Bagian Sembilan

5.9K 324 13
                                    

Eyyo Happy Reading<3
.
.
.
.
.
.
.....

Melihat ada yang rame, Abah kyai yang tadinya di teras masjid segera beranjak menuju ndalem.

"Assalamualaikum ada apa Ma?" tanya Abah kyai ketika di ndalem dan melihat melihat kondisi Shabira yang pingsan di sofa ruang tamu.

"Waalaikumsalam Abah. Ini Shabira pingsan abah. Sakit kayane (sakit sepertinya)"

"Subhanallah sakit apa Ma?"

"Lalu siapa tadi yang bawa Shabira kemari?"

"Itu tadi santriwati Bah"

"Umma juga tidak tahu nak Shabira sakit apa" lanjut bu nyai sa'diah.

Abah kyai mengangguk. Tak lama keluarga Malik datang dengan mama Ela yang memasang raut khawatir begitu kentara.

"Shabira" panggilnya membuat yang berada di ndalem menoleh.

"Ya Allah kenapa lagi Shabira pa" mama Ela mengecek suhu tubuh Shabira dan ternyata panas.

"Dimana Labib? Dia kan yang menemukan Shabira?" tanyanya saat menengok ke segala arah namun tidak menemukan keberadaan gus tampan satu itu.

"Kenapa tante?" Labib datang sambil membawa teh hangat, beberapa roti juga obat maag.

"Kamu ya! Nih mumpung ada semua anggota keluarga kamu. Saya masih gak terima ya kamu waktu itu bawa Shabira pulang malam - malam dengan keadaan tertidur karena alkohol. Saya gak mau tahu. POKOKNYA KAMU HARUS MENIKAHI SHABIRA ANAK SAYA!" Malik melebarkan kedua bola matanya mendengar ucapan istrinya itu. Bukankah sudah dirinya jelaskan dengan baik kalau kejadian tempo hari lalu adalah kesalahpahaman? Ya meskipun Ela tetap tidak bisa menerima penjelasannya setidaknya tidak harus berkata seperti itu lah di depan keluarga ndalem.

Malik hendak mengeluarkan suara guna meluruskan,

"Gak usah ngomong ya Pa! Papa kenapa sih? Ini Shabira loh. Anak kita dibawa pulang malem - malem dalam keadaan mabuk sampai pingsan itu bukan perkara biasa Pa!"

Malik diam.

Labib yang hendak bersuara menjelaskan pun rasanya suaranya seperti tercekat di tenggorokan.

Bu nyai sa'diah menatap tak percaya kepada putra satu - satunya dengan mata berkaca - kaca.

"Apa itu benar Bib?" suara Abah kyai dengan intonasi rendah sarat akan kekecewaan itu membuat Labib merasa bersalah.

Tapi dari semua itu, ada satu orang yang begitu sakit hatinya mendengar jika gus Labib menjalin hubungan dengan gadis itu.

"Jika akhirnya seperti ini kenapa waktu itu harus datang dan mengambil hati gus?"

🌸🌸🌸

Shabira mengerjapkan matanya yang terasa berat. Saat kesadarannya sudah sepenuhnya kembali, dirinya terkejut mendapati papa serta mama tiri nya berada di kamar nya sepagi ini. Dan tunggu!

Shabira mengucek mata untuk menjelaskan penglihatannya. Gawat! Kenapa papanya bisa menemukan bungkus korek yang sudah dirinya simpan dengan rapi?

"Ini apa Shabira?" kaget dan cemas sudah sangat terlihat dari wajahnya tapi Shabira mempunyai tekad untuk tidak takut.

"Udah tau rokok masih nanya lagi"

Brak!

Malik melemparkan beberapa bungkus rokok ke lantai membuat Shabira serta mama Ela sedikit terpekik kaget.

Harus Terikat Dengan Gus CuekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang