[2] Berpindah

126 12 0
                                    

Na, Tuan Hansol memberimu tugas pindahlah dipulau Elnusa secepatnya karena kau akan mendapat target disana, maaf aku tak bisa menyampaikan secara langsung karena ada undangan jamuan dikerajaan

Lucas.

Begitu ia selesai membersihkan tubuhnya ia mendengar pintu diketuk oleh si pengantar surat. Dibukalah surat itu dan dibacanya. Lucas adalah seorang anggota Kerajaan, tapi ia menjadikan posisinya itu hanya sebagai pengalihan agar tak ada yang mencurigai tentang pekerjaan aslinya sebagai bawahan Hansol, ia tak begitu tahu menahu tentang posisi Lucas dikerajaan, bahkan ia tak tahu apapun tentang kerajaan ini, siapa Raja ataupun Ratu nya, bagaimana silsilahnya, ia tak pernah ingin tahu tentang semua itu karena ia merasa bukan hal penting untuk dirinya mengetahui. Hal seperti itu memang normal untuk seorang pengembara sepertinya, ia akan terus berpindah tempat mengikuti targetnya berada.

Menarik napasnya panjang, bersiap untuk bekerja keras lagi. Mengemasi barang-barang nya dan memasukannya pada kain, menali kain itu dan dipasangnya pada batang kayu sebagai pemikul, dengan begitu siapapun yang melihatnya pasti dengan mudah menebak bahwa ia sedang berperjalanan. Ia segera mengunci pintu rumah yang sudah sedikit banyak menyimpan kenangan.

"Na, kau mau kemana?" seorang wanita parubaya menghampirinya. Dan yang dipanggil langsung menolehkan wajahnya melihat kesumber suara. Dilihatnya Bibi Kim, tetangga yang paling sering memberikan masakannya dengan alasan 'ingin kau mencicipi' ia juga tak pernah menolak menyukai masakan Bibi Kim, bahkan bibi Kim sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri.

"Aku akan berpindah Bibi Kim"

Mendengar jawaban itu mata Bibi Kim terlihat berkaca-kaca. Sekejam apapun pembunuh bayaran, ketika mengetahui kepergiannya ditangisi seseorang, meskipun sedikit hatinya merasa iba, terlebih wanita parubaya yang sudah menaruh kasih sayang,

"Lalu siapa yang akan merasakan masakanku lagi Na?"

Tumpah sudah air mata yang sedaru tadi terbendung. Sekejam apapun pembunuh bayaran, ketika mengetahui kepergiannya ditangisi seseorang, meskipun sedikit hatinya  merasa iba, terlebih wanita parubaya yang sudah menaruh kasih sayang. Pemuda Na ini salah satunya, ia membawa tangannya sendiri menghapus air mata Bibi Kim, hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.

"Segala pertemuan pasti ada perpisahan...

Kau pernah mengatakan itu Bibi Kim"

Bibi Kim semakin tak dapat mengendalikan tangisannya dan langsung merengkuh tubuh Pemuda Na dalam pelukan hangat.

"Kau anak yang baik Na, aku akan sangat merindukanmu"

Ucap Bibi Kim dengan tersedu-sedu. Dalam hati sedikit tak tega dan merasa bersalah, ia bukanlah orang yang sebaik itu, Bibi Kim tak seharusnya menaruh kasih sayang padanya sebanyak itu. Terlebih ia hanyalah seorang pembunuh bayaran, entah bagaimana perasaan Bibi Kim jika mengetahui sosok lain dari dirinya.

Tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, pemuda Na melepaskan pelukan Bibi Kim untuk memperhatikan wajahnya.

"Aku berjanji aku akan pulang"

Ucapnya yakin, dengan begitu Bibi Kim dapat tersenyum bersamaan dengan air matanya yang tak henti mengalir.

"Aku memegang janjimu, Na jaemin"

•••

Pulau Elnusa terletak cukup jauh dari kerajaan tempat sebelumnya ia tinggal, dengan mengendarai kala perlu waktu kurang lebih delapan jam untuk sampai. Menyebrangi lautan dan melewati beberapa pulau

NalectraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang