tiga puluh enam : realita

125 30 4
                                    

Hari ini tepat hari ketiga setelah iyan mengabaikan semua pesan dan panggilan lyra. Lyra tak mengerti mengapa iyan melakukan ini. Seingat lyra, ia tak melakukan kesalahan apapun pada iyan. Hari itu, berjalan dengan baik. Baik untuk iyan maupun lyra.

"Masih gak mau angkat telepon lo?" Tanya jenny

"Iya."

"Coba lo inget lagi, lo ada salah ngomong gak. Katanya lo sama iyan udah mutusin. Jadi gimana? Kalian pacaran?"

Bibir lyra terasa kelu, pada akhirnya ia hanya mengalihkan pandangannya dari jenny.

"Jangan bilang, belum?!"

"Hmm" lyra berdeham.

"Wow, udah pelukan tapi gak ada kepastian. Wow, hebat juga lo, ra." Jenny ramai dengan tepuk tangannya membuat seisi kafe memusatkan perhatian pada mereka berdua.

"Terus lo sama satya gimana?"

"Dia pulang ke rumahnya setelah tau iyan juga pulang. Tapi dia masih sering hubungin aku, jen. Sedangkan iyan malah terkesan jauhin aku."

Perbedaan yang cukup tak berpengaruh bagi lyra. Ia bahkan tak pernah menjauhkan ponselnya, ia khawatir iyan akan munghubunginya. Namun nihil, setelah tiga hari pun ia masih mengabaikan lyra.

"Lo udah tegas kan sama satya?" Tanya jenny. Ia juga ikut pusing dengan permasapah cinta segitiga lyra.

"Jen, satya itu orang yang paling peka dan mengerti sama semua tindakan yang aku lakuin. Bahkan tanpa aku ngomong pun dia bisa tau apa yang isi hati aku. Sedangkan hari itu, hari itu jelas-jelas lebih pilih pergi kejar iyan daripada terus sama dia. Mustahil kalo satya gak ngerti sama maksud yang aku kasih ke dia."

Ingatkan jenny bahwa orang di hadapannya ini adalah sahabatnya. Jenny mengulas senyumnya,

"Ra, gak gitu. Bisa aja dia pura-pura gak ngerti sama sinyal yang lo kasih, bisa aja dia menutup mata kalo pada kenyataannya lo pilih iyan. Lo harus ngomong, ra. Gak bisa kayak gini. Kalo lo terus menanggapi satya, dia bakalan terus percaya diri kalo lo bisa aja terima dia."

"Tapi, jen."

"Gak ada tapi-tapian, cepet ajak dia ketemu. Bilang kalo lo mau ngomong empat mata sama dia. Gak mau tau. Udah ah gue mau masuk, mau menghitung tabungan yang udah gue kumpulin buat nikah sama jo, bye."

"Jen- jen, kamu mau nikah? Jennyy." Trriak lyra saat jenny semakin jauh dari jangkauannya.

"Iyalah, sana balik lo." Saut jenny.





━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Satya mengulas senyumnya saat ponselnya menampilkan notifikasi dari seseorang yang ia nantikan. Ia berjalan dengan cepat menuju parkiran sampai tak sadar ada seseorang yang juga berjalan lawan arah dengannya.

Akhirnya mereka berdua terjatuh karena sama-sama disibukkan oleh benda pipih ditangan mereka.

"Eh sorry-sorry." Satya berujar.

Sedangkan seseorang yang ia tabrak dengan cepat mengambil ponsel satya hendak mengembalikan kepada pemiliknya, sebelum sebuah pesan masuk pada ponselnya.

Teh lyra🌹
Aku tunggu di taman depan komplek.

Satya hampir mengumpat saat menyadari orang yang baru saja menabraknya ada iyan.

"Ada chat dari lyra." Ujar iyan dengan tenang seraya menyerahkan ponselnya pada satya.

"Bang, gue-"

"Gak perlu lo jelasin, gue gak peduli dan gak mau tau. Gue cabut." Iyan menepuk pundak satya kemudian menjauh.

Kim's Boarding House || ft Rosé X NCT 2020✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang