Hola pemirsa, ayo cung tangan yang udah jangan Hiro
Kalau sama Elios, kangen nggak?
Btw buka part ini jam berapa?
Happy Reading
***
Lagi, Hiro terbangun di tempat yang paling dia takuti bersama jarum infus melekat di punggung tangan kanannya. Secepat mungkin, ia merubah posisi menjadi duduk dan menoleh ke tepi ranjang di mana Oliver menidurkan kepala. Sadar saudaranya sudah bangun, Oliver mengangkat wajah dan tersenyum. Tampak jelas jika semalaman tidak tidur karena menjaga Hiro.
"Ud--"
Hiro langsung membelakangi Oliver bahkan sebelum pemuda itu menyelesaikan kalimatnya. Oliver menghela kemudian menarik bahu Hiro agar kembali menoleh ke arahnya. Sayangnya, anak itu tidak merespons.
"Lo semarah itu sama gue?"
Hiro masih tidak menjawab, sibuk memandangi jarum infus yang tertempel di punggung tangannya. Seraya menerka, racun apa lagi yang dimasukkan ke tubuhnya kali ini. Lalu sedetik kemudian, dia cabut infus itu sekuat tenaga hingga terlepas. Oliver sempat mencegahnya, tapi dia gagal.
"Saya akan keluar."
"Nggak! Lo ha--"
"Saya bosan berada di sini." Hiro turun tanpa menghiraukan Oliver yang berusaha mencegahnya. Ia sudah tidak peduli apa pun lagi saat ini. Karena Hiro tahu, ia sudah tidak memiliki banyak waktu. Lebih baik jika dia menggunakan masa yang dia punya untuk melihat langit yang terbentang luas. Mengkhayalkan kebebasan di halaman belakang sambil mendekap boneka kesayangannya. Untuk apa berobat, belum tentu juga obat-obat itu akan menyembuhkannya. Sedangkan berada di samping Oliver hanya akan membuatnya bertambah sedih dan kecewa. Lebih-lebih ketika Hiro tahu jika mereka tidak pernah bisa menunaikan janji-janji yang sempat terucap di masa lalu.
Karena jujur saja, Hiro sudah mati sejak Oliver tidak lagi menganggapnya saudara. Ia dihancurkan berulangkali oleh orang yang dia percaya dan anggap keluarga. Sekarang, Hiro tidak ingin apa-apa lagi. Dia hanya ingin pergi dengan tenang agar tidak lagi menjadi hewan bodoh dan merepotkan.
Ketika sudah tidak ada nanti, Hiro tidak ingin Oliver mengingatnya sama sekali.
"Lo mau ke mana? Papa bilang lo harus dirawat di sini sampai besok." Oliver memang tidak percaya kepada orang tuanya, tapi jika kondisi Hiro memburuk seperti semalam. Dia tidak memiliki pilihan selain membiarkan Papa dan Mama merawatnya. "Ro!"
Cowok itu mempercepat langkah menyusul Hiro, lalu menarik tangan saudaranya dengan sangat keras sampai Hiro tidak punya pilihan lain selain berbalik menatap Oliver.
"Ro, tolong dengerin gue dulu. Gue nggak benar-benar benci sama lo. Waktu itu, gue cuma pura-pura doang biar lo mau pergi dari rumah ini!"
"...."
"Gue nggak tau setelah gue ngomong kayak gitu, lo malah kayak gin--jangan potong kalimat gue dulu," celetuk Oliver saat Hiro ingin menyela kalimatnya. Ia mengeraskan genggam pada telapak tangan saudaranya lalu lanjut berkata, "oke, gue terima kalau lo marah dan benci sama gue--"
"Saya tidak membenci kamu." Akhirnya Hiro berhasil menyela. "Saya membenci diri saya yang bodoh dan sakit-sakitan."
Giliran Oliver yang terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu Hiro |Haruto| (TERBIT)
Teen Fiction"Kamu tidak akan mati, kami akan menyembuhkanmu kembali." Segalanya bermula ketika dua Dokter muda mengadopsi Hiro dari panti asuhan. Hiro bahagia, karena dia pikir akan segera memiliki orang tua dan keluarga yang menyayanginya, sayangnya yang terj...