Bagian Tiga

7.5K 351 3
                                    

Bad Day

_________

Alarm yang disetel Labib berbunyi tepat pada pukul 3 dini hari. Labib segera  bangun lalu duduk  kemudian mengusap wajah sebanyak tiga kali dan membaca do'a bangun tidur.

Setelah selesai melaksanakan rutinan sholat tahajjud serta taubat dan hajat, Labib menuju masjid untuk membaca Al - Qur'an di masjid sekalian membangunkan para santri.

__________

Usai sholat subuh dan mengisi kajian seperti biasa, Labib duduk di teras ndalem sambil ditemani kopi dan gorengan yang dibuat oleh umma nya.

"Bib" tepukan di pundak Labib membuat Labib sedikit terkejut.

"Abah" sahut Labib saat tahu orang itu adalah Abah nya.

"Sudah memikirkan tentang apa yang Abah bicarakan kemarin?"

Labib diam. Bingung ingin menjawab apa. Apakah menerima orang baru itu adalah akhir dari semua kegalauan nya? Tapi bagaimana jika nanti dirinya malah menyakiti hati si perempuan? Bukannya ada niat ingin menyakiti, tapi jika hati nya sendiri yang bertindak tanpa intruksi, dirinya bisa apa?

"Apa Abah sudah memiliki calon untuk Labib?" pasti. Labib sudah tahu, Abah pasti sudah memiliki calon untuknya. Mana mungkin seseorang sudah menawari sesuatu tapi dirinya sendiri tidak mempunyai sesuatu itu kan?

Abah mengangguk, "sudah le"

"Siapa Bah?" bukan tanpa sebab Labib bertanya. Siapa tahu kan Labib kenal.

"Ning Halwa bib. Salah satu keturunan dari Abah Wahid dan istrinya, ustadzah Zulaikha"

Mendengar itu Labib refleks menggaruk kepala yang tidak gatal. Siapa itu? Halwa? Seingatnya dulu Abah Wahid hanya 2 putra dan satu putri. Itupun sudah menikah.

"Kamu pasti heran kenapa tidak pernah mengenal dengan ning Halwa kan? Padahal kita sudah pernah pergi ke pesantren beliau dan bertemu keluarga besarnya?" tanya Abah.

Labib mengangguk.

"Ning Halwa dari kecil tidak pernah hidup bersama dengan Wahid. Dia di Yaman, bersama dengan budhe nya dan menetap disana. Dia sholehah le Insya Allah" Abah melihat ke arah Labib.

"Oleh karena itu, seminggu setelah kedatangannya di Indonesia, Abah tanpa lama - lama langsung datang ke pesantren Al - quro untuk mendekatkan  kamu dengan ning Halwa. Untuk itu Abah selalu menanyakan apakah kamu sudah siap atau belum untuk menikah. Karena Abah sudah mendapatkan calon yang tepat le"

Sekali lagi Labib terdiam. Duhai hati, sekali saja tolong berhenti mencari Aira. Bukankah sudah dua tahun lebih kejadian itu terlewati? Harusnya kamu bisa menerima seseorang yang baru lagi. Apakah tidak lelah terus - menerus terbayang masa lalu? Jadi hati, mohon kerjasama ya.

Setelah berperang batin dengan hati dan pikiran, Labib mengangguk. Menyetujui usulan Abah untuk menjodohkan nya dengan ning Halwa.

Semoga. Semoga saja hatinya nanti bisa berpindah haluan ketika sudah melihat cantiknya akhlaq juga paras ning Halwa.

________

Harus Terikat Dengan Gus CuekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang