saya akan menjadi cahayamu

10 3 1
                                    

Pukul 8 malam steva terbangun dari tidurnya, Stevan mencoba bangun namun bobi melarangnya. Steva terus mengais dan merabah semua yang ada di hadapannya.

"Daddy Steva nggk mau buta dad, lebih baik Stevan mati aja" ucap Steva dalam tangisnya sambil memeluk daddynya.

"Sabar sayang, ini nggk akan berlangsung lama" ucap Bobi terus menenangkan Steva Yang memberontak tak terima

"Nggak..! Dad. Bahkan Steva nggk tau ini malam atau siang, bagaimana mungkin Steva bisa sabar, lebih baik Steva mati" ucap Steva.

Khisss..

Khisss...

"Steva dengerin Daddy. Daddy  sudah dapat donor mata buat Steva, besok pagi Steva akan melakukan operasi, dan secepatnya Steva akan bisa melihat kembali" ucap Bobi memenangkan Steva yang terus mengais.

"Daddy serius" ucap Steva.

"Iya sayang, lebih baik tenangkan dirimu agar besok badanmu bisa stabil, jangan nangis lagi ya!. Kalau kamu nangis terus kamu bisa sakit lagi, kalau kamau sakit operasinya pasti batal" ucap bobi seraya mengelap air matanya steva.

"Steva..?"

Mendengar seseorang memanggilnya Steva merabah ke depan, Steva sangat mengenal suara itu.

"Anya?" Balas Steva

"Iya ini gue, lho yang tenang ya, kami semua disini selalu ada buat lho" ucap Anya meraih tangan Steva kemudian memeluknya.

"Makasih karena sudah ada buat gue, gue senang bangat lho ada sini, pasti dong. Kita akan segera bersama lagi. Nongkrong bareng, jalan-jalan bareng dan masih banyak kebiasaan kita dulu" balas Steva.

"Tentu saja, kita kan sahabat, dan sebentar lagi lho bisa liat gue, kita bisa belajar bareng, jalan-jalan bareng, ngehalu bareng lagi, lho nggak usah sedih ya, lho Harus semangat lho juga butuh tenaga buat operasi besok"  ucap Anya, Anya sangat menyayangi Steva, Steva adalah sahabat yang baik, Anya nggak akan sanggup kehilangan Sabahat sebaik Steva.

Steva yang mendengar ucapan Anya kemudian tersenyum, ia Steva juga merindukan kekocakan mereka.

"Kalian lanjutin ngobrol dulu, saya mau keluar sebentar, apa kalian mau makan sesuatu?" Tawar Bobi.

"Daddy Steva ingin makan pizza"

"Anya mau makan bakso" ucap Anya.

"Baiklah Daddy pergi dulu" ucap Bobi sembari melangkah keluar.

Sekarang Steva sudah merasa tenang karena sebentar lagi ia akan segera melihat dunia ini lagi, hidup dalam kegelapan rasanya sangat hampa dan menyedihkan, ditambah support dari orang-orang di sekelilingnya membaut Steva yakin untuk menjalani operasi besok.

"Anya mata siapa yang Daddy ambil?" Tanya Steva.

"Gue juga nggak tau, nggak penting mata siapa, yang penting lho bisa melihat kembali da-"

Brukkk.....

Anya menghentikan ucapannya ketika mendengar suara pintu berbuka dan benar bara baru tiba.

"Bara kemari" panggil Anya.

Bara berjalan dan duduk tepat di samping brangkas Steva, bara memandangi Steva yang sedang duduk di atas barangkas dengan tatapan kosong kedepan, bara merasa Sangat bersalah, terlihat gadis itu baru saja menangis.

"Siapa?" Tanya Steva.

"Hai..aku bara" sapa para menyodorkan tanyanya kepada steva.

Steva membalas sapaan tangan bara ke depan, melihat itu bara meraih tangan Steva kearahnya. Tangan Steva begitu lembut ditangan bara, spontan bara tersenyum melihat Steva. Ah ada apa dengan dirinya? Iya gadis yang berada didepannya saat ini sangat cantik. Tapi tetap lebih cantik Tania dimata bara.

Istri Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang