dua puluh enam : gak menuntut

285 63 104
                                    

Setelah memastikan keadaan jaiz yang tak terlalu parah, lyra akhirnya mendudukkan dirinya di salah satu kursi di ruangan jaiz sembari menatap pintu masuk yang baru saja ditinggalkan oleh seseorang.

"Raa?"

"Iyaa kak?"

"Lo kenapa? Lagi sakit?" Tanya teja dengan raut khawatirnya.

"Enggak kak, lagi lemes ajaa"

Lyra baru saja menyadari bahwa ia tengah berbicara dengan teja, seseorang yang ia hindari beberapa hari ini. Astaga, bisa-bisanya.

"Gue sama ken mau balik dulu nih, lo sama satya gak apa-apa kan tungguin jaiz dulu di sini?" Tanya teja memandang lyra dan satya bergantian.

"Iyaa gak apa-apa bang, nanti kalo udah sadar juga tadi kan kata dokter bisa langsung pulang." Ujar satya

Teja mengangguk, ia juga sempat melirik ke arah lyra yang terlihat jauh menjadi lebih pendiam hari ini.

"Raa"

"Ha iya?"

"Jangan kebanyakan ngelamun, gak baik" ujar teja, kemudian ia segera menyusul ken yang sudah jauh pergi.

Ternyata bukan hanya satya yang menyadari lyra menjadi sedikit diam, rupanya teja juga.

"Lagi banyak pikiran ya, teh?"

Lyra memandang satya kemudian hanya menjawab pertanyaan satya dengan senyumnya.

"Gak apa-apa, wajar. Gak setiap saat juga teh lyra baik-baik aja, kan? Kalo teh lyra butuh seseorang untuk jadi pendengar, aku bisa teh. Tapi kalo memang gak siap untuk cerita sama siapa-siapa juga gak apa-apa. Tapi, tapi lagi nih, jangan sampe dijadiin beban pikiran teh. Apalagi sendirian, nanti gak baik buat teh lyra."

Entah mengapa perasaan lyra sedikit lebih tenang saat mendengar ucapan satya, yang tak menuntut dan tak terkesan memaksa.

Hari ini cukup mengesankan menurut lyra. Ia dua kali mendapat pengakuan yang membuatnya merasa marah, merasa kecewa, merasa bimbang sampai rasanya lyra bahkan tak sanggup untuk bicara.

"Yaa." Ujar lyra.

"Iyaa, kenapa teh?"

"Jangan suka sama aku, ya."

Senyum di bibir satya perlahan memudar. Tatapan lyra menjadi lebih sendu membuat satya tak mampu untuk sekedar menjawab.

Sepertinya kini satya mengerti apa yang terjadi pada lyra. Pasti iyan sudah mengutarakannya pada lyra, dengan membawa serta namanya di sana. Dan kini satya bahkan tak mampu menjawabnya.

"Perasaan seseorang itu sulit buat dikendalikan teh. Aku gak pernah menuntut mendapat jawaban, tapi justru mengutarakannya aja aku gak pernah kan? Mungkin belum. Tapi berhubung teh lyra kayaknya udah tau, ya, aku suka. Aku suka teh lyra."

"Ya-"

"Gak perlu dijawab teh. Karena aku gak akan minta teteh jawab atau balas perasaan aku. Teteh cukup tau kalo aku suka sama teteh. Gak harus ada yang berubah. Kalo memungkinkan juga lama-lama rasa aku buat teh lyra yang gak teh lyra harapkan pudar kan? Jadi, gak perlu mengorbankan hubungan baik kita hanya karena pernyataan aku."

Airmata yang sudah ia tahan sejak lama tak bisa dibendung lagi, tangisnya seketika pecah sembari pelukannya menyambutnya untuk datang dan menghangatkan hati dan pikirannya di sana.

"Maaf." Bisik lyra.

"Jangan nangis, teh. Hati aku sakit dengernya." Tutur satya seraya mengelus kepala lyra yang menyandar pada dadanya.

Kim's Boarding House || ft Rosé X NCT 2020✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang