[13] Target

84 8 0
                                    

Setelah badai berakhir Jaemin langsung kembali kerumahnya dan beristirahat. Menikmati sisa-sisa waktunya yang ia tak tau kapan akan berakhir, entah itu besok atau lusa bahkan hari ini. Yang pasti Jaemin tak ingin menyia-nyiakan waktu berharga ini, masih banyak wilayah Elnusa yang masih belum ia jelajahi. Mengajak Jisung ikut serta mungkin tak akan buruk. Mendengarkan celotehannya sepanjang perjalanan pasti menyenangkan, hei sejak kapan Jaemin menyukai kebisingan? Apalagi itu dari seorang anak pengganggu?. Sejak bertemu Jisung mungkin.

Pagi ini badai tak lagi menyerang Elnusa. Dan itu membuat pagi Jaemin terasa lebih menyenangkan, karena ia sudah berencana menyusuri pulau Elnusa yang belum pernah ia datangi. Menyiapkan busur dan anak panahnya, Jaemin berjalan keluar rumahnya namun langkahnya berhenti sejenak. Ia berfikir mungkinkah Jeno akan mengijinkannya membawa Jisung berkeliling Elnusa. Sudahlah, jika tidak diperbolehkan Jaemin bisa berangkat sendiri kan, memangnya apa masalahnya.

Begitu Jaemin membuka pintu rumahnya, ia dikejutkan oleh sebuah surat yang dibungkus kertas amplop berwarna coklat berada tepat dibawah pintu rumahnya. Perasaannya sudah mulai tak enak, ia kembali masuk kedalam rumahnya untuk membuka surat itu. Dibacanya seluruh kata yang tertulis disana.

lokasi : tiga rumah disamping rumahmu. Target : Jung

Benar saja, surat itu berasal dari Hansol yang mana berisi target yang harus segera ia bunuh. Namun bukan itu yang membuat Jaemin terkejut, tetapi sang target. Jung? Bukan apa-apa. Hansol tak akan menyuruhnya membunuh seseorang yang tak berarti baginya. Tetapi yang Jaemin ketahui, keluarga Jung hanyalah keluarga biasa. Mengapa Hansol menyuruhnya membunuh mereka, atau mungkinkah mereka menyembunyikan sesuatu?. Memang selama ini Jaemin tak pernah bertanya mengenai apa pekerjaan Jeno dan keluarganya karna menurutnya itu bukanlah hal yang penting untuk ia ketahui. Lagipula mereka juga tak pernah menanyakan apa pekerjaan Jaemin, jadi sangat tak pantas jika Jaemin tiba-tiba menanyakan pekerjaan mereka. Jadi sebenarnya siapa keluarga Jung itu

Membawa langkahnya pada pohon besar yang terletak tak jauh didepan rumah Jeno. Jaemin masih bimbang apakah ia harus melesatkan anak panahnya pada kedua Jung yang entah tengah apa didalam rumahnya, tapi yang pasti Jaemin dapat melihat mereka dari jendela depan yang terbuka lebar seakan disiapkan untuk anak panahnya melesat melewatinya.

Jika biasanya, target yang sudah siap didepan matanya Jaemin akan langsung saja memanah jantung mereka namun tidak kali ini. Ia harus berpikir panjang dalam mengambil keputusan, apakah ia harus membunuh Jeno dan Jisung yang sudah mulai akrab dengannya, atau ia memilih mengacuhkan tugas ini dan menghianati hansol. Biar bagaimanapun Hansol sudah membayarnya sangat banyak, jika bukan karenanya mungkin Jaemin adalah seorang gelandangan saat ini. Tapi jika dipikir-pikir lagi, bayaran yang mahal setimpal dengan pekerjaannya yang mengancam nyawa, terlebih ia adalah seorang Omega. Biasanya Jaemin sangat marah jika seseorang menyepesialkannya karena gendernya, namun kali ini ia sendiri yang mengakui kebenarannya.

Entahlah ia tak dapat berpikir lagi, ia menyiapkan busur besarnya lalu mengambil satu anak panah pada quivernya, menyiapkan posisinya untuk memanah penghuni rumah Jung.

Diarahkannya mata anak panah itu pada Jisung

"Ibu"

"Ibu"

"Ibu"

Tiba-tiba suara Jisung yang memanggil 'Ibu' itu terngiang-ngiang dikepalanya dan itu sukses membuat konsentrasi Jaemin benar-benar pecah. Ia mungkin harus membunuh ayahnya terlebih dahulu, ia alihkan mata anak panah itu pada Jeno.

"Maafkan aku Na Jaemin"

"Aku minta maaf Na Jaemin"

"Aku meminta maaf atas anakku"

NalectraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang