1. Jamet Maksimal

68.3K 8.8K 3.7K
                                    

Jangan percaya buku, penulis pandai menipu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan percaya buku, penulis pandai menipu.

Dunia ini pelik, semua orang munafik, hanya Papa dan Mama yang sayang kepada Hiro.

Oliver adalah saudara yang baik, hanya sedikit bandel dan suka berbohong, kemarin dia bilang ingin belajar kelompok di rumah temannya, ternyata pergi ke pantai dengan teman perempuan. Oliver sayang Hiro, tapi Hiro tidak boleh percaya dengan yang dia katakan.

Kepada Hiro, Oliver sedikit iri. Makanya Oliver selalu menyuruh Hiro pergi.

Padahal banyak sekali orang jahat di luar sana.

Jangan mau jauh dari Mama dan Papa ya, Nak.

Mama dan Papa sayang sekali kepada Hiro.

Kalimat-kalimat itu adalah hal pertama yang menyambut Hiro setelah dua puluh lima hari tidak sadarkan diri. Ia tidak terkejut lagi, sebab kalimat itu sudah tertempel di dinding sejak bertahun-tahun yang lalu. Terbingkai dengan rapi seperti sebuah lukisan mahal yang harus dilindungi.

"Jangan mau jauh dari Mama dan Papa ya, Nak." Hiro tersenyum pelan membaca kalimat itu. Lalu menjawabnya sendiri. "Hiro tidak akan pernah jauh dari Mama dan Papa. Hiro janji."

Setelahnya Hiro memposisikan diri tidur menyamping agar bisa melihat foto Elios dan Lacey yang terletak di atas nakas. Ia mengulurkan tangan yang diinfus untuk mengambil bingkai kecil itu. Jari-jari Hiro bergerak, mengusap lembut wajah Mama dan Papanya.

"Hiro sudah bagun, Ma. Maaf kalau tidurnya lama." Bibir pucat Hiro kembali membentuk senyum hangat walau kalimatnya tidak ada yang menjawab. Ruangan itu sunyi, tidak ada satu orang pun kecuali Hiro yang dikelilingi alat penunjang hidup. Selain Hiro, satu-satunya yang bersuara adalah monitor yang menampilkan detak jantungnya. Setidaknya, sampai seseorang membuka pintu ruangan perawatan Hiro tiba-tiba.

"Belum mati juga ternyata." Pemuda berwajah datar itu melangkah kian dekat ke arah Hiro. Dia mengenakan seragam sekolah, lengkap dengan ransel hitam yang tersangkut di salah satu bahunya.

"Oliver." Hiro langsung duduk meski kesulitan. Matanya melebar kala Oliver merebut foto Lacey dan Elios di tangannya. "Kembalikan foto itu kepada saya."

Oliver meletakkan kembali foto itu di atas nakas seraya menghela napas gusar. Wajahnya masih datar, seakan tidak peduli, padahal banyak sekali kekhawatiran yang tersembunyi di balik wajah tak berekspresi itu. Hanya saja, Oliver terlalu pandai menyembunyikannya.

"Kamu seperti orang marah." Hiro berkomentar kala dilihatnya Oliver menarik salah satu kursi di sudut ruangan secara tergesa-gesa. Ia sedikit mendongak agar bisa menatap wajah pemuda itu lebih jelas. "Ada apa? Nilai kamu rendah lagi?"

Belenggu Hiro |Haruto| (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang