Bagian Dua puluh Enam

4.8K 253 54
                                    

Happy Reading🦢

⩇⩇:⩇⩇ 🎀

Labib pov

Selesai sholat dzuhur tadi, saya langsung pulang ke rumah guna mengambil buku catatan serta pena nya yang seringkali tertinggal. Begitulah. Umur belum tua tapi sudah pelupa.

5 menit mencari, saya tidak menemukan dimana buku catatan yang dulu selalu ia bawa saat masih mengenyam pendidikan di Pesantren.

Lalu saat membuka laci dekat kasur,

"NAH! Disini ternyata" saat hendak mengambil bukunya, tak sengaja saya menyenggol salah satu buku yang sudah lama sekali tidak ia sentuh.

Diary Athalabib Al-Ghifari.

Saya kira, buku itu sudah pernah dibakar karena dirinya pun tahu tidak ada gunanya mengingat - ngingat masa lalu.

Saat melihat jam dan sudah menunjukkan waktu untuk kajian siang, akhirnya Labib beranjak menuju aula. Tempat para santri sudah menunggu Labib untuk mengaji.

๑:₊˚ ୨ ♡ ୧ ˚₊

Kajian selesai lebih cepat dari para ustad dan ustadzah lain yang juga sedang mengajar. Karena saya baru ingat jika bukunya tadi tergeletak begitu saja di kasur. Takutnya, Shabira melihat dan menjadi salah faham.

Membuka kamar, saya mendesah lega karena mandapati istrinya belum ada di kamar.

Cepat - cepat saya mengambil buku dan korek untuk membakar diary itu.

Namun, saat hendak membakar kenangan itu saya tertegun. Rasanya tak tega membakar buku yang sudah menemani masa remajanya itu. Masa - masa nya dulu saat di Pesantren, serta beberapa perempuan yang pernah singgah meski akhirnya hanya menjadi cerita saja.

Dengan perlahan, saya membuka satu persatu halaman demi halaman. Saya sempat tertawa saat mendapati kalau dulu saat masuk pertama ke pesantren Labib menangis hingga pipis di celana sangking tidak ingin ditinggal oleh umma nya.

Mengingatnya membuat saya geli sendiri. Padahal jika tahu kalau mondok bisa se asik dan se seru itu harusnya saya senang. Bukannya menangis sampai kencing di celana.

Dihalaman selanjutnya hanya tersisa beberapa tentang seseorang yang pernah Labib kagumi.

Hingga sampai di satu nama, Annansya Aira.

Mantan calon istri yang sudah membuat hatinya sulit untuk menerima perempuan lain selama kurang lebih 3 tahun lamanya.

Tiba - tiba, hatinya diliputi rasa sedih. Padahal jika dipikir - pikir untuk apa dia sedih? Sudah ada Shabira yang memberi warna didalam hidupnya.

Namun saat dilembar terakhir Labib melihat satu foto yang dia ambil secara diam - diam di acara akhirussanah Pesantren beberapa tahun silam. Dia terlihat cantik dengan dress berwarna abu - abu serta hijab yang senada.

"Andai Aira, andai kamu yang menjadi ist---''

" ASTAGFIRULLAH" saya menggelengkan kepala. Tidak boleh terhasut tipu daya syaithan. Karena berandai - andai untuk sesuatu yang sudah terjadi itu dilarang dalam islam. Peringat nya dalam hati.

Harus Terikat Dengan Gus CuekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang