Yang nunggu cerita ini cung tangan!
Buka part ini jam berapa?
Happy Reading
***
Hiro mengerjap beberapa kali ketika cahaya di ruangan menelusup ke matanya. Setelah dua hari tidak sadarkan diri, akhirnya ia bangun kembali. Jika biasanya yang pertama Hiro lihat adalah senyuman Oliver, kali ini justru sepi yang menyambutnya. Tidak ada Papa, Mama atau pun saudaranya.
Hiro sendirian.
Itu lebih baik. Memang seperti ini seharusnya.
Dia mesti membiasakan diri. Jika bisa, segera pergi dari rumah ini agar Oliver tidak terbebani.
Anak itu merubah posisi dari berbaring menjadi duduk dan bersandar di kepala ranjang. Lalu memandangi infus yang lagi-lagi terpasang di punggung tangannya.
"Sebenarnya saya sakit apa?" tanya Hiro pada dirinya sendiri seraya memandangi kedua telapak tangannya. "Kenapa saya tidak pernah sembuh?"
Anak itu menarik napas lelah saat memikirkan nasibnya yang begitu menyedihkan. Dulu, Hiro tidak pernah membayangkan hal itu karena baginya, segalanya akan baik-baik saja selama Oliver ada. Sangat jauh berbeda dengan saat ini, ketika Oliver menganggapnya bodoh dan merepotkan. Saudaranya pasti sangat kesusahan mengajarinya selama ini.
Namun, meski begitu, Hiro rasa ia harus mendapatkan maaf dari Oliver dalam waktu dekat. Terserah apa yang terjadi kedepannya, Hiro tidak terlalu peduli, yang penting Oliver baik-baik saja, bahagia dan terus menjadi saudaranya.
Alhasil, anak itu turun dari ranjang untuk menemui saudaranya perlahan-lahan. Hiro berpegang pada tiang infus yang terus dia dorong seiring berjalan menuju kamar saudaranya. Ia berusaha mempercepat langkah agar bisa lebih cepat menemui cowok itu. Karena Hiro belum tahu jika Oliver tidak pulang ke rumah sejak dua hari yang lalu.
Ketika sudah berdiri di depan pintu kamar saudaranya, Hiro memejamkan mata sejenak dan menetralisir perasaan khawatir yang membanjiri benaknya. Sekaligus mencoba pasrah dan menerima bila nanti Oliver memakinya lagi.
"Oliver," panggil Hiro ragu-ragu. "Apakah kamu di dalam?"
Tidak ada jawaban.
"Oliver."
"Tuan Oliver belum kembali dari rumah sakit, Tuan."
Napas Hiro berhenti sejenak, matanya sempat terbelalak kala mendengar pengakuan Anna. Ia berbalik, menghadap wanita itu dengan kening berkedut. "R-rumah sakit?"
"Iya, Tuan. Sejak dua hari yang lalu, Tuan Oliver belum pulang." Tadinya Anna tidak ingin mengatakan hal tersebut kepada Hiro karena takut menambah kekhawatiran anak itu. Tapi Anna juga tidak tega bila nanti Hiro mencari Oliver ke semua tempat di rumah ini. Yang ada keadaan anak itu kembali memburuk seperti yang sudah-sudah.
Hiro terdiam.
Anna sontak mendekat untuk menenangkan. "Tapi saya yakin Tuan Oliver akan baik-baik saja dan segera pulang dari rumah sakit. Tuan Hiro tidak perlu khawatir."
Bagaimana bisa Hiro tidak khawatir, selama mengenal Oliver, baru kali ini saudaranya itu sampai masuk rumah sakit. Padahal biasanya, Oliver selalu dirawat oleh Mama atau Papa seperti Hiro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu Hiro |Haruto| (TERBIT)
Ficção Adolescente"Kamu tidak akan mati, kami akan menyembuhkanmu kembali." Segalanya bermula ketika dua Dokter muda mengadopsi Hiro dari panti asuhan. Hiro bahagia, karena dia pikir akan segera memiliki orang tua dan keluarga yang menyayanginya, sayangnya yang terj...