Bagian Tiga puluh Dua

5.1K 226 38
                                    

Happy Reading 🦢🤍 
 

  ⩇⩇:⩇⩇ 🎀
.
.
.
.
.
.....

Labib menunggu Shabira yang sedang di periksa oleh dokter. Jadi, karena jarak tempat dirinya menemukan Shabira  sampai ponpes itu lumayan jauh, Labib memtuskan untuk berhenti di rumah sakit  yang kebetulan ia lewati.

''Gimana keadaan istri saya dok?'' tanya Labib saat dokter sudah keluar dari ruangan.

''Bapak tidak perlu khawatir, istri anda baik - baik saja. Dia hanya telat makan. Sakit maag nya sudah lumayan parah. Jadi bapak harus lebih bisa memperhatikan pola makan nya ya pak''

''Maag? Apa Shabira belum makan sedari pagi?'' batin Labib setelah mendengar penjelasan dari dokter.

''Baik dok. Apa istri saya harus rawat inap?'' tanya Labib lagi.

''Tidak perlu rawat inap. Tunggu saja sampai pasien sadar. Setelah dirasa badannya enakan, bisa langsung dibawa pulang ya pak'' terang dokter lalu berpamitan untuk pergi.

Labib masuk dan terlihat Shabira yang berbaring dengan satu infus yang menancap di tangannya.

Labib duduk disamping ranjang memperhatikan Shabira yang masih menutup mata.

''Apa kamu tadi pergi untuk mencari makan, Shabira?''

''Maafkan saya yang langsung mengajak kamu pergi tadi pagi, tanpa bertanya kamu sudah makan atau belum dan saya malah meninggalkan kamu begitu saja tadi'' ucap Labib yang sedang diselimuti oleh rasa menyesal.

Andai tadi pagi sebelum mengajak Shabira dirinya bertanya terlebih dahulu shabira sudah sarapan atau belum. Pasti kejadian seperti ini tidak mungkin terjadi.

Sedangkan Shabira, diam - diam mengintip keadaan gus Labib. Ya, dia sudah sadar dari sejak diperiksa oleh dokter. Namun dia sengaja meminta dokter untuk tidak mengatakannya kepada gus Labib.

Lalu tiba - tiba terasa ada tetes air di tangan Shabira.

Shabira yang memang sudah sadar pun refleks menggerakkan tangannya karena kaget.

Labib yang melihat tangan Shabira bergerak langsung mengusap air mata  yang tadi sempat menetes.

''Shabira, kamu sudah sadar?''

Shabira acting seperti orang yang baru sadar darimenyiapkan

''Hm'' gumamnya lalu berusaha bangkit untuk duduk dan bersandar. Dan labib dengan sigap membantunya agar bisa duduk dengan nyaman.

''Ada bagian yang sakit?''

Shabira menengok lalu melihat dengan tatapan sinis, ''hati gue yang sakit''
Persetan dengan keinginan Gus Labib yang ingin Shabira menggunakan kata aku - kamu saat berbicara, untuk saat ini Shabira masih sebal.

Labib menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.

''Bisa saya jelaskan apa yang terjadi?'' tanya Labib dengan hati - hati.

''Terserah''

Labib menghela nafas lalu membenahi duduk nya.

Harus Terikat Dengan Gus CuekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang