pagi hari seperti biasa taehyung akan pergi ke kantornya dan taejung ia lebih memilih keluar mansion jika daddy-nya sedang bekerja.
Jisoo baru saja menyelesaikan masakannya, ingin memberitahu suaminya namun niatnya urung ketika melihat taehyung sudah rapi dengan jas formalnya menuruni tangga. Dan disusul taejung dibelakangnya.
"Ayo sarapan, aku baru saja selesai memasak makanan kesukaanmu" tawarnya menghampiri taehyung.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sedangkan taejung ia sama sekali tak menggubris perkataan jisoo ia berjalan melewatinya seolah tak ada orang. Begitulah setiap paginya ia akan makan di luar daripada memakan masakan jisoo.
"Aku telat, lain kali saja" ucap taehyung, lalu pergi begitu saja keluar dari mansion.
Jisoo diam karena ia pikir taehyung memang telat, mengikuti dirinya dari belakang. "Hati-hati dijalan."
Taehyung hanya diam, memasuki mobilnya tanpa sepatah katapun hingga mobil yang ia kendarai meninggalkan perkarangan mansion.
"Kenapa dia aneh sekali."
***
"Bagaimana apa kau sudah menemukan apa yang ku pinta?."
"Kita sudah mencari semuanya tuan namun belum menemukan apapun yang mencurigakan."
Tuan besarnya berfikir bagaimana caranya untuk ia menemukan surat-surat sang istri waktu kematian. "Jika aku tidak menemukan suratnya berarti dia benar istriku namun jika aku menemukannya__"
"Tuan kim ada yang ingin bertemu dengan anda." Sarkas tiba-tiba sekretarisnya dengan membawa seorang wanita.
Kim taehyung mempersilahkan seseorang yang menurutnya asing untuk masuk kedalam ruangannya. "Silahkan duduk."
"Terimakasih."
Merapikan jas formalnya. Lalu kembali terfokus pada wanita dihadapannya. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?."
Wanita dihadapannya menggeleng lalu mengenalkan dirinya. "Perkenalkan saya lee jenaa dari perusahaan lee company."
"Kim taehyung. Kau pasti sudah mengenalku" jawabnya.
"Ya, siapa yang tidak mengenal anda tuan kim. Bahkan hampir seluruh dunia mengenal anda" Kekehnya.
Taehyung tersenyum, wanita dihadapannya bisa mencairkan suasana walaupun hanya sebuah kalimat sederhana.
"Kau bisa saja jenaa, dan jangan berbicara formal kita bisa bicara santai."
"Ku fikir aku tidak pantas untuk memanggil namamu saja."
