tiga puluh delapan : official

285 27 10
                                    

Bukan hanya lyra yang tengah berlari namun iyan juga tengah berlari dengan motornya. Setelah jenny mengirim pesan pada lyra melalui ponselnya, iyan terbelalak. Sedangkan jenny hanya tersentum tanpa dosa dan mengatakan,

"Sana, temuin."

"Kak, baru gue mikir apa yang bakal gue omongin sama lyra pas besok mau gue ajak ketemu." Pikirannya benar-benar kosong saat membayangkan harus bertemu dengan lyra hari ini.

"Iya sama-sama, udah sana. Hati-hati ya adik iparku."

Ah percuma berbicara dengan perempuan keras kepala di hadapannya ini. Maka dengan cepat iyan pergi dengan motornya untuk menghampiri lyra.

Namun saat iyan sudah dekat di posisi, ia tak sengaja melihat seseorang tengah duduk tak jauh dari bangku taman. Ia melihat dari kejauhan, sampai ternyata

"Lyra." Ujar iyan. Ini pertama kalinya lagi ia memanggil lyra setelah kejadian malam itu.

Sedangkan lyra mengulas senyumnya pada iyan, menahan rasa ngilu pada kakinya yang baru saja mengalami kecelakaan ringan. Ia benar-benar tersandung persis seperti yang jo katakan.

"Bisa bangun?"

"Bis- AWW!!" Kakinya tak bisa lyra gerakkan, sedikit saja ia bergerak kakinya terasa ngilu luar biasa.

"Lagian kenapa bisa jatuh sih, lo jalan gimana?!"

Lyra sudah duduk di bangku, iyan menuntunnya untuk duduk. Kemudian iyan mematikan mesin motornya, dan terdiam beberapa saat di sana.

"Gak apa-apa, kamu duduk aja sini. Gak langsung ngomong juga gak apa-apa." Ujar lyra seolah mengetahui apa yang ada dalam pikiran iyan.

Dan benar saja, iyan hanya duduj dan membiarkan detak jantungnya tenang terlebih dahulu.

"Pas aku baca notifikasi tadi, kamu tau gak aku gimana?" Iyan tak menjawab.

"Aku kaget, sempet diem sebentar terus aku baca ulang chat kamu. Ternyata bukan kamu yang chat aku." Kekeh lyra

"Kok tau?" Jawab iyan dengan suara yang hampir tak terdengar oleh lyra.

"Feeling."

Iyan hanya menganggukkan kepalanya, ia kira dirinya akan tertangkap basah.

"Jadi, apa kabar?"

Iyan mengalihkan pandangannya pada lyra, ia memusatkan atensi padanya kali ini.

"Jawaban bohongnya, baik. Jawaban jujurnya, gak baik. Lo?"

"Baik." Jawab lyra singkat, sampai iyan ingin mengulang pertanyaannya.

"Jujur?"

"Iya, jujur. Aku baik, karena udah terima apa yang harus aku terima."

"Lo terima gue jauhin lo?"

Lyra tak menjawab, ia sedang memikirkan jawabannya.

"Lo gak mau jelasin apapun ke gue?"

"Mau, aku mau jelasin yan. Tapi kamu sendiri yang tutup komunikasi kamu sama aku, kan? Aku gak akan pernah memaksa, aku udah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kalo kamunya tetep gak mau aku bisa apa." Senyumnya.

"Kenapa gak temuin gue? Gue tunggu lo buat temuin gue. Mungkin aja kalo gue ketemu sama lo-"

"Keraguan kamu hilang?" Lyra menyela iyan dan menatap ke arahnya.

"Aku gak yakin, yan. Orang itu cenderung percaya sama apa yang mau mereka percaya. Aku gak yakin kalo aku temuin kamu nanti, keraguan kamu hilang."

Ucapan lyra tak sepenuhnya salah, iyan bungkam.

Kim's Boarding House || ft Rosé X NCT 2020✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang