[11] Demam

92 7 0
                                    

Jaemin mengernyitkan dahinya kala suara-suara mengusik pendengarannya

"Ibu.. Ibu.. Ibu.."

Jaemin sontak membuka matanya lebar saat mendengar suara tak asing itu, dan ia mengarahkan pandangannya kesamping dimana sumber suara itu berasal. Benar saja Jisung mengigau lagi, dan juga suara Jisung masuk kedalam mimpinya. Cepat-cepat Jaemin mengelus kepala Jisung dengan gerakan lembut seperti yang sudah-sudah ia lakukan. Bukan hanya Jaemin yang terbangun karena racauan Jisung, Jeno juga ikut terbangun dan sedikit panik. Begitu Jeno membuka matanya ia langsung disuguhkan pemandangan indah seorang Na Jaemin yang mengelus kepala putranya. Sejenak ia merasa senang dan tertegun, namun rasa tak enak hati langsung mendominasi. Apakah ia sudah tidur terlalu lama, dan selama itu pula Jaemin menggantikan tugas nya mengelus kepala Jisung.

Dengan suara serak khas bangun tidur Jeno berujar "Na Jaemin, seharusnya kau membangunkan aku"

"Aku sudah melakukannya" Bohong Jaemin.

"Benarkah? Maafkan aku, lagi-lagi aku merepotkanmu"

Jaemin menarik tangannya dari kepala Jisung, kemudian Jeno mengambil alih mengelus kepala Jisung. Begitu telapak tangannya menyentuh kulit dahi Jisung, Jeno merasakan panas disana. Ia membalikan tangannya, menyentuh dahi Jisung dengan punggung tangannya. Ia dapat merasakan dahi Jisung semakin panas pada punggung tangannya.

Jaemin memperhatikan perubahan wajah Jeno, ia lantas mengernyit heran. Hendak bertanya, namun sebelum ia mengeluarkan suaranya, Jeno sudah berujar "Jisung demam"

Tanpa basa-basi tiba-tiba Jeno berdiri dan melepas seluruh atasannya, dan itu seketika membuat rasa panas yang menjalar dibagian wajah hingga telinga Jaemin, dapat dipastikan telinganya memerah saat ini juga. Bagaimana tidak, tubuh atletis, bisep besar dan berurat, ditambah delapan kotak menghiasi bagian perut dan satu lagi, pusar yang ditumbuhi bulu kebawahnya. siapapun yang melihat  pasti akan berfikir kotor. 

terpampang jelas dihadapan Jaemin, ia cukup dibuat gugup ketika Jeno kembali berbaring disamping Jisung. Dibawanya tubuh sang anak kedalam dekapannya, lalu ditutupnya kedua tubuh itu dengan selimut tebal, tak membiarkan sedikit keidinginan pun menyapu kulit sang anak. Dielusnya punggung sempit sang anak untuk menambah kehangatan disana.

"Bukan kah dengan begitu kau akan tertular?" Tanya Jaemin setelah kembali menyadarkan dirinya sendiri, sebenarnya ia juga bertanya untuk mengalihkan fakta bahwa ia baru saja memandangi dan mengagumi tubuh Jeno.

"Ketika menjadi orang tua, kau tak akan lagi peduli pada dirimu sendiri. Hanya anakmu dan anakmu" Ujar Jeno tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah damai Jisung.

"Kau Ayah yang baik"

"Ayah yang baik tak akan membiarkan putranya kekurangan kasih sayang Na Jaemin, aku belum sebaik itu"

"Mungkin kau harus segera mencari seorang Ibu baru untuk melengkapi kasih sayang Jisung"

"Berucap memang lebih mudah daripada bertindak"

"Kupikir kau memiliki segalanya"

"Segalanya?"

"kau tak terlihat seperti Alpha miskin yang tak memiliki uang untuk menghidupi Omeganya"

"Lalu?"

"Kau juga tak terlihat buruk"

"Dalam hal apa? Na Jaemin?"

"Fisikmu.. ya mungkin tidak bisa dikatakan buruk"

"Benarkah" Jeno tersenyum begitu menyadari Jaemin baru saja memujinya, Jaemin menggunakan caranya sendiri untuk memuji tubuh Jeno.

NalectraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang