Seperti daun yang berguguran jatuh ke sungai, jiwaku sekadar penghuni raga yang siap dibawa mengalir oleh arus kehidupan. Saat arusnya deras, aku diharuskan berlari kencang, pun sebaliknya. Saat arusnya tenang, aku dipaksa bersantai meski pikiranku tak henti-hentinya menggelar badai.
Bagai selembar daun hanyut tersangkut pada ranting pohon yang patah, tak padam risau memperkirakan kapan akan tergerus ombak sungai. Aku seolah menumpukan asa pada suatu hal yang tak pasti sampai kapan bersedia menopang kerapuhanku.
Hilir ke hulu, tepi ke tepi, hingga Ia menghadirkan sosoknya. Harapan yang semula terpendam, menjelma menjadi pendar cahaya bernama bahagia. Sesuatu yang sudah lama pupus tak bersisa dari hidupku.
________________________________________
Hi, Welcome to my first story. Hope y'all enjoy it.
Kritik dan saran diterima, silakan tulis di komen dan jangan lupa vote.
Thank youuu!!💜
Sincerely Yours,
Eunoiarum
KAMU SEDANG MEMBACA
Nomad's Last Sojourn
Romance"Jika kamu berkenan, izinkanlah bahuku yang tak seberapa kokoh ini berusaha menopang kesedihanmu." Apakah aku harus mempercayai ucapannya? Dari nadanya, jelas tidak terdengar seperti sebatas janji, melainkan sebuah kepastian. Namun setelah mengetah...