sembilan belas : misi, kecoa dan bunga

359 75 77
                                    

Jauh dari keberadaan satya dan iyan, lyra tengah mengutuk zia dalam hatinya.

"Udah?" Tanya lyra berbisik pada zia, dan zia hanya mengangguk kecil dengan mengulas senyum manisnya.

Wuffff, hembusan napas panjang timbul begitu saja saat lyra mematikan sambungan panggilannya dengan satya.

"Loh? Oh iyaa kan aku teleponnya lewat nomor iyan, gak sempet bilang makasih" gumam lyra

"Iyan siapa lagi ra? Cowomu banyak banget loh"

"Ini yang kos juga sa, dia tuh telepon tapi katanya kepencet terus malah jadinya teleponan sama satya" lyra menatap tajam ke arah zia

"Ayolaah berbaik hati sama gue dong raa, siapa tau jodoh kan jadi gue tau babat bibit bobotnya ntar."

"Ya terus kenapa aku yang jadi jembatannya?"

"Ya kan lo deket secara keberadaannya ra, satu kos, sering ketemu, sering ngobrol juga pasti banyak juga hal-hal yang tadinya lo gak tau jadi tau" jeny yang seharusnya berpihak pada lyra kini tiba-tiba mendukung zia mengenai niat pendekatannya dengan satya.

"Kayak gak pernah pendekatan aja kamu, pake minta tolong aku segala. Biasanya juga tancap gas ajaa"

"Semua orang berubah kali, gak akan selamanya kayak gitu. Ini kamu dulunya iya-iya aja sama permintaan orang sekarang ogah-ogahan, apa bukan berubah itu namanya?"

Lyra terdiam. Berargumen satu lawan dua terlalu sulit jika sama-sama perempuan, secara mereka masing-masing berpikir mereka benar.

"OHHHHH GUE INGETTT" teriak jeny tepat di telinga lyra.

"Apa sih jen? Astagfirullah main teriak-teriak waee" kesal lyra

"Gue inget haiyan yang waktu itu dateng sama lo, yang gue bilang gue gak kenal tapi gak asing sama namanya itu loh raaa"

"Hmm terus? Sekarang inget?"

"Ingettt, karena udah lama anaknya gak ketemu sama gue jadinya gue lupa dia sering ceritain cowo yang namanya haiyan"

"Anaknya itu siapa maksudnya?" Terlalu kebiasaan, terlalu pintar membuat jeny terkadang pusing dia sendiri sedang membicarakan apa.

"Jean. Setiap gue ketemu sama itu anak, pasti ada waktunya dia ngomongin haiyan-haiyan itu. Cuma karena udah beberapa waktu gue gak ketemu dia jadi abu-abu ingatan gue"

"Jadi jean pacarnya iyan?" Tanya lyra

"Enggak sih, jeannya naksir iyan dari lama eh anaknya cuek aja tuh gak ada kemajuan sama sekali sampe sekarang padahal udah lumayan lama juga kalo gue inget-inget"

Lyra mengangguk paham, pantas saja saat pertama kali mereka bertemu tatapan jean menyiratkan ketidaksukaannya pada lyra saat ia tau iyan datang bersamanya. Ternyata ini.

"Raa" ujar jeny

"Hmm?"

"Gimana kalo lo bantuin gue juga?"

"Maksudnya?" Lyra bertanya karena ia sedang memastikan niat jeny dan sedikit tidak paham mengapa harus dirinya lagi kali ini.

"Bantuin gue, lo bikin iyan deket sama jean yaa raa. Kasian itu adik sepupu gue masa cantik-cantik jadi sadgirl"

"Ini aja belum selesai masalah jisa malah kamu juga ikut-ikutan jadiin aku jembatan. Ini temenmu jomblo loh mau nyari pacar juga bukan mau jadi mak comblang" jawab lyra tak enak, padahal justru dia yang merasa diberatkan.

"Gue cariin, kalo perlu yang udah sukses biar tinggal taaruf terus nikah deh" ujar zia

"Temen gue yang sukses bejibun raa, mau yang mana tinggal tunjuk" sambung jeny

Kim's Boarding House || ft Rosé X NCT 2020✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang