pernikahan dari jalur musibah

13 3 0
                                    

Pukul 3 subuh bobi dan bara memutuskan untuk ke rumah Bobi yang hampir mirip dengan istana kerajaan, keduanya masuk dan terlihat ada beberapa pelayan Yang sibuk dengan kerjaannya masih-masing, bara sontak kaget dengan kediaman Bobi. Bara sedikit tak menyangka dengan apa yang bara lihat, meja dan beberapa perabot lainnya yang berlapis emas membuat bara kaget. Tapi bara tak senorak itu bukan? Toh bara juga hidup dalam kemewahan dan kasih sayang ayahnya.

"Tunggu saya Disini" ucap Bobi kemudian melangkah naik kelantai dua meninggalkan bara yang sedang sibuk meneliti rumah Bobi seperti maling.

"Apa tuan butuh sesuatu?" Tawar salah satu pelayan disana

"Ah air putih saja" balas bara.

"Tunggu..! Saya ingin menanyakan sesuatu kemana istri om Bobi? Saya tidak pernah melihatnya?" Tanya bara sedikit kepo, pasalnya bara tidak pernah melihat istri bobi, kemana dia apa Bobi dan istrinya sudah bercerai atau istrinya Sudah meninggal, ah bara juga heran dengan dirinya sendiri yang tiba-tiba kepo seperti ini.

"Maaf tuan. Istri tuan sudah meninggal beberapa tahun yang lalu waktu tuan masih tinggal diluar negeri, semenjak istrinya meninggal tuan pindah ke Indonesia dan meninggalkan mensionnya di luar negeri, saya juga kurang jelas" jelas pelayanan itu panjang lebar.

"Terimakasih atas informasinya" balas bara. Dan pelayanan itu undur diri dari hadapan bara kembali ke dapur untuk mengambil segelas air putih.

Dengan langkah lemas Bobi berjalan menaiki anak tangga satu persatu, Bobi memegang gagang pintu dan masuk kedalam kamarnya Yang berwarna putih terang dan saat ini terlihat sedikit remang. Tampa menyalakan lampu Bobi berjalan masuk dan mencoba menetralkan tubuhnya yang begitu kaku, Bobi duduk di sofa yang terdapat didalam kamarnya. Bobi menyandar bahunya dan sesekali memijit keningnya yang terasa sakit musibah yang menimpah anaknya membuatnya tidak bisa tidur nyenyak akhir-akhir ini.

"Aku yakin ini semua yang terbaik untuk Steva, Tuhan mengapa ini semua bisa menimpa pada putriku" guman Bobi kemudian menghela nafasnya kasar.

Bobi merah foto sendiang istri Yang berda diatas meja dan menatapnya penuh rindu "sayang. Katakan bahwa aku tidak gagal dalam menjaga steva. Sekarang Steva buta. Maafkan aku jika aku sudah gagal menjaga dia, aku rindu padamu. Seandainya kamu ada disini aku pasti lebih kuat menghadapi ini semua, setiap ada masalah kamu selalu memberikan semangat tapi sekarang siapa Yang Kan memberi semangat setiap ada masalah seperti ini? aku rindu padamu." Ucap bobi seraya memandangi foto sendiang istri.

*

"Tuan besar sudah menunggu anda di kamarnya, mari saya antar" ucap pria berbadan tegap dengan serangan hitam yang menutupi tubuhnya, bara yang menatapnya sontak terkejut. Rumah ini dijaga sangat ketak didalam dan diluar terlihat banyak seseorang yang menakutkan seperti ini.

Sesampai dikamar Bobi, bara mencoba membuka pintu yang memang tidak terkunci, bara mengerut keningnya ketika tak menemukan seorangpun disana. Apa dia memang menyukai kegelapan sehingga tak ada lampu satupun Yang menyala, Bara bertanya-tanya dalam hati kemana Bobi mengapa kamarnya begitu gelap, bara mengedarkan pandangannya keseluruhan sudut ruangan, bara bisa melihat dengan samar seseorang yang sedang duduk memunggunginya dari  sinar lampu Yang masuk melalui celah-celah kaca yang terpantul dari luar. "Ah dia begitu sulit untuk ditebak" bara membatin.

"Duduk"

Dengan satu kali tepukan tangan kamar ini menjadi terang membuat bara sedikit terkejut. Bara kini dengan jelas melihat Bobi yang sudah berada dihadapannya.

"Ada apa om?" Tanya bara was-was.

"5 jam kemudian operasinya akan segera dimulai, apa kamu benar-benar yakin dengan keputusanmu?" Tanya Bobi lagi. Ada apa ini? Mengapa Bobi menanyakannya lagi, bukankah ini semua yang bobi inginkan bukan?.

"Bara yakin om. Bara sudah siap menerima konsekuensinya, ini semua salah bara dan bara Harus bertanggungjawab" jelas bara lagi membuat bobi tersenyum pahit yang terlihat di mata bara.

"Ini"

Bobi melempar selembar kertas yang berukuran sedang kearah bara, bara juga tidak tau kertas apa itu, yang bara tau jelas ada beberapa kalimat Yang tertulis disana.

"Apa ini?" Tanya bara heran.

"Baca sendiri" ucap Bobi lagi.

Setelah mengamati kata perkata Disana, ia benar-benar tak menyangka dengan keputusan yang Bobi ambil, bara sedikit bingung dengan ini semua, bagaimana mungkin Bobi menyuruh bara untuk menikahi Steva agar bara tidak jadi mendonorkan matanya kepada Steva. Apa mata dan pernikahan sama-sama nilainya, sangat membingungkan,

"Bagaimana bisa saya melakukan ini?" Bara butuh penjelasan atas isi kertas itu Yang menurut tidak masuk diakal sehat manusia manapun.

"Saya Sangat menyukai kepribadianmu laki-laki yang jentel dan bertanggung jawab, saya yakin Steva akan bahagia hidup bersamamu"

"Bagaimana kami bisa hidup bahagia sedangkan kami tidak saling mengenal, kami tidak saling cinta. Pernikahan itu suci dan satu kali seumuran hidup saya, bagaimana mungkin om mau merelakan anak om kepada saya yang baru om kenal lewat jalur musibah seperti in" ucap bara tegas.

"Cepat atau lambat kalian akan saling mencintai, kalian harus mencobanya dulu" ucap Bobi.

Bara Yang mendengar ucapan konyol bobi berdiri dan melangkah pergi, tapi

"Tunggu" cegah bobi menghentikan langkah bara.

"Saya sudah diskusikan ini dengan ayahmu, saya sebagai orang tua ingin yang terbaik untuk putri kesanganya saya, dan saya suka dengan kepribadian kamu, sudut pandang keluargamu, sangat sulit mencari lelaki yang sepertimu untuk putriku, dan soal donor mata. Serahkan semua kepada saya. Saya akan menemukannya secepatnya, tugas kamu hanya menikahi putri saya dan buat dia bahagia untuk selamanya, jangan biarkan satu tetes air mata steva jatuh kecuali itu air mata bahagia, jangan mengkhianati dia" jelas Bobi, mengingat masa lalu steva yang selalu gagal dalam hubungan percintaan, banyak laki-laki yang ingin mendekati Steva karena harta dan fisik steva saja.

"Tapi tidak segampang itu om" bantah bara, bagaimana mungkin dirinya menikahi gadis yang baru ia kenal lawat jalur musibah itu, bara tidak yakin bisa membangun rumah tangga bersama gadis yang bara tidak kenal. Apa cinta lewat jalur musibah itu benar-benar ada? Ini benar-benar aneh. Tapi apa benar keanehan ini benar-benar ada? Siapapun tolong jawab aku.

"Kamu tinggal memilih kehilangan penglihatanmu atau menikahi putri saya dan buat di bahagia selamanya" tegas Bobi.

Bara hanya pasrah. Mungkin tuhan sudah menulis takdir hidupnya memang seperti ini, bara ka menyangka akan menikah dengan gadis yang bara tidak cintai. Bagaimana bara bisa bahagia.

"Baiklah. Saya akan menikah Steva." Bara pasrah lalu menandatangani kertas Yang dibubuhi materai disana.

Istri Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang