steva hamil?

7 3 2
                                    

Jam 7 malam semua pelayan sedang sibuk menyiapkan makan malam, ada banyak menu yang tersedia malam ini karena Hendra akan ikut makan malam di rumah steva, sedangkan Bobi sebentar lagi sampai, Steva senang akhirnya bara ada dirumah awal malam. Steva terus berharap cintanya pada bara tidak bertepuk sebelah tangan walaupun itu sulit " tapi aku harus berusaha membuat bara cinta sama aku" guman steva.

"Sayang..?"

"Daddy..? Itu Daddy kan?" Ucap steva kemudian bangkit dari duduknya berjalan kearah pintu.

"Ini Daddy" balas Bobi.

Bobi berjalan menghampiri steva dan memeluk Steva begitu hangat, bobi sangat merindukan putrinya itu. Bobi meneteskan air matanya sesaat kemudian menghapusnya dengan punggung tangannya.

"Bagaimana keadaanmu, kamu sehat?" Tanya bobi.

"Aku kesepian tampa Daddy, aku sangat merindukan Daddy. Jangan pergi lagi" ucap steva terus memeluk bobi enggan untuk melepaskan pelukannya.

"Apa bara merawatmu baik" yang bobi sebelum melepaskan pelukannya.

"Iya.  Steva bahagia bara selalu ada untuk steva" balas steva bohong.

"Jangan sembunyikan apapun dari Daddy.  Apapun  Daddy tau" ucap bobi.

"Sungguh, tapi steva tetap kesepian kalau Daddy nggk ada di rumah"

"Bara dimana?" Tanya bobi.

"Dia lagi diruang kerja" balas steva.

*

Makan malam kali ini begitu ramai, begitu hangat dengan keberadaan Hendra dan Bobi, Ini adalah makan malam paling bahagia untuk Steva setelah Steva menikah.

"Bagaimana keadaanmu steva?" Ucap Hendra pada menantunya.

"Alhamdulillah steva sehat ya"

"Sehat dong, kan pengantin baru. Bedah dengan kita yang sudah lama menduda" jawab bobi membuat semuanya tertawa.

"Hahahah tapi kira-kira kapan kita punya cucu, aku sudah tidak sabar. Bagaimana pak Bobi?" Ucap Hendra sebelum memakan makannya.

"Ah benar sekali, bara kira-kira kapan  ya?" Ucap Bobi.

Steva dan bara hanya bisa diam mendengar ucapan orang tua mereka, bagaimana mungkin mereka akan memiliki anak  dengan keadaan steva yang buta apalagi mereka tidak saling mencintai. Ah benar-benar aneh permintaan orang tuanya itu.

"Doain aja yah, kita juga sementara usaha" balas bara.

Steva yang mendengar ucap bara membuat steva mengangkat alisnya sebelah, bagaimana mungkin bara bisa sesantai itu dengan pertanyaan orang tuanya.

"Usaha? Usaha apaan, orang bara juga jarang dirumah. Pandai sekali dia bersandiwara" ucap steva dalam hati.

Di meja makan begitu ramai mereka makan begitu lahap sesekali bercanda gurau membuat tidak ada kerjaan. Yang ada hanya suara tawa yang terdengar membuat steva sangat bahagia.

"Bukan begitu, tapi begini"

"Hahahah iya, saya melupakannya"

Bara sesekali menatap kearah ayahnya dan juga bobi yang begitu akrab dan bercanda gurau, bara tidak menyangka kalau bobi ternyata bisa melawak juga, bara pikiran bobi itu orang yang kaku san juga kejam tapi ternyata tidak.

"Steva ingin seperti ini terus, bisa duduk makan malam bersama bara" ucap steva dalam hati.

"Ah aku hampir saja melupakannya, sayang ada kabar gembira untuk kamu" ucap Bobi.

"Apa Daddy?" Balas steva.

"Daddy sudah dapat donor mata buat steva" ucap Bobi.

Steva yang mendengar ucapan bobi terlihat tak suka, steva tidak mau menyakiti hati Daddynya, ya. Mungkin sangat mudah mendapatkan nomor mata untuknya tapi Daddynya mendapatkannya pasti dengan cara menculik orang untuk mengambil matanya, yah.  Daddynya adalah mantan ketua mafia Yang membawai dunia hitam, yang begitu gampangnya merenggut nyawa orang, Dan steva tidak mau Daddynya kembali melakukan hal itu, sudah cukup mominya jdi korban, dan. Setelah dirinya melihat bara pasti akan meninggalkannya, steva tidak pernah bercita-cita menikah dua kali. Dan bagaimana dengan dirinya yang sudah terlanjur mencintai bara?. Steva mau bara mencintainya dan bisa menerima kekurangan steva.

"Tidak dad. steva tidak mau menerima donor mata itu" ucap steva tegas. Bara, Hendra dan Bobi yang mendengarnya pun tak menyangka dengan pernyataan steva.

"Maksud kamu apa? Bukankah bisa melihat lebih bagus dari pada buta?" Tanya bara. Bara juga tak tau mengapa steva menolak donor mata itu.

"Sayang, Daddy mohon terima donor mata itu. Daddy lebih sakit melihat steva seperti ini terus" ucap Bobi.

"Tidak....! Steva tidak setuju kalau Daddy kembali melakukan perbuat Daddy dulu, cukup mommy jadi korbannya. Steva tidak mau kalau Daddy menjadi korban selanjutnya" balas steva.

"Maksudnya?" Tanya Hendra. Sebenarnya ada apa dengan masa lalu bobi hingga membuat steva tak mau menerima donor mata itu.

"Steva mau istirahat" ucap steva sembari berjalan meninggalkan meja makan dengan tangan untuk merabah.

Auuuuu

"Disini ada meja, lewat sini" ucap bara yang dengan sikap mengantar steva kekamar.

Sesampai dikamar Steva terus menangis, bara mencoba menenangkan steva tapi sepertinya belum ada tanda-tanda tangis steva meredah. Sebenarnya ada apa dengan masa lalu om bobi sehingga membuat steva sesedih ini. Itu yang bara ingin tanyakan tapi sepertinya bukan waktu yang tepat.

"Om bobi sudah berjuang keras mencari donor untuk kamu, tapi kenapa kamu menolaknya?" Tanya bara. Sembari mengusap punggung steva.

"Selain masa lalu Daddy, kamu juga alasan aku untuk tidak menerima donor mata itu bara" ucap steva dalam hati.

Panggilan dari ponsel bara memalingkan pandangnya bara meraih ponselnya dan tania yang sedang memanggilnya, "steva saya angkat telepon dulu"

"Iya"

Bara berjalan kearah balkon kamar menghindari steva. Bara tidak mau steva tau hubungannya dengan tania, apalagi saat ini tania sedang hamil.

"Ada apa Tania?" Jawab bara.

"Sayang aku dan bayi kita kangen sama kamu, kamu kesini ya" ucap tania dari seberang.

"Maaf Tania aku nggk bisa kesitu sekarang, dirumah lagi ada ayah dan om bobi" ucap bara.

"Tapi sayang aku kangen sama kamu, aku nggak bisa tidur kalau nggak meluk kamu"

"Kamu sabar dulu situasinya tidak memungkinkan, ya sudah aku tutup" ucap bara kemudian mematikan panggilannya sepihak.

Istri Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang