hitam itu yang terdapat pistol di sisi kirinya.

"Bos saya menyuruh saya untuk membawa mayat anak bapak ke hadapanya, tapi karena saya tidak suka pertumpahan darah, lebih baik bapak dan anak Bapak datang langsung menemuinya di rumah sakit, mungkin bapak sudah mengetahui maksud saya" ucap pria itu.

"Secepatnya saya Sampai disana" ucap Hendra.

*
Di ruangan Bobi sedari tadi mengusap punggung tangan Steva sambil menangis. Mendengar bunyi pintu terbuka Bobi bisa menebak bahwa seseorang telah masuk.

Bobi membalik badannya dan menatap seorang ayah dan anak sedang berdiri dihadapannya.

Brukkk..
Brukkk..

Dua tamparan mendarat di pipi kiri dan kanan bara, Bobi mengangkat tangannya mencekik leher bara hingga bara kehilangan banyak oksigen.

"Pak mohon sabar dulu pak" ucap Hendra pada bobi yang terus saja mencekik anaknya Tampa henti.

"Apa kamu bilang sabar, nyawa anak saya menjadi taruhannya." Ucap Bobi melepaskan leher bara menatap Hendra.

"Saya akan membuat anak bapak menderita, lebih dari apa yang anak saya rasakan" ucap Bobi geram menunjuk dihadapi Hendra. Hendra bisa melihat betapa marahnya seorang ayah yang ada di hadapannya saat ini, " rupanya dia bukan orang sembarang" ucap Hendra membatin

"Bapak tenang saja, anak saya pasti akan bertanggung jawab. Aku jamin itu, tapi aku memohon untuk tidak melaporkan masalah ini kejalur hukum" ucap Hendra.

"Tapi ingat satu hal. Kalau sampai terjadi sesuatu kepada anak saya. Saya pastikan anak bapak akan menjadi santapan harimau peliharaku,  saya pastikan itu" ucap Bobi.

"Saya permisi pak, anak saya akan tetap tinggal Disini sampai anak bapak sadar" ucap Hendra sembari menatap ke arah bara.

"Tapi yah ak-"

"Bara stop" bantah Hendra kemudian pergi meninggalkan bara dan Bobi.

Istri Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang