kurelakan cahayaku untukmu

15 3 0
                                    

Hendra menuruni mobil sportnya yang sudah terparkir di parkirakan rumah sakit, terlihat banyak wartawan yang berkeliaran didepan rumah sakit, dengan langkah pasti Hendra mengumpat masuk melewati ruang belakang tak lupa masker dan topi yang menutupi wajahnya, hendra tak mau berurusan dengan banyaknya karyawan disana yang menurutnya tak berguna itu.

Dengan tergesa-gesa Hendra menghampiri ruang UGD dan langkahnya terhenti ketikan melihat putranya duduk di ruang tunggu dengan mengacak rambutnya. Hendra tak menyangka anak yang dia rawat dengan kasih sayang mengalami musibah sebesar ini, Air matanya kini membendung dikedua matanya.

Hendra terus berjalan, menelusuri koridor rumah sakit, banyak orang Yang lalu lalang, hampir saja ia menabrak seseorang disana. Ya! Karena steva berada di UGD VVIP.

"Bara?" Panggilan Hendra.

Bara menoleh dan melihat hendra dari kejauhan menatapnya "Ayah" panggil bara.

Bara berlari dan memeluk Hendra dengan erat membuat air mata yang sedari tadi terbendung pun lolos.

Akhirnya ayah datang juga, sedari tadi bara menunggu ayah" ucap bara.

Hendra benar-benar tak tega melihat anak satu-satunya mengalami masalah yang berat seperti ini, jelas raut pucat dan mata sembab di wajah bara.

"Tenangkan dirimu, kita cari jalannya sama-sama" ucap Hendra lalu masuk keruang UGD menemui bobi.

"Tuhan semoga semuanya baik-baik saja" ucap bara kemudian menyusul ayahnya.

"Saya turut prihatin atas apa yang menimpa putri bapak" sapa Hendra.

Mendengar ucapan Hendra, Bobi menyingkirkan kursinya menghampiri Hendra yang berada di ambang pintu.

"Ini semua karena ulah anak bapak" balas Bobi.

"Maaf sebelumnya, bara sudah menceritakan atas apa yang menimpa anak bapak, saya akan membatu mencarikan donor mata secepatnya"

"Sampai kapan? Sampai anak saya sadar atau sampai saya melihat anak saya sadar lalu menangis siang dan malam?" Tanya Bobi menatap Hendra.

"Saya tau pak, mencari donor mata tidak segangpang itu, tapi saya akan berusaha semaksimal mungkin. Bapak bisa pegang kata-kata saya" balas Hendra.

"Saya mau secepatnya..! Apa bapak bisa!. Jawab?" Bentak Bobi. Hendra hanya terdiam tanpa sekata pun.

"Sudah om, biar mata saya yang akan menjadi gantinya" balas bara mengambil alih, bara tidak tega melihat ayahnya yang kena batunya karena ulahnya.

"Itu yang saya maksud" ucap Bobi.

"Tidak..! Ayah tidak setuju. Kamu tidak bisa memberikan matamu begitu saja nak" tegas Hendra.

"Nggk yah. Bara ikhlas, ini semua kesalahan bara. Dan bara harus bertanggung jawab" ucap bara.

"Tapi ayah nggk setuju, ini menyangkut hidup kamu nak" ucap Hendra.

"Lalu bagaimana dengan hidup anak saya?" Tanya bobi geram, Hendra hanya diam mendengar ucapan bobi tampa bisa berkata-kata lagi.

"Maafin bara yah. Tapi ini sudah jadi keputusan bara, ayah percayakan sama bara? Bara janji nggak akan merepotkan ayah" ucap bara. Bara menjatuhkan tubuhnya di hadapan Hendra, bara menyentuh kedua kaki Hendra dengan air mata, mungkin hari ini jadi hari terakhir ia bisa melihat ayahnya. Dan bara pasti akan mengakhiri hidupnya dari pada harus hidup dalam kegelapan.

Hendra mengangkat tubuh bara menyamainya. " Ayah nggk tau apa ayah bisa iklas atau tidak, apa ayah bisa merelakanmu, kamu satu-satunya yang ayah punya, dan ayah akan selalu bangga padamu, kamu selalu bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan, ayah selalu bersamamu nak." ucap Hendra kemudian memeluk anaknya.

"Saya kan mengurus semuanya, agar operasinya segera dilakukan" ucap Bobi lalu melangkah keluar.

*
Setelah melakukan beberapa tahap, dokter mengatakan operasi akan di lakukan besok pagi.

"Hai. Saya bara, sebelumnya saya benar-benar minta maaf karena membuatmu menderita, karena membuatmu hidup dalam kegelapan, kau Taukan dunia ini sangat indah? tenang saja sebentar lagi kamu akan melihatnya walau saya tak pernah melihat dunia ini lagi, saya yakin saya tidak akan sanggup hidup dalam kegelapan, dan mungkin saya akan mengakhiri hidupku untukmu, kita memang tak saling mengenal, tapi saya sangat bersalah padamu" seru bara menatap Steva yang Masih damai dalam tidurnya.

"Bara makan dulu" ucap Anya yang baru tiba dengan beberapa kresek di tangannya.

"Bagaimana dengan keadaan Steva?, saya sangat bersalah padanya karena tidak 24 jam bisa menemaninya, saya juga punya urusan yang sangat penting" ucap Anya.

"Steva buta secara permanen" balas bara singkat. Hingga membuat Anya menyemburkan minuman yang ia lakukan sedot.

"a-apa? Nggak mungkin, kamu bercanda kan?" Balas Anya tak percaya.

"Aku serius"

"Aku nggak nyangka Steva mengalami hal ini semua, dia orang yang sangat baik, kenapa ini semua bisa menimpa padanya" ucap Anya. Apa dia tak bisa bermain bersama Steva lagi?, tak bisa jalan-jalan bersama steva lagi?.

"Wajahmu pucat sekali, apa kau sakit?" Tanya bara

"Nggk. Aku baik-baik saja, mungkin karena kecapekan aja, ayo makan" ucap Anya.

Anya mendekat dan menghilangkan jarak diantara dirinya dan Steva. Bara mengusap air matanya dengan punggung tangannya Yang dari tadi jatuh tak henti-henti.

"Gue belum siap kehilangan lho stev. Walaupun lho sedikit nyebelin tapi gue sayang sama lho. Lho sahabat terbaik gue, lho cepat sadar ya. Walaupun nanti lho nggk bisa melihat tapi gue akan selalu ada buat lho" ucap Anya.

Bara melahap semua makanan yang ada di hadapannya, bara juga tidak tau apa hari ini hari terakhir bara bisa melihat berbagai macam makanan atau tidak, setidaknya ia harus mengisi perutnya terlebih dahulu, karena memikirkan hari esok atau bahkan bunuh diri hari esok juga butuh tenaga.

Bunyi dering ponsel mengganggu acara makan bara, bara meraih dan melihat ayahnya yang memanggil.

"Halo" sapa bara.

"Apa kau baik-baik saja?" Balas Hendra dari seberang sana.

"Bara baik-baik saja, dokter mengatakan operasinya akan di lakukan besok pagi" ucap bara

"Apa secepat itu? Kamu harus bicara lagi dengan dokter agar operasinya ditundah untuk beberapa hari kedepan" ucap Bobi dari sebrang sana.

"Ini semua atas permintaan om Bobi, kita tidak bisa menundanya yah" ucap bara lagi.

"Besok ayah akan kesana, tapi ayah akan terus berusaha mendapatkan donor mata untuk gadis itu hari ini, bantu ayah dengan doa, agar tuhan selalu melindungimu" ucap Hendra kemudian mematikan Panggilannya.

"Ada apa?" Tanya Anya.

"Besok pagi Steva akan melakukan operasi mata" balas bara kemudian melanjutkan makanya.

"Benarkah? Ini kabar Yang sangat Bagus. Aku tidak sabar melihat steva kembali melihat" ucap Anya bahagia seraya melanjutkan makannya.

"Iya. Saya juga turut bahagia" ucap bara tapi masih terlihat jelas wajah lesuhnya

"Apa om Bobi sudah mendapatkan donor mata?" Tanya Anya lagi dan bara hanya mengangguk.

Istri Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang