not deaths

190 23 0
                                    

HAPPY READING!!!

Hari ini adalah hari keberangkatan reifan untuk berkuliah diparis, Dan ini pertama kalinya reifan pergi jauh dari Arvan untuk jangka waktu yang lama.

"Ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa dirimu mampu membanggakan daddy dan Alm. mommy'mu" Ujar Arvan lembut, dengan menepuk pelan pundak anaknya.


"Ya dad, Reifan akan membuktikan kepada daddy bahwa reifan akan sukses disana" Ucapnya, lalu memeluk sang daddy sebelum memasuki pesawat.

"Daddy mempercayai'mu son."

Hingga akhirnya pada tanggal 13 Juli 2024 reifan berangkat menuju paris, meninggalkan Arvan seorang diri.

Hingga akhirnya pada tanggal 13 Juli 2024 reifan berangkat menuju paris, meninggalkan Arvan seorang diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Sudah hampir seminggu lamanya arvan tak melihat anaknya yang melanjutkan pendidikan diparis. Ia hanya akan melihat anaknya melalui panggilan telfon atau video call dimalam hari, Arvan sangat merindukan sifat-sifat anaknya yang manja namun gengsi untuk mengakuinya.


"semoga kau bisa membanggakan daddy son." Batin arvan, sambil melihat foto anak'nya.

Terdengar pintu ruangan terbuka dengan menampilkan seorang lelaki yang tak jauh berbeda darinya. "ARVAN BRAMASTA."

"Hemm."

Balas arvan cuek tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Arvan apa kau sibuk?" Tanya orang tersebut, dengan mendudukkan dirinya di kursi depan meja arvan.

"Bisa kau lihat sendiri."

Sebuah dengusan terdengar ditelinga arvan, lalu arvan melirik sekilas ke arah temannya yang kesal kepada dirinya.

"Katakan, ada urusan apa kau kesini?" Tanya arvan, tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

Dengan segera orang itu mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan sebuah foto kepada arvan.

"Coba kau lihat orang ini van" Tintanya, dengan meletakkan ponselnya diatas meja arvan.

Arvan hanya melirik ponsel sahabatnya lalu mengangkat alis, seakan mempertanyakan apa maksud sahabat'nya.

"Memangnya foto siapa lagi yang kau tunjukkan?" Tanyanya, tegas.

"Coba kau lihat dulu."
Turut Arvan mengambil ponsel sahabatnya lalu menatap layar yang gelap, ingin menyalakan, namun diganggu oleh sebuah ketukan pintu.

TOK TOK TOK

Seseorang menyembulkan kepalanya dari pintu. "Maaf tuan arvan, saya ingin memberikan berkas-berkas untuk anda tanda tangani."

Arvan mengangguk lalu mengisyaratkan untuk meletakkan di mejanya.

Sekretaris arvan meletakkan berkas-berkas dimeja arvan, Lalu membungkukkan badan dan segera keluar dari ruangan.
"Saya permisi tuan."

Pintu ruangan tertutup, Arvan kembali fokus pada ponsel yang sedari tadi ia genggam. Menyalakan ponsel dengan segera layar itu menampilkan sebuah foto seseorang. "Ran-."

"Dia bukan istrimu" Sela, sahabat arvan.

Arvan menyeritkan dahinya tak mengerti. "Bagaimana bisa, kau mempunyai foto mendiang istriku vin" Ucapnya, dengan- menatap tajam kevin.

Kevin berdehem menghilangkan rasa gugupnya, karna melihat tatapan tajam arvan.

"Jangan memotong perkataanku dan dengarkan penjelasan ku terlebih dulu" Ucap kevin, dengan wajah seriusnya.

Arvan mengangguk lalu memberikan ponselnya kembali, dengan dia menyadarkan tubuhnya dikursi.

"Baiklah, cepat jelaskan" sarkasnya dengan suarah rendah.


Kevin berdehem sebentar karena suara rendah taehyung yang menggema di telinganya.

"Aku melihatnya waktu di-pantai Jeju." Jedanya, lalu menatap arvan, sedangkan arvan hanya diam dan tetap fokus mendengarkan cerita sahabatnya.

"Pertama kali aku tidak mengetahuinya, namun setelah tiara menepuk pundakku lalu memberitahu jika ada seseorang yang mirip dengan mendiang istrimu."

"Disitu aku berinisiatif untuk memotret lalu menghampiri dan berbincang-bincang sedikit dengannya, dan setelah itu aku mengetahui jika nama wanita tersebut adalah sarah yang berusia 35 tahun. Dia bekerja disalah satu cafe dekat kantormu di-."

Arvan tampak terkejut mendengar penuturan kevin.

"Apa, dia bekerja dicafe dekat kantorku?" Selanya cepat.

Kevin menatap malas arvan.

"Sudahku bilang jangan potong perkataanku terlebih dahulu."

"Maaf, lanjutkan."

"Dia bekerja disitu baru-baru ini. Ia hidup sendiri setelah kematian ibunya beberapa hari setelah dirinya diterima dicafe itu." Lanjut kevin

Arvan mengangguk paham.
"Apa kau tau jam kerja dia?."

Kevin menggeleng tidak tahu.

"Sebelum aku menyelesaikan ucapanku, dia pamit untuk segera pulang" Desahnya.

"Tak apa yang terpenting aku sudah tahu cafe tempat dia bekerja."

Kevin mengangguk semangat lalu berdiri.

"Baiklah kalau begitu, aku harus kembali ke kantor." ucapnya, sebelum-

"Van jangan lupa memberi kabar jika kau sudah bertemu dengannya."

Arvan hanya menatap datar kevin.

"Akan aku usahakan, enyalah vin" Usir arvan dengan mengibaskan tangannya.

Pintu ruangan tertutup tanda kevin sudah keluar, lalu arvan menatap foto Alm. istrinya yang berada diatas meja kerja.

"Kenapa dia sangat mirip denganmu sayang." Batin arvan sambil terus menatap foto Alm. istrinya

 istrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NOT DEATH (revisi cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang