Bantu cek kalau ada typo, ya, guys. ARIGATOOO!!
《》
"Keberhasilanmu dalam menciptakan sebuah lagu tak hanya dinilai dari estetika lirik, tak hanya berkisah tentang apa dan bagaimana, tapi juga tentang siapa yang ada di pikiranmu saat menulisnya."
♡♡♡
Setelah mic yang tadinya berada dalam genggaman Eren berpindah tangan pada Nara, seluruh atensi penuh mengarah pada gadis yang tampak begitu percaya diri itu. Tangannya bahkan tidak gemetar sama sekali, beda jauh dengan Eren tadi. Satu tarikan nafas terdengar, seluruh penonton tercekat. Sebagai penikmat musik, Eren hanya bisa berdiri menganga di sisi Nara. Semua orang bisa benyanyi, namun hanya sebagian yang dikaruniai suara indah dan merdu. Nara tentu merupakan salah satunya. Lagu hymne yang seharusnya dibawakan penuh penghayatan, Nara bukan hanya menghayati seorang diri. Ia menarik semua orang untuk masuk, merasakan, dan turut menghayati iramanya.
Tak ada kebisingan tawa mau pun gerakan mencubit diri sendiri seperti yang terjadi saat Eren yang bernyanyi. Semua orang tampak fokus meresapi lagu, bahkan beberapa dari mereka ada yang sampai menutup mata dengan kepala berayun ke kanan dan ke kiri. Tepat saat Nara mengakhiri sesi bernyanyi, butuh 5 detik hingga gemuruh tepuk tangan mengudara. 5 detik adalah waktu untuk pulih dari tertegun sekaligus rasa ingin mendengar lagi alias —tolong jangan berhenti bernyanyi, Nara.—
"Wah, beneran bagus suaramu ternyata.", Nando kembali berkomentar, kemudian memfokuskan pandang ke arah jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. "Karena 10 menit lagi istirahat..., Nara, kamu isi 10 menit ini untuk nyanyi. Lagunya bebas. Bantu hibur teman-temanmu yang tampangnya pada stres gara-gara ospek, tuh." Kak Nando berbalik dan menjauh dari posisi semula. Turut bergerumbul dengan panitia lain yang sudah mulai mengambil posisi duduk di sudut lapangan. Sama antusiasnya ingin mendengar Nara kembali bernyanyi.
Saat merasa hukumannya telah selesai dan seluruh atensi berpindah pada Nara, Eren melipir, berniat kembali ke barisan.
"Woi! Mau ke mana? Enak aja kabur. Sini! Aku yang nyanyi, kamu joget." Semua orang melongo, menatap horor pada Nara yang seberani itu mempermalukan seorang Boden. Dan yang paling ditunggu adalah reaksi Eren. Beberapa detik bergeming, Eren mengangguk. Dan begitulah proses terbentuknya paduan suara dadakan yang menyuarakan kata "Hah?" secara serempak.
Nara dengan sepertinya sudah biasa menjadi pusat perhatian, menyerukan tanya agar teman-teman mahasiswa memberikan saran lagu untuk dinyanyikan. Hingga terpilihlah satu lagu, "A Thousand Years" oleh Christina Perri. Nara meminta agar penitia ospek bagian sarana-prasarana memutarkan instrumen melalui sound system. Namun sebelum mulai bernyanyi, Kak Nando kembali bersuara. Meminta agar semua orang berdiri dan melambaikan tangan ke atas, sama-sama saling menjiwai lagu yang kedengarannya sangat cocok bagi para mahasiswa yang tengah memasuki fase transisi. Mulai tertarik memiliki hubungan asmara yang serius dengan lawan jenis. Mulai memberanikan jatuh cinta dan memperjuangkan cintanya.
Meski Eren belum pernah merasakannya, ia turut mendalami setiap untaian kata yang keluar dari suara merdu Nara. Mencoba memposisikan diri jika ia jatuh cinta pada seseorang, berpikir untuk mencintai dan hidup bersama selama ribuan tahun lamanya.
How can I love when I'm afraid to fall?
Mungkin sekarang hidupnya sedang dalam fase ini. Takut terluka jika mencintai seseorang. Di samping itu, ia juga takut apabila cintanya justru melukai orang lain.But watching you stand alone
All of my doubt suddenly goes away somehow
Dan permasalahan utamanya adalah, Eren belum menemukan sosoknya. Seseorang yang menggetarkan hati dan jiwanya, yang mampu membuatnya berani mengambil resiko untuk jatuh dan terluka. Seseorang yang mampu memusnahkan setiap keraguan akan keberadaan cinta dalam hatinya.Matanya menyapu setiap wajah yang tampak dari tempatnya berdiri. Tangan mereka melambai dengan gerakan dan tempo yang sama. Beberapa dari mereka ada yang menutup mata menahan nikmatnya semikir angin, ditambah merdu suara Nara. Tak sedikit juga dari mereka yang turut bernyanyi atau sekadar bernyanyi tanpa suara.
Menoleh ke samping kiri, Nara pun menutup mata, persis seperti saat menyanyikan hymne. Akan tetapi, kini sudut matanya berair. Entah dari mana datangnya emosi Nara. Bisa jadi ia mencoba mendalami tiap kata dalam lirik atau mungkin ada seseorang yang tengah ia bayangkan saat menyanyikan lagu itu. Banyak yang bilang, jika kita membayangkan seseorang saat bernyanyi, maka emosi dari sebuah lagu akan lebih mudah tersampaikan karena kita tulus menyanyikannya.
I'll love you for a thousand more
Kalimat terakhir dinyanyikan Nara, sekaligus baris penutup dari lagu super romantis itu. Riuh tepuk tangan untuk Nara tak berhenti hingga 15 detik. Nara membungkuk dan mengucapkan terima kasih sebelum turun dari atas mimbar. Eren mengikuti Nara kembali ke barisan. Eren duduk di samping Nara yang mengusap air matanya. Ia mengambil selembar sapu tangan dari dalam kantung rok hitamnya, kemudian menawarkannya pada Nara. Nara tak segan mengambil sapu tangan itu dan berucap terima kasih."Kamu kepikiran seseorang, ya, waktu nyanyi tadi?" Nara menoleh pada Eren, berpikir jika emosi yang barusan meluap-luap pasti mudah tertebak oleh orang lain.
"Ketauan ya... Padahal aku kira nggak bakal nangis, lho, tadi. Duh, jadi malu." Jawaban Nara disertai kekehan kecil, jelas sekali berusaha keras terlihat baik-baik saja.
"Nggak perlu malu. Siapa pun orangnya, dia beruntung dicintai kamu sebesar itu." Eren tersenyum kecil. Lagu yang barusan dinyanyikan Nara jelas mengisyaratkan tentang euforia hadirnya pujaan hati yang sekian lama dinanti. Namun, dalam kisah Nara mungkin berbeda. Eren melihat ada keresahan dan lara di balik manik mata yang kini masih tampak berair.
Nara balik tersenyum, kemudian tangannya terulur. "Gue Nara, maba hukum. Mulai sekarang, kita temenan, ya!"
Uluran tangan Nara disambut antusias oleh Eren yang makin menampakkan garis lengkung di bibirnya. "Gue Levi, anak manajemen. I'm glad that we've become friends, Nara."
________________________________________
Vote, share, and say something in the comment. Don't be a silent reader, please!😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Nomad's Last Sojourn
Romance"Jika kamu berkenan, izinkanlah bahuku yang tak seberapa kokoh ini berusaha menopang kesedihanmu." Apakah aku harus mempercayai ucapannya? Dari nadanya, jelas tidak terdengar seperti sebatas janji, melainkan sebuah kepastian. Namun setelah mengetah...