ternyata kau bukan tania

33 3 1
                                    

Selamat membacottttttt

Jam menunjukkan pukul 9 malam, steva berdiri di balkom kamarnya tempatnya ketika ia punya masalah dan seperti saat ini, dan sekarang menatap bintang dan gerlap gerlipnya lampu yang terpasang disepanjang jalan sudah tak terlihat lagi. Apa dunia betul-betul sekejam ini?, Seenaknya membolak-balikkan perasaan manusia yang seenaknya membuat manusia menangis?, Kepada siapa aku harus bertanya kepada Daddy? Ah tidak. Selama ini aku mendapatkan apa yang aku mau, kasih sayang dan harta Yang berlipah, aku punya bayak uang untuk membeli negara ini sekalipun tapi ternyata tidak Dengan rencana tuhan.

"Steva?"

Steva yang mendengar seseorang memanggilnya membalikkan badannya kearah kegelapan yang begitu menyiksanya.

"Daddy? Ada apa?" Jawab steva Dengan raut wajahnya datarnya

"Angin malam tidak baik untukmu saat ini, kamu belum sembuh total sayang"

"Maksud Daddy apa? Steva Masih sakit? Iya? Klw steva masih sakit kenapa Daddy tidak mau menyembuhkan steva, Daddy hanya sibuk dengan laki-laki yang sudah menabrak steva, laki-laki yang membuat steva menderita" jawab steva terisak.

"Bukan begitu sayang" ucap  bobi dan menarik steva masuk kedalam pelukannya, saat ini bobi terus menangis sambil memeluk steva, sebenarnya dengan mudah bobi mendapat mata buat steva tapi itu akan sangat menyakitkan, bobi tak mau masah lalu yang sangat menyakitkan itu terbayang lagi.

"Tenang sayang, Daddy janji akan segera mendapatkan donor mata buat steva, sekarang steva istirahat" ucap bobi menuntun steva sampai di ranjangnya dan menyelimuti tubuh steva sebatas pinggang.

*
Di ruangan yang begitu gelap hanya tersisah pantulan sinar lampu yang masuk dari sela-sela jendela membuat bara merefleksikan tubuhnya sejenak sambil memijat jidatnya. Beberapa hari terakhir ini membuat dirinya begitu menderita, bara hampir tak tau kalau makan dan mandi ternyata bagitu penting.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa benar aku bisa hidup dengan gadis Yang aku temui karena musibah? Aku tak pernah bercita-cita menikah untuk menderita, apa mencoba lebih baik? Tapi bagaimana kalau nanti sem- ah tidak. Bismillahirrahmanirrahim semoga semuanya baik-baik saja. Tania? Dimana dia sekarang?" Guman bara ketika baru sja mengingat nama seorang wanita yang selama ini ada didalam hatinya, kejadian kemarin membuatnya melupakan semuanya termasuk Tania.

Bara meraih ponselnya dan menelpon gadis yang bara cintai, satu dan dua "ah kenapa Tania tidak mengangkat panggilanku? Apa dia marah padaku karena aku tidak membalas pesan dan tak mengangkat panggilannya?"

Karena merasa pening memikirkan semuanya bara melangkah keluar kamar menuju dapur karena tenggorokannya begitu kering.

Setelah menuruni beberapa anak tangga bara mengerutkan keningnya ketika melihat ayahnya yang sedang termenung duduk di sofa.

"Ayah" sapa bara

"Bara? Ayah kira kamu sudah tidur"

"Ayah kira segampang itu melupakan kejadian sial beberapa hari terakhir ini"

"Setelah menikah nanti ayah harap kamu tidak berhenti kulliah, dan kamu harus mulai kerja di perusahaan ayah da-" belum selesai Hendra menyelesaikan ucapnya.

"Ayah bagaimana dengan Tania? Apa yang akan aku katakan pada Tania? Bagaimanpun tania itu pacar bara yah, bara cintai sama Tania"

"Nak cinta itu tak selamanya ada didalam hati kita pada seseorang ketika kita sudah tidak menjalin hubungan lagi dengannya, keadaan yang memisahkan kalian, dan kamu harus bisa melupakan Tania" ucap Hendra

"Bara tidak tau pasti apa bara bisa melupakan tania atau tidak, Banyak kenangan bersama tania yang tak semudah itu bisa bara lupakan yah"

"Kamu pasti bisa, semenjak kamu di rumah sakit tania selalu datang nyariin kamu, tapi ayah bilang kamu keluar kota, kamu masih aman karena media tak tau pasti siapa yang sudah menabrak steva"

"Bara lelah yah, bara mau istirahat"

Pukul 1 malam bara benar-benar kesal dengan matanya yang tak mau berpihak padanya, bara ingin tidur agar waktu begitu cepat berlalu tapi matanya kini membuatnya kesal.

Bara meraih kunci mobil dan jaket hitam miliknya dan keluar menuju clab berharap disana bara menemukan ketenangan.

Clab terlihat bagitu ramai dengan banyaknya orang-orang yang menjadikan clab ini menjadi tempat favorit mereka.

Bara mengajungkan tangannya kearah bartender untuk memesan minuman.

Satu, dua, tigas gelas minuman memabukkan itu rupanya belum bisa menenangkan pikiran bara, bara meraih botol yang berada didepannya dan langsung meminumnya tampa henti hingga tak tersisah setetes pun.

Bara menyandarkan tubuhnya di sofa dengan kesadaran Yang menghilang, bara mabuk berat. Dengan ketampanan bara banyak wanita jalang Yang tampa malu duduk dipangkuan bara sesekali mengalus dada bidang bara yang sangat menggoda itu, bara hanya pasrah tak menolak sesekali bara menyentuh bokong wanita jalang itu, wanita itu menggosokkan payudaranya ke wajah bara membuat bara sesak untuk sesaat,

"Tania sayang, jangan menggodaku seperti ini, ini benar-benar membuatku hilang akal"

"Itu yang saya suka pria tampan" balas wanita itu.

"Aku mencintaimu Tania, Jangan tinggalkan aku" guman bara

Tampa malu wanita itu memasukkan tangannya kedalam celana bara membuat bara menjerit

"Ahh.. apa yang kau lakukan Tania, kau tak pernah senakal ini? Ahh.." Jerit bara ketika juniornya disentuh dan sedikit diremas

Bara yang sudah tak tahan lagi dan sesekali mendesah ia bangkit dari duduknya dan menarik wanita itu masuk kedalam kamar yang tersedia disana, wanita itu tersenyum puas.

Sesampai didalam kamar, bara menidurkan wanita jalang itu diatas ranjang, bara yang sudah tak tahan lagi ia melumat langsung bibir merah wanita itu, lumatannya kini semakin ganas sesekali bara menghisap lidah dan kembali menghisap bibir wanita itu dengan kuat hingga wanita itu merasa sangat senang. Tak lama ciuman itu turun ke leher wanita itu dan bara tak henti-henti menyium, melumat dan menghisap seluruh jenjang leher wanita itu.

Bara mendecik saat kesadarannya tiba-tiba muncul dan melihat seorang wanita Yang tengah asik bercumbu dengannya, bara menarik tubuhnya jauh membuat wanita itu melotot kaget.

"Apa yang Kamu lakukan?" Tanya bara pada wanita itu, tapi wanita hanya santai seraya menjawab.

"Kamu yang membawaku kesini. Apa kamu masih ingat?" Balas wanita itu. Kembali mengusap lembut paha bara.

Bara terdiam sejenak, mencoba memutar memorinya kembali Yang sialnya bara tidak mengingatnya, ah persetan dengan semua itu, bara meraih bajunya kemudian pergi membuat wanita itu kesal

Bara mencoba mencari jalan untuk keluar dari clab itu, ditengah banyaknya manusia yang bergoyang mengikuti alunan DJ. Dan lampu yang bergerlap-gerlip.

Sesekali bara terjauh, untung saja kali ini bara bisa merasakan tangan memopang pundaknya.

"Apa kau baik-baik saja"

Bara sedikit mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara wanita yang tengah menegurnya,  bara tak menjawab ia melepaskan tangan wanita itu dari pundaknya kemudian berlari kecil kearah mobilnya











Istri Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang