[17] Pulang

59 5 0
                                    

Memejamkan matanya, Jaemin mulai melakukan posisi bermeditasi. Namun kali ini ia melakukannya hanya dengan berdiri, mengosongkan segala beban pada fikirannya, memekakan pendengarannya. Perlahan Jaemin dapat merasakan dari arah mana saja suara-suara pergerakan dan tapak kaki mereka. Tiga Ninja, salah satu dihadapan Jaemin sedangkan sisanya berada disamping kiri dan kanan Jaemin.

Jaemin tetap memejamkan matanya setelah mengetahui dimana saja letak posisi mereka. Bagaimana Jaemin melawan mereka dengan wujud mereka yang berbentuk bayang-bayang, terlebih Jaemin hanya memiliki busuh dan anak panah. Bisakah ia mengandalkannya, Entahlah Jaemin akan mencobanya.

"Mata bukanlah hal terpenting dalam menyerang Na Jaemin"

"Itu mustahil"

"Itu tidaklah mustahil, bahkan orang buta lebih berpotensi dalam memenangkan pertarungan"

"Kau bercanda Guru"

Nyatanya ucapan sang Guru memang benar adanya. Disekolah bela dirinya, Jaemin tak pernah mempercayai ucapan sang Guru tentang orang buta yang lebih mudah menang dalam pertarungan. Namun setelah Jaemin menekuni ilmu meditasinya, ia baru menyadari dan mempercayai jika kepekaan pendengaran dan keahlian konsentrasilah yang mempermudah kemenangan dalam pertarungan.

Mulai merasakan pergerakan sebuah senjata dari arah depan, mengikuti kata hatinya Jaemin membawa tangan dan tubuh bagian atasnya condong kebelakang. dengan begitu senjata salah satu Ninja itu tak langsung menghunus jantung atau perutnya.

Menyadari Jaemin yang dapat menghindari satu serangan mereka, kedua Ninja yang lain mulai menyerang Jaemin dengan cara yang sama. Dengan mata yang masih tertutup, Jaemin mengambil satu anak panah pada punggungnya dan berlari mundur mencari tempat yang lebih aman untuk melesatkan anak panahnya.

Jaemin menempatkan anak panah itu pada busurnya dan siap ia luncurkan. Kembali mempertajam pendengarannya, tak ingin berlama-lama tentunya agar posisi para Ninja itu tak segera berpindah, Jaemin langsung melesatkan anak panahnya. Namun kali ini ia menggunakan trik andalannya dalam memanah dari jarak dekat, awalnya ia akan memposisikan busur dan anak panah dihadapannya seakan hendak memanah sesuatu yang ada dihadapannya, namun sepersekeian detik sebelum panah itu melesat Jaemin akan menggeser busurnya mengarahkannya pada target yang sesungguhnya. Dan kali ini Jaemin pun sama, ia membelokkan busurnya dan tepat menusuk perut salah satu Ninja yang berada di sisi kanannya, Ninja dengan perut yang sudah tertancap anak panah itu perlahan mulai menampakan wujudnya.

Namun Jaemin tak dapat melihatnya karena ia belum membuka matanya, masih ada dua Ninja lagi yang terus bergerak dengan gesit. Apalagi setelah mengetahui salah satu dari mereka tewas tertembak anak panah, Jaemin dapat merasakan pergerakan mereka menjadi tak beraturan dan cepat sehingga hal itu membuat konsentrasi Jaemin sedikit melemah.

Jaemin menyerah, ia membuka matanya. Dan ternyata Jaemin dapat melihat wujud mereka berdua sekarang. Jaemin berpikir
mungkinkah karena salah satu dari mereka mati, lalu mereka berdua tak dapat menggunakan sihir yang bisa membuat mereka tak terlihat. Jaemin juga dapat melihat satu Ninja yang sudah tak berdaya dilantai dengan anak panah yang tertancap pada perutnya.

"Siapa kalian?" Tanya Jaemin

"Siapa kami bukan urusanmu Nalectra" Jawab salah satu dari mereka.

"Kalian mengetahui namaku?"

"Memangnya siapa yang tak mengenal Nalectra sipembunuh bayaran buronan para Pengaman Negara"

"Apa yang kalian inginkan?"

"Sebelumnya kami tak memiliki urusan denganmu, tapi karena kau memulai urusan dengan membunuh salah satu dari kami. Maka sekarang kau berurusan dengan kami"

NalectraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang