Bagian Tiga puluh satu

4.7K 224 53
                                    

        Happy Reading 🦢🤍 
 

  ⩇⩇:⩇⩇ 🎀
.
.
.
.
.
.....

Pukul 13 : 30. Para santri putra dan putri baru saja keluar dari aula setelah mengaji kitab kuning bersama abah kyai.

Windy sengaja pulang terakhir agar tidak mendapat omongan buruk dari santri putri yang ada di asrama. Karena ulahnya yang tidak ikut sholat serta ngaji subuh tadi pasti sudah menuai berbagai fikiran negatif mereka terhadapnya

''Enak banget ya ndy rasanya tidur bareng seorang ning sampe gak inget sholat subuh?'' sindir seseorang saat Windy masih sibuk memaknai kitab yang kosong tadi.

Windy menoleh dan ternyata Mira. Yah, siapa lagi di sini yang begitu sewot jika bukan dia? Se antero ponpes pun tahu, Mira adalah santri yang paling bermulut pedas dan egois dalam hal apapun. Dia selalu ingin menang. Untuk itu mengetahui jika ada santri lain yang bisa dekat dengan keluarga kyai dia sudah iri luar dalam.

''Weisss enak lah. Ngapa mau coba? Kasian gak diajak nginep bareng ning Shabira'' bukannya diam saja tapi Windy justru menjawab perkataan Mira.

''Gaktau malu ya gini. Sampek gak sholat jamaah aja bangga''

''Halah baru sekali sholat jamaah aja bangga ya kamu Mir'' ucap Windy yang memang benar adanya. Biasanya Mira itu sampai di masjid jika imam sudah sampai di rokaat terakhir, tentu sama saja dengan tidak sholat berjamaah.

''Mendingan gue lah. Gue sholat pas waktunya tapi kamu sholat gak tepat waktu. Cih''

Windy yang sudah geram pun menarik hijab yang Mira kenakan, sambil mendorong bahu Mira agar mundur.

Mira pun tak tinggal diam, ikut melakukan apa yang Windy lakukan.

Kebetulan semua santri sudah balik ke asrama,  jadi tidak ada yang melerai mereka berdua.

''Kamu bisa gak sih, gak usah ikut campur urusan aku hah?!'' ucap Windy masih dengan kegiatannya menarik - narik hijab Mira.

''Gak bisa. Gue gak suka ada yang deket sama keluarga abah kyai selain gue''

Egois. Itu adalah julukan yang tepat untuk Mira. Di pesantren ini bukan hanya dia yang ingin barokah dari abah kyai, tapi semua santri kan juga ingin kecipratan barokahnya.

Untung saja tak lama setelah itu ustadzah Aisyah lewat dan menyaksikan mereka yang sedang bertengkar.

''ASTAGFIRULLAH WINDY MIRA!'' ucapnya seketika membuat Windy juga Mira berhenti dan menoleh ke sumber suara.

''Kenapa ribut - ribut disini? Bagaimana jika abah kyai melihat? Apa gak malu kalian ha?!'' ucapnya lagi dengan nada marah membuat Windy juga Mira menunduk.

''Ikut ustadzah ke kantor keamanan'' ucapnya lagi lalu pergi.

Windy dan Mira tidak mau menambah ustadzah aisyah bertambah marah pun akhirnya mengikuti langkahnya menuju kantor keamanan.

''Bisa dijelaskan kenapa kalian bertengkar? ''
Tanya ustadzah Aisyah tenang. Untungnya kantor keamanan tidak ramai.

''Windy nih ustadzah. Saya kan cuma ngingetin dia kalau memang dekat dengan ning Shabira ya harus tetap ingat waktu. Masa iya sholat subuh sampai ketinggalan loh'' adu Mira membuat ustadzah Aisyah melihat ke arah windy.

''Dia ini ya ustadzah---''

''Benar itu Windy? Kamu tidak sholat berjamaah karena se asrama dengan ning Shabira?'' ustadzah Aisyah memotong apa yang mau windy ucapkan.

Harus Terikat Dengan Gus CuekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang